Bab 25

3.1K 243 35
                                    

*Happy Reading*

Aku hancur!

Benar-benar hancur!

Bukan hanya hati saja, tapi juga kehidupanku. Karena ternyata Sean Abdillah itu licik sekali.

Selama perusahaan dipegang olehnya, ternyata dia juga mendirikan perusahaan lain, dan menarik satu demi satu investor di perusahaan papi untuk bergabung bersamanya.

Tak hanya itu, dia juga menjilat mereka supaya percaya padanya. Hingga, saat dia akhirnya memisahkan diri dari perusahaan papi, investor lain yang sudah dia jilat ikut serta dan ... kini perusahaan papi ada di ujung kehancuran.

Licik sekali, kan?

Sekarang, aku bukan hanya sudah kehilangan 50% saham di perusahaan Papi yang telah berpindah atas namanya, tapi juga para investor yang selama ini bekerja sama dengan papi.

Istimewanya, kondisiku sekarang seperti ini, terlibat gosip yang tidak bisa aku klarifikasi sama sekali. Makin-makin saja aku ditinggalkan.

Tak ayal perusahaanku pun pailit dan ... akhirnya terlilit hutang di mana-mana akibat proyek yang tidak bisa berlanjut.

Sialan! Benar-benar sialan!

Pria itu seperti benar-benar kacang lupa kulitnya. Dia lupa siapa yang sudah mengangkatnya dari jalanan, dan menjadikannya pengusaha kenamaan seperti sekarang.

Papiku! Tentu saja!

Papiku memang sebaik itu, hingga mau saja menolong janda miskin sebelah rumah, dan membiayai pendidikan anaknya hingga sukses.

Bukan hanya itu, papi bahkan dengan senang hati mempercayakan perusahaannya, yang ternyata ... malah dihancurkan dari dalam oleh pria arogan itu.

Nah, kan? Benar-benar manusia tak tahu balas budi!

Karena insident ini, aku pun harus merelakan hampir seluruh aset papi di sita bank, demi untuk menutup kerugian yang ada.

"Gaji karyawan, semuanya sudah di bayarkan, kan?" Aku bertanya, sambil mengecek semua data yang hampir membuat otakku pecah dua bulan ini.

"Sudah, Bu," jawab Selly, berdiri patuh di sebrang mejaku.

"Hutang yang masih ada tinggal berapa?"

"Sekitar 2 M untuk bayar finalty  proyek yang gagal terakhir."

Seketika aku pun memijat kepalaku yang kembali berdenyut, memikirkan cara apalagi yang bisa aku lakukan untuk melunasi hutang yang ada.

Mobil dan rumah sudah di sita Bank. Tabungan juga sudah menipis. Sementara mencari investor baru pun. Rasanya susah sekali.

Aku bukan tak berusaha mencari bantuan dan investor lain. Tentu saja aku pun berusaha mencari jalan keluar yang bisa aku usahakan.

Namun, dalam kondisiku sekarang. Berbadan dua dan baru saja lulus kuliah. Para investor itupun langsung memandangku sebelah mata.

Sekalipun ada yang tak perduli dengan gosip yang menimpaku, tapi karena aku minim pengalaman. Mereka pun jadi tidak bisa mempercayakan satu proyek pun pada perusahaanku. Membuat karyawanku menganggur dalam dua bulan ini.

Aku harus bagaimana lagi sekarang ya Tuhan.

"Ibu kelihatan pucat sekali, sebaiknya ibu istirahat dulu. Kasihan bayi ibu di dalam perut," ucap Selly penuh perhatian.

Beruntung papi mempunyai Selly, yang tak terbujuk rayuan maut Kak Sean, yang sebenarnya menginginkannya juga di perusahannya.

"Saya tidak mungkin menggigit tangan orang yang memberi saya makan."

Nomor Dua (Judul Lama 'Istri Nomor Dua')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang