Kembali ke rutinitasku menjadi seorang dokter bedah anak yang hari ini telat kerja karena drama pagi yang tak berhenti. Setelah ciuman dipipi yang dilakukan oleh mas Tama. Mereka berdua kompak, entah apa yang dibicarakan kedua pria berbeda usia itu. Tapi senyuman nakal dari keduanya bisa aku simpulkan bahwa mereka akan membuatku merasakan kejutan setiap harinya. Iya kejutan yang selalu membuatku bahagia bukan lagi terkejut aku terheran-heran.
Alasan telatnya aku datang ke kantor karena mereka kompak minta dibuatkan sarapan dan mereka menolak keluar dari unit kalo belum dibuatkan sarapan dan diberikan pelukan. Aku tau ini pasti ide mas Tama, ga mungkin Tristan yang polos itu memiliki ide senakal itu. Hingga akhirnya bergegas ke dapur untuk memasakkan omelette kepiting dan roti panggang. Untung kulkas dan lemariku selalu terisi penuh bahan masakan.
Selesai sarapan barulah mereka pamit untuk pulang yang kembali membuat aku kaget karena mas Tama dan Tristan tinggal di depan unit apartement ku. Jadi rasa penasaranku pada dokter Sean terjawab, pasalnya saat itu aku melihatnya berada di lobby apartement ini. Ada satu kalimat yang aku ingat sebelum mas Tama menutup pintu.
"Malam nanti aku jemput ke rumah sakit, siapin semua pertanyaan tentangku sebelum kita ketemu nanti malam ya de"
Maksudnya apa coba? Siapin pertanyaan segala.
"Permisi dok" Veni membuka pintu ruanganku
"Masuk Ven"
Veni memasuki ruangan "Selama 2 hari dokter libur, ada rujukan dari dokter Sean mengenai kasus bayi nyonya Rudi. File rekam medik nyonya Rudi sudah Veni kirim ke komputer dokter"
Aku langsung mencari file tersebut dan membaca rekam medik yang ditulis oleh dokter Sean mengenai kasus bayi yang masih berada dikandungan ibunya itu. Melihat hasil USG 4D yang menunjukkan adanya kantung pada janin.
"Kapan HPL* nya Ven?" tanyaku *Hari Perkiraan Lahir
"Dokter Sean belum memberi tahun HPLnya. Katanya dokter disuruh menghadap langsung dengan beliau"
"Kapan?"
"Hari ini dok tapi dokter Sean lagi ada SC mungkin saat jam makan siang dokter bisa menemuinya"
"Biar nanti aku japri aja sama dokter Sean"
"Lalu dok, mengenai pasien Dera. Setelah operasi, keadaanya semakin stabil. Dokter Sigit akan menjelaskan detail hasil observasinya"
Aku menggangguk "Ada lagi?"
"Mengenai kondisi Louis dok, keadaanya mulai stabil dan orang tuanya minta untuk pulang. Seharusnya pagi tadi dokter dijadwalkan visite...maaf ya dok"
"Ok ok ga apa-apa. Aku yang salah, kita visite sekarang. Aku juga udah kangen dengan Louis" aku memakai jas dokter dan membawa stetoskopku
"Dok, sebetulnya sejak dokter pergi kemarin ada yang terus mencari dokter" ucap Veni saat kami berjalan di lorong
"Residen anestesi kan yang nyari aku"
Veni tersenyum dan mengangguk "Iya dok, sampe rajin banget lihat kondisi Dera. Malah kata suster Wiwid, dokter Fabian sering ngajak ngobrol Dera"
"Hahaha iya dia emang aneh"
"Terus dok, tau ga Dirut kita udah dateng? Pas jum'at dia dateng dok, duh sayang banget dokter udah ijin pulang lebih dulu. Padahal dia ngunjungi Ruang Pelangi dok, nanya juga dokter bedah anaknya kemana. Ganteng banget dok, sebelas duabelas lah sama dokter Fabian tapi lebih berkarisma Dirut kita" Veni mulai bergosip
Aku hanya tersenyum mendengar bahasan ini. Iya tau bukan cuma ganteng aja, dia juga romantis dan bikin saya meleleh kalau Veni tau.
"Dokter kok tumben ga komen? Malah senyan senyum aja" tanya Veni
KAMU SEDANG MEMBACA
Rekam Jejak Tritici (END)
Roman d'amourTritici Xenon Mulyadi, dokter bedah anak usia 34 tahun itu masih tetap melajang. "Aku belum siap aja" itu yang selalu menjadi jawaban pamungkasnya saat tiap orang bertanya tentang pernikahan. Tici, sapaannya itu memiliki luka di masa lalu yang hingg...