Bel apartementku berbunyi saat aku sedang membuat taro latte kesukaanku. Aku segera berlari ke arah pintu dan membukanya.
"Morning mami" sapa Tristan sudah rapi menggunakan uniform "Mami kiss abang"
Aku berjongkok dan mencium pipi kanan kirinya "Morning sayang"
"Sekarang giliran papa" suara mas Tama
"Eeh" kagetku saat kembali berdiri
"Pagi sayangku" mas Tama langsung mencium pipi kanan kiriku, diakhiri ciuman dikeningku
"Kami lapar mami" Tristan masuk lebih dulu meninggalkan aku yang masih kaget dengan sikap mas Tama pagi ini
"Aku kan udah bilang, jangan sering kaget sayang" dia membalikkan badanku dan mendorongku dengan tangannya di bahuku
"Papa tolong, Tristan mau duduk" pintanya
"Ok boy" menggendongnya dan menurunkannya di kursi meja bar yang ada di depan dapurku "Mami lagi sarapan nih"
"Mami ayo duduk" suruh Tristan
Aku duduk disamping mas Tama "Aku cuma sarapan roti aja, mau bikin sesuatu?"
"Udah cukup de ini aja" mas Tama meraih tanganku
"Mami, abang mau pakai selai coklat" manja Tristan
"Papa juga mau selai coklat mami" tak kalah manja
Aku mengoleskan selai coklat pada roti tawar.
"Mami ini apa?" tunjuk Tristan ke mug berisi taro latte milikku
"Taro latte, abang mau?"
"Abang mau coba"
Mas Tama meraih mug yang ada di sampingnya kemudian dengan telaten menyuapi Tristan dengan sendok.
"Abang suka, abang mau minum yang gini juga mami"
"Ok, papa mau minum apa?" aku menaruh roti di piring Tristan dan mas Tama
"Black coffee mami"
"Ok"
Aku meraih mug kecil dan besar, membuat pesanan dari kedua pria yang akan sangat berpengaruh pada kehidupanku.
"Taro latte for abang" aku menaruh mug didepan Tristan "Black coffee for papa" menaruh mug yang satunya didepan mas Tama
"Thank you sayang" ucap mas Tama menggeserkan kursi untuk aku duduki
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum kearahnya.
Selesai sarapan, aku merapihkan piring dan mug kotor, dimasukkan ke dalam bak cuci piring. Sementara aku mencuci piring kotor, mereka berdua menungguku di ruang tengah sambil menonton kartun Spongebobs.
"Mami, abang mau dianter sekolah sama papa dan mami" ucapnya saat aku melewati ruang tengah menuju kamarku untuk mengambil tas
"Siap bos, mami sama papa antar" ucapku memberi hormat pada Tristan sebelum masuk kedalam kamar, Tristan membalas senyumku
Mas Tama masuk menyusulku "Ade ga apa-apa telat praktek?"
"Iya mas, ga apa-apa. Lagian ga ada jadwal operasi paling nanti siang ketemu sama pasien dokter Sean" jelasku sambil mengenakan anting
"Makasih ya sayang" ucapnya sambil mencium kepalaku
Aku dan mas Tama menuntun Tristan menuju mobil yang sudah menunggu di depan lobby apartement. Pa Bimo menyerahkan kunci mobil pada mas Tama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rekam Jejak Tritici (END)
RomanceTritici Xenon Mulyadi, dokter bedah anak usia 34 tahun itu masih tetap melajang. "Aku belum siap aja" itu yang selalu menjadi jawaban pamungkasnya saat tiap orang bertanya tentang pernikahan. Tici, sapaannya itu memiliki luka di masa lalu yang hingg...