*Happy Reading*
Aku hanya kecapean!
Aku hanya kecapean!
Aku hanya kecapean!
Aku terus mensugestikan kalimat itu berulang kali sepanjang hari. Menolak percaya pada segala dugaan yang berseliweran tentang kondisiku saat ini, perihal PMS yang ternyata sudah terlambat dua minggu.
Tidak, Tuhan. Jangan sampai dugaan itu benar adanya. Aku belum siap.
Bukan, aku bukannya ingin menolak rezeki atau apalah namanya. Hanya saja ... kalian tahukan kondisiku saat ini?
Bagaimana aku harus meminta pertanggung jawaban pada Kak Sean, jika dia sendiri tidak ingat kejadian itu? Bagaimana? Tolong berikan aku solusi.
Aku benar-benar dilema sekali saat ini.
Maka dari itu, tolong Tuhan. Jangan isi rahimku sekarang. Aku mohon dengan sangat.
"Tidak! Pokoknya aku hanya kecapean. Makanya PMS ku jadi telat begini! Iya pasti begitu. Aku yakin!" Aku kembali bermonolog. Saat dugaan meresahkan itu kembali mengganggu tidurku.
Ini sudah malam kedua setelah aku mengetahui perihal telatnya tamu bulananku, dan sejak saat itu aku benar-benar tak bisa tidur tenang karena pikiran sialan itu.
Aku benar-benar belum siap hamil! Bagaimana ini?
Lagipula ... kami hanya melakukannya satu kali. Apa mungkin bisa langsung hamil?
Ah, sialan! Aku tidak terlalu paham soal siklus kehamilan, karena aku tidak kuliah di dunia kedokteran. Juga belum pernah hamil sebelumnya. Karenanya, aku benar-benar awam dalam hal ini.
Lalu, pada siapa aku harus bertanya?
Mama Sulis? Tidak. Mama Sulis jangan sampai tahu hal ini. Karena jika Mama Sulis tahu, maka Kak Sean pasti akan diberitahunya. Itu sama saja cari mati.
Kak Audy? Oh, apalagi itu. Lebih baik silent aja.
Ana? Memang dia pernah hamil?
Lalu pada siapa???
Aarrggg ... rasanya kepalaku bisa pecah memikirkan semuanya.
Seperti malam sebelumnya. Aku pun akhirnya tidak bisa tidur lagi malam ini, dan mendadak kesal sekali entah pada siapa.
Menyingkirkan selimut yang membebat tubuh, aku pun turun kelantai bawah. Berniat membuat segelas coklat hangat agar bisa sedikit membantu menenangkan kegundahanku.
Satu lagi yang aneh dariku. Entah sejak kapan, aku jadi suka sekali panganan yang berbau cocoa itu. Padahal sebelumnya, aku lebih suka Vanilla atau keju daripada coklat. Tapi sekarang?
Ah, sialan! Lagi-lagi perubahan hormon ini mengingatkanku pada artikel tentang ibu hamil yang sempat kubaca, membuat moodku kembali kacau dan ....
"Nyari hiburan di hp ajalah!"
Seperti orang linglung. Aku pun membalik badan kembali ke kamar, meski sudah sampai anak tangga terakhir.
Demi apapun. Misteri telatnya si bulan datang benar-benar membuat mood-ku amburadul.
Mengindahkan keinginan mulut yang hampir meneteskan liur, karena membayangkan segelas coklat hangat. Aku pun kembali masuk kedalam selimut, sebelum meraih ponsel dan membuka-buka medsos yang jarang sekali aku tengok.
Aku memang bukan orang yang gemar membagi apapun pada dunia maya. Sekalipun aku punya akun di berbagai sosmed. Tapi itu hanya sekedar punya, tidak untuk kutekuni sampai lupa segala hal.
Itupun, Miranda yang membuatkannya. Aku mana tertarik pada hal seperti itu. Karena dari dulu, fokusku cuma satu, yaitu belajar yang rajin, agar layak saat meneruskan perusahaan papi.
Namun, berhubung kata Miranda, medsos juga penting untuk membantu melihat kondisi dunia. Aku pun akhirnya pasrah di buatkan segala macam akun medsos oleh Miranda.
Gadis itu memang penggila dunia maya. Cita-citanya saja menjadi selebgram. Jadi ya ... wajar jika gadis itu bersemangat membuatkanku berbagai akun medsos.
Namun, diantara semua medsos yang aku punya, aku lumayan menyukai apk IG. Karena ... ya, teman, kerabat, dan rekan bisnis Papi juga lebih aktif di apk itu daripada apk si biru kepunyaan Om Mark.
"Mereka memang juaranya kalau soal keharmonisan."
Tanpa sadar, sebuah komentar tercetus dari mulutku, saat melihat sebuah postingan rekan bisnis Papi yang melintas di brandaku, Pak Arjuna Sakti Setiawan.
Dulu, Papi memang mengidolakan keluarga itu. Karena jauh sekali dari gosip dan berita miring. Itu membuat Papi sering sekali bercerita tentang keluarga Pak Arjuna padaku, hingga aku turut mengidolakan mereka.
Apalagi, salah satu anak mereka adalah Kakak tingkatku beberapa tahun lalu, membuat aku makin mengidolakan mereka, karena sifat anak tertuanya yang mandiri dan baik hati. Kairo namanya.
Eh, tunggu! Kalau tidak salah, kembarannya Kairo itu seorang dokter kandungan, kan?
Ya! Aku ingat. Kenneth Putra Setiawan adalah seorang dokter kandungan. Sekaligus yang kini menggantikan tugas ibunya memimpin rumah sakit mereka.
Ah, kebetulan sekali.
Apa ... aku tanya dia saja, ya?
Sepertinya aku punya kontaknya. Waktu itu pernah diberi Papi untuk berjaga-jaga, katanya. Tapi ... enak gak sih, nanya hal ini pada orang asing?
***
Nyatanya, aku memang pengecut!Meski sudah berkali-kali menatap nanar nomor ponsel Kennet, dan membulatkan tekad untuk bertanya. Nyatanya, aku tidak seberani itu dalam menghadapi kenyataan yang mungkin saja sedang menungguku.
Tidak, aku belum siap!
Akhirnya, karena memang belum siap. Aku pun menyimpan kembali nomor ponsel anak rekan bisnis papi itu, dan mencoba menikmati hariku seperti biasanya.
Namun, bak sebuah pepatah jaman dulu. Untung tak dapat di raih, malang tak dapat ditolak. Sekuat dan seacuh apapun aku akan kondisiku. Akhirnya kenyataan itupun benar-benar menghampiriku.
Aku tiba-tiba pingsan saat di kampus, lalu Miranda dan Diego membawaku ke Dokter, dan ... ya, kalian tahu pasti seperti apa kelanjutannya, kan?
Dokter menyatakan aku tengah hamil dua bulan, dan disarankan bedrest untuk seminggu kedepan.
Tak ayal, Diego dan Miranda pun langsung merongrongku saat aku sadar dari pingsan. Membuatku mau tak mau harus menerima kekecewaan dua orang terdekatku itu.
Ya! Ternyata aku memang benar-benar hamil.
Hamil anak pria galak, yang entah mau atau tidak, menerima kehadiran anak ini.
Tuhan, sekarang aku harus apa?
================================
Yuhuuuu ....
Sesuai janji. Udah aku buat hamil tuh Raranya.Nah, sekarang mana komen ambyarnya. Kalau rame besok aku up lagi.
Kalau sepi, ya ... sesuai jadwal aja. Okeh.
See u next part💋💋💋
Publish
25 April 2021Repost
17 Mei 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Nomor Dua (Judul Lama 'Istri Nomor Dua')
Roman d'amourLink ebook ada di bio. Pemesanan cetak atau pdf bisa japri author. **** Menikah muda bukanlah impianku. Apalagi harus menjadi istri kedua. Ini mimpi buruk! Namun demi sebuah bakti, aku pun harus rela menerima takdir, dan menjadi orang ketiga di rum...