Ada masa dimana aku sangat iri pada teteh dan mbak Garnet. Pada saat mereka di lamar didepan keluarga besar dan orang banyak dengan romantis. Itu adalah salah satu moment terbaik yang akan selalu dikenang seumur hidup. Pria yang begitu mendambakan kita rela memutus urat malunya saat menyatakan keinginannya menikahi kita.
Tapi diusiaku yang ga lagi muda ini, aku ga begitu berharap untuk bisa merasakan moment itu. Saat ada pria yang memintaku pada ayah saja, aku akan sangat bersyukur. Pria yang ada didepanku saat ini adalah salah satu keajaiban yang aku miliki.
Seminggu ini aku memiliki rutinitas yang menjadi kebiasaan baruku. Lepas sholat subuh, aku akan membuka kulkas dan memasak sarapan untuk kedua pria yang dalam seminggu ini membuatku merasakan dunia baru tiap bersama mereka.
Walaupun kebiasaan sarapan kali ini berbeda dengan tradisi keluargaku yang...ya tau lah kan gimana orang absurd bin kepo ngumpul itu pasti berisik. Banyak yang dibahas saat sarapan, bahkan tak jarang bubun menyiapkan alarm untuk berada di meja makan saat sarapan. Bersama kedua pria ini, sarapan menjadi hal yang sangat tenang. Tanpa bicara dan tanpa gadget ataupun koran.
Mas Tama bilang, Almarhumah Rista mengajarkan mereka berdua untuk menghargai makanan pertama yang masuk kedalam tubuh kita dengan cara makan dengan tenang tanpa suara. Aku tidak akan merubah kebiasaan sarapan mereka, walaupun diawal aku pernah juga keceplosan ngajak ngobrol mas Tama yang hanya ditanggapi dengan anggukan. Sekarang aku mulai membiasakan diri.
Ini yang dinamakan proses itu bukan, proses pengenalan kebiasaan dan karakter pribadi pasangan. Kenal mas Tama selama 2 minggu ini yang paling bisa aku simpulkan adalah dia yang sangat menjagaku dan cemburuan saat ada yang menyentuhku, even it's his own son!
Skinship yang terjadi pada kami berdua ga lebih dari pelukan, ciuman di kening, kedua pipi, kepala dan saling menggenggam tangan. Bahkan saat Tristan mengecup bibirku, mas Tama ga akan iseng untuk diperlakukan adil. Dia cukup bijak untuk menahan diri.
Seminggu ini pula, aku mengenal pribadi mas Tama lebih dalam. Walaupun statusnya sebagai direktur utama rumah sakit, mas Tama masih loyal pada passion arsitekturnya.
Perusahaannya memang belum sebesar perusahaan Fabian di Singapore tapi mas Tama sangat nyaman dengan pekerjaannya sebagai architect consultant. Apalagi saat ini, perusahaan yang dirintis bersama sahabatnya Endricko sedang memiliki proyek besar di Pulan Bintan.
Aku sempat bertanya, kenapa memilih menerima jabatan direktur utama rumah sakit kalau passion dia di arsitektur. Apa coba dia bilang?
"I need home to back my life. My passion is not home, not a priority too. I leaved my passion and accepted this opportunity because of you. For me, you are my first home so I'll always return to you now until we all together in jannah"
Jadi meleleh kan hati adek ini kalo dia bilang gitu. Saat itu aku hanya ingin berada dalam pelukannya, mengirup wangi tubuhnya yang selalu memabukan.
Hari sabtu ini, rencananya mas Tama akan mengajakku untuk mengunjungi Prof Rumi. Dia tau kalau aku adalah residen yang dibimbing beliau, ah apa yang ga mas Tama tau tentangku. Beda denganku yang masih belum tau tentang mas Tama lebih dalam.
Bahkan saat aku tanya alasan apa yang membuat dia jatuh cinta pertama kali melihatku, mulutnya terkunci rapat. Dia hanya bilang, saat itu kebahagian Tristan yang utama. Melihat Tristan seterbuka itu sama aku, membuatnya menjadi lebih yakin bahwa hatinya tepat memilih pengganti Rista.
Aku tak pernah sedikitpun tersinggung saat mas Tama mengatakannya, aku memang pengganti karena aku tau Rista akan tetap menjadi cinta pertama bagi mas Tama. Kami adalah pasangan yang sama-sama kehilangan cinta pertama, tapi menjadi cinta kedua bukan masalah juga karena yang terpenting adalah menjadi cinta terakhir hingga akhir hayat nanti. Ahay deuh! Aamiin.
![](https://img.wattpad.com/cover/181867787-288-k49207.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rekam Jejak Tritici (END)
RomanceTritici Xenon Mulyadi, dokter bedah anak usia 34 tahun itu masih tetap melajang. "Aku belum siap aja" itu yang selalu menjadi jawaban pamungkasnya saat tiap orang bertanya tentang pernikahan. Tici, sapaannya itu memiliki luka di masa lalu yang hingg...