Rekam Jejak 37

8.6K 520 13
                                    

Selasa pagi, lepas sholat subuh kami segera bergegas menuju bandara Changi untuk kembali ke Jakarta. Kemaren setelah drama cek cok kecil di mansion Gemi, akhirnya kami sepakat untuk terbuka satu sama lain. Setelah makan malam bersama dan Tristan tertidur, kami pamit pulang ke apartement Erick.

Tristan susah diajak pulang, makanya malam tadi sengaja menunggu dia tidur bersama Biru dan menggendongnya masuk ke dalam mobil. Aku harap Gemi dan Fabian segera pindah ke Jakarta jadi nanti Tristan ada Biru teman bermainnya. Ya walaupun di Jakarta juga ada Seon, Shaka dan Senna tapi Tristan sepertinya lebih nyaman dengan Biru.

Benar apa yang Gemi bilang tentang cara mendidik anak, aku harus bisa bijak dalam bersikap. Tristan kadang memang masih suka introvert saat bermain bersama 3 sepupunya. Mungkin karena merasa Tristan adalah cucu dari anak pertama jadi ketiga sepupunya sering mengalah. Berbeda dengan Biru yang lebih memilih untuk defence saat Tristan merajuk, hingga akhirnya Tristan lebih banyak mengalah pada Biru.

Tapi justru dengan seperti itu sikap manja dan ego Tristan berkurang saat bersama Biru. Yang aku perhatikan Tristan akan segera belajar bagaimana Biru bersikap, ya walaupun kadang Biru agak lebay juga sih. But overall, mas Tama setuju dengan cara didikan Gemi dan Fabian. Apalagi nanti Tristan akan punya adik, duuh udah ngomong adik aja. Nikah aja belum!

"Assalamualaikum ay" sapaku saat ponselku bergetar setelah landing di bandara Soekarno Hatta

Kami masih mengantri untuk proses imigrasi sebelum akhirnya keluar mengambil koper dan segera pulang ke apartement.

"Waalaikumsalam, udah nyampe de?"

"Baru landing ay"

"Oh syukur kalau gitu. Ayah sama bubun masih di Jakarta, ini kami jemput. Kebetulan ayah dan bubun habis honeymoon"

"Yaelaaah masih jaman ya ay honeymoon?" aku terkikik dan mas Tama yang ada disampingku ikut tersenyum

"Lansia gini kami masih kuat, jangan salah ya!"

"Huuu iya lah iya, lansia jaman now emang beda. Ay, udah ada di bandara? Kami di terminal 3"

"Iya ayah tau. Udah dari tadi, ini lagi ngopi sama pa Mufti dan pa Bimo"

"Ya udah tunggu aja ya ay. Ade sama mas Tama mau check out imigrasi dulu"

"Ok. Assalamualaikum" ayah langsung memutuskan sambungan tanpa menunggu jawaban salamku, seperti biasa.

"Waalaikumsalam"

"Kenapa de?"

"Ayah sama bubun yang jemput. Katanya habis honeymoon jadi masih di Jakarta dong" aku tersipu malu

"Till jannah ya de kaya mereka nanti sama aku" ucapnya sambil mengusap kepalaku dengan satu tangannya, tangan lainnya menggendong Tristan yang masih tidur.

"Iya mas, insha allah"

Satu hal yang aku pelajari dari kebiasaan Tristan. Selama perjalanan hingga nanti sampai, kebiasaan Tristan itu tidur. 10 menit setelah masuk pesawat ataupun mobil Tristan akan langsung tertidur. Kata mas Tama, dulu waktu kecil dia juga seperti Tristan. Pelor* banget! *nempel molor

Selesai proses imigrasi dan pengambilan koper, kami berjalan keluar menuju Starbucks. Ayah dan bubun terlihat sedang mengobrol dengan pa Mufti dan pa Bimo. Ayah yang melihat kami berjalan kearahnya langsung melambaikan tangan.

"Aduuh incu* bubun masih bobo" ucap bubun sambil mengelus kepala Tristan *cucu

Kami berdua menyalami tangan ayah dan bubun kemudian mencium pipi kanan dan kirinya.

Rekam Jejak Tritici (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang