Cuma mau kasih tahu aja.
Sebelum baca part ini. Jauhkan diri dari benda tajam dan gampang pecah. Takutnya kalian khilaf. Itu aja sih.Jangan scroll kalau belum klik bintang!!
================================
*Happy Reading*
Huek ... Huek ... Huek ....
Aku terus mencoba memuntahkan, apa yang bisa aku keluarkan dari perut, agar bisa segera meredakan sedikit saja rasa mual ini.
Aneh sekali!
Selama ini aku tak pernah mengalami morning sick, atau mual muntah seperti ibu hamil lainnya. Tapi ... kenapa hari ini tiba-tiba begini?
Ada apa? Kenapa perutku tiba-tiba jadi mual begini?
Apalagi, bayiku juga terus bergerak aktif, menambah gejolak tak nyaman dalam perutku.
Nak? Diem, dong. Mama mual banget kalau kamu terus gerak seperti ini.
Huek ... Huek ... Huek ....
Aku kembali mencoba muntah. Meski sebenarnya sudah tak ada yang bisa aku keluarkan selain cairan bening yang sangat pahit dari mulutku.
Demi apapun, rasanya benar-benar tak nyaman sekali.
"Astaga, Rara! Kamu kenapa, Nak? Sakit? Masuk angin, ya?" Cecar Mama Sulis panik, sambil membantu mengurut tengkukku.
Aku hanya tersenyum getir menanggapinya.
Nak, Mama mohon kerja samanya, ya? Mama tahu kamu kangen Papa. Tapi, tolong beri Mama waktu sedikit untuk menjelaskan keberadaanmu.
Diam-diam aku mengelus perutku, berharap bayiku mau mengerti kondisiku saat ini.
Seperti keajaiban, Bayiku pun mulai tenang dengan usapanku, dan mualku pun turut mereda setelahnya.
Alhamdulilah ....
"Ya, ampun, Ra. Kamu kenapa sebenarnya? Kenapa tiba-tiba muntah begitu? Kamu masuk angin, ya? Perlu Mama kerikin?" Mama Sulis bertanya dengan nada syarat kekhawatiran, sambil mengelus rambutku dengan sayang, dan menggiringku ke luar kamar mandi tersebut.
"Enggak papa, Mah." Aku mencoba menenangkan Mama Sulis. "Rara cuma--"
"Itu karena dia sedang hamil, Mah."
Bukan aku yang menjawab. Tapi Kak Sean yang memangkas jawabanku, dengan nada sinisnya seperti biasa.
Dia dan Kak Audy ternyata sudah menungguku diluar kamar mandi tersebut.
"A-apa?! Hamil?" beo Mama Sulis tak percaya.
"Iya. Dia hamil. Karena terlalu bebas berpacaran di sana."
Degh!
Mataku pun sontak membulat sempurna, mendengar tuduhannya barusan.
Apa-apaan itu?
"Apa maksud Kak?" Aku pun mencoba meminta penjelasan dari tuduhannya.
"Kenapa? Itu memang benar, kan? Saya sudah menyelidiki semuanya Rara, dan ternyata gosip itu benar adanya. Cih! Ternyata kamu memang jalang, ya?"
Degh!
Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana menggambarkan perasaanku saat ini. Karena ....
Astaga Tuhan! Bagaimana dia bisa menuduh aku sekejam itu? Padahal kenyataannya adalah, dia sendiri yang menghamili aku.
"Jaga ucapan Kakak, ya? Aku gak seburuk itu!" Emosiku pun akhirnya terpancing, dan membalas ucapannya.
Dia menyeringai dengan tatapan meremehkan, sambil melipat tangannya di atas dada dengan angkuh.
![](https://img.wattpad.com/cover/182488346-288-k63678.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nomor Dua (Judul Lama 'Istri Nomor Dua')
RomanceLink ebook ada di bio. Pemesanan cetak atau pdf bisa japri author. **** Menikah muda bukanlah impianku. Apalagi harus menjadi istri kedua. Ini mimpi buruk! Namun demi sebuah bakti, aku pun harus rela menerima takdir, dan menjadi orang ketiga di rum...