Bab 14

2.8K 201 34
                                    

Klik bintang dulu sebelum lanjut baca, ya?
Yang belum follow aku author, jangan lupa follow, oke. Biar gak ketinggalan projek baru author labil kek amih😂😂😂

***
*Happy Reading*

Setelah Kak Sean benar-benar terlelap. Aku menggigit bibir bawahku agar tak terisak keras menyuarakan perihnya rasa yang aku rasakan.

Entah mana yang lebih perih. Inti tubuhku yang baru saja menerima robekan untuk pertama kalinya. Atau hatiku yang harus kembali menerima kenyataan, jika aku memang hanya sebuah bayangan untuknya.

Aku pengganti dan ... aku ... tidak punya nilai sama sekali di hati suamiku sendiri.

Entahlah. Aku sudah tidak bisa membedakannya lagi. Yang jelas, rasanya benar-benar sakit sekali.

Apa aku memang benar-benar tak berharga?

"Audy ...."

Lihatlah! Bahkan dalam tidurnya pun, dan meski baru saja merenggut mahkotaku. Yang dia ingat cuma istri pertamanya saja.

Lalu, di mana posisiku diletakkan olehnya?

Tidak ada. Tentu saja. Karena baginya aku memang tak punya arti apapun. Iya, kan?

Bahkan aku yakin. Mungkin dia pun tidak akan ingat, siapa yang melayaninya malam ini. Karena di benaknya hanya ada wajah istri pertamanya seorang.

Cintanya pada Kak Audy memang tak usah diragukan lagi. Karena dia sudah membuktikan semuanya malam ini.

Dia memang suami setia. Tapi bukan suami yang adil.

Lalu, bagaimana nasibku sekarang?

Tahu jika tidak bisa bertahan dengan isak tertahan. Aku pun mencoba meraih kemeja Kak Sean yang ada di bawah tempat tidur. Lalu mengenakannya segera, sebelum turun dari ranjang.

Bukan aku jijik dan tidak mau tidur dengan suamiku. Sejujurnya, aku pun sama lelahnya, dan ingin sekali ikut terlelap di samping Kak Sean.

Sayangnya. Dadaku terasa sesak sekali saat ini. Aku ingin sekali menangis, dan aku butuh mengeluarkannya.

Karenanya, aku pun bergerak tertatih ke kamar mandi, dengan menahan seluruh rasa sakit dan ngilu di tubuhku. Kemudian segera menyalakan shower demi untuk menyamarkan isak tangisku.

Tuhan ... hatiku sakit sekali.

Kenapa aku harus terlibat dalam pernikahan menyakitkan seperti ini?

Kenapa aku harus menjadi orang ketiga dalam hubungan Kak Sean dan Kak Audy yang jelas-jelas tak bisa terpisahkan lagi?

Apa rencanamu sebenarnya Tuhan?

Apa maksud dibalik semua ini?

Haruskah aku tetap bertahan dalam pernikahan penuh luka ini?

Haruskan aku tetap bertahan meski tahu tak akan pernah jadi pemenang sampai kapan pun?

"Pih? Rara harus gimana?" Racauku, di bawah kucuran air shower yang menimpa tubuhku.

"Haruskah Rara bertahan pada pernikahan penuh luka ini? Sungguh! Wasiat Papi terlalu menyakitkan untuk Rara jalani, Pih."

Aku bermonolog, meminta penjelasan  pada heningnya malam yang tak akan pernah memberiku jawaban.

"Apa mau Papi sebenarnya? Apa yang Papi harapkan dari pernikahan ini? Kenapa Papi menempatkan Rara di dalam pernikahan penuh belukar seperti ini? Rara sakit, Pih. Rara gak kuat."

Tidak ada yang menjawab tanyaku, dan memberiku sedikit penjelasan akan rumitnya hidup yang aku jalani. Maka, yang bisa aku lakukan hanya menangis seorang diri, terisak dengan  seluruh sakit yang harus aku terima seorang diri.

Tuhan, tolong kuatkan aku.

***
"Rara?! Kenapa kamu gak bangunin saya?!" seru Kak Sean dari pertengahan anak tangga. Sambil merapikan kemeja dan  jasnya.

Tak ayal, hal itu langsung membuat aku terlonjak kaget dari tidurku, di atas sofa ruang tamu.

Setelah menangis di bawah shower. Aku memang sudah tidak bisa tidur lagi, dan memilih menenggelamkan diri pada berkas kantor yang memang harus aku cek perminggunya.

Lagipula, setelah selesai menangis, sudah hampir subuh. Jadi ya ... sekalian saja aku nunggu subuh.

Sayangnya. Setelah shalat subuh, aku yang sedang menekuni pekerjaanku tiba-tiba mengantuk, lalu tertidur entah sejak kapan.

Alhasil, kami pun jadi terlambat bangun seperti ini.

"Maaf, Kak. Rara ketiduran. Rara--"

"Alah! Alasan saja kamu!" sentak Kak Sean marah. "Kamu tahu 'kan pesawat saya berangkat pagi hari ini? Kamu sengaja ya, mau bikin saya telat biar bisa nemenin kamu lebih lama di sini? Licik kamu Rara?!" Murkanya sambil menunjuk-nunjuk wajahku dengan mata menyalang. Membuat aku tersentak kaget setelahnya.

Kak Sean memang hari ini jadwalnya kembali pulang ke Indonesia, dan sengaja mengambil penerbangan pagi, agar bisa segera bertemu pujaan hatinya.

Kak Audy.

"Bukan begitu, Kak. Rara beneran ketiduran dan--"

"Cukup! Saya tidak mau denger alasan kamu lagi." Kak Sean memotong ucapanku dengan cepat dan galak. "Kamu memang bukan istri yang bisa di andalkan, Ra. Mengurus hal kecil seperti ini aja gak becus. Istri macam apa kamu? Gak guna!"

Degh!

Seburuk itukah aku di matanya?

"Untung ada Audy yang menelpon dan mengingatkan jadwal saya. Makanya saya bisa bangun tepat waktu dan masih bisa ngejar pesawat. Kamu harus banyak-banyak belajar dari Audy untuk hal itu."

Audy lagi, Audy lagi, Audy lagi. Sampai kapan aku harus jadi perbandingannya?

"Maaf," lirihku akhirnya, mencoba mengalah dan menelan semua hinaan Kak Sean untuk kesekian kalinya.

Bisa apa aku selain mengalah? Menjawabnya sama saja seperti mencari nerakaku sendiri.

"Sudahlah! Percuma ngomong sama orang yang tidak bisa di andalkan seperti kamu. Cuma buang-buang napas saja!" Pria itu membenahi mantel yang baru saja dikenakannya.

"Saya pergi! tapi jangan harap saya mau menjenguk kamu lagi di sini. Karena saya sudah kecewa sama kamu Rara!" ucapnya kemudian. Sebelum melengos dengan cepat membawa serta kopernya, dan meninggal luka menganga di hatiku untuk kesekian kalinya.

Kak Sean. Andai Kakak tahu. Rara lebih kecewa sama Kakak. Karena Kakak bukan cuma tak ingat apa yang sudah Kakak lakukan sama Rara semalam. Tapi juga ... masih saja tak bisa menghargai perasaan Rara sebagai istri Kakak.

Meski Rara hanya istri kedua. Pantaskah Rara diperlakukan seperti ini?

Harusnya Kakak tahu, sebenarnya Rara pun tak pernah menginginkan pernikahan ini.

================================
Berat gengs!
Amih gak kuat🤧🤧🤧
Enaknya Sean diapain ya setelah ini?

Yuk kasih ide. Biar amih bisa bikin azab mengenaskan buat Sean yang kurang ajar.

Jangan lupa like, komen dan share cerita ini, ya? Makin rame, makin cepet amih update lagi😄😄😄

See u next part kesayangan💋💋
Publish
19 April 2021

Repost
15 Mei 2021

Nomor Dua (Judul Lama 'Istri Nomor Dua')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang