Rekam Jejak 32

8.8K 574 12
                                    

Alarm ponselku berbunyi menandakan waktu subuh. Saatku mencoba meraih handphone dengan tanganku, aku merasakan tubuhku sulit digerakkan. Tubuhku seperti terkunci oleh sesuatu yang sekarang menggeliat semakin erat memelukku. Tunggu, posisi terakhir kali tidur ga seperti ini.

Berat namun pasti aku paksakan membuka mata. Ini dada bidang mas Tama, aku semakin bergerak mencari posisi senyaman mungkin. Tapi ada yang aneh? Tristan!

"Euungh mas" ucapku parau

"Hmm" deheman pelan menjawab

Tanganku mendorong dada bidang ini "Bangun mas, subuh dulu. Ini mas kok mepet gini sama aku. Tristan kejepit nanti mas" ucapku yang kini sudah setengah sadar

Matanya terbuka setengahnya "Pagi sayang" gumannya kemudian mencium kepalaku

"Mas lepasin dulu tangannya, ini Tristan kemana. Takut ketindih sama mas. Aduh alarm juga masih bunyi itu mas"

"Mami, it's your" suara Tristan di belakang punggungku

Kami sama-sama terlonjak kaget dari posisi tidur kami berdua. Tristan cekikikan disamping ranjang.

"Kok abang udah bangun?" tanyaku yang sudah dalam posisi setengah duduk, meraih handphone dan mematikan alarmnya

Mas Tama kembali berbaring dan tanganya berada di perutku.

"Biar abang cepet punya adik" ucapan polosnya

Aku melepaskan tangan mas Tama yang melingkari perutku, memposisikan duduk ditepi ranjang menghadap pada Tristan. Menangkup wajahnya dengan kedua tanganku.

"Abang, mau punya adik banget ya?"

Dia mengangguk "Kata bang Gaga kalo mami sama papa tidur berdua nanti abang punya dedek bayi. Makanya abang bangun pas mau pipis terus pindah tidurnya ke sofa"

Bocah sableng! Dasar si mulut toa! Aduuh Gamma ngajarin anakku sembarangan!

"Bang Gaga bilang apa lagi?" tanyaku menyelidik

"Hmm itu aja mi. Jadi abang pasti nanti punya dedek bayikan?" harapnya dengan mata puppy eyesnya

Aku meraih tubuhnya mendudukkannya di pangkuanku "Insha Allah nanti abang punya dedek bayi. Abang mau nunggu kan?"

Tristan mengangguk "Mau"

"Pinter!" aku mengecup pipinya "Sekarang bangunin papa, kita sholat subuh dulu ya" aku menurunkanya disamping mas Tama yang masih tertidur

"Papa, ayo bangun pa. Sholat subuh dulu pa"

"Hmm" mas Tama hanya berdehem

"Kalau papa ga bangun, abang mau kiss mami bolehkan?"

"JANGAN!" Mas Tama langsung bangun dari tidurnya

Aku terkekeh bersamaan dengan tawa Tristan yang pecah.

"Papa will wake up if abang say will kiss mami, it's so funny mami hehehe" ucapnya sambil kembali padaku dan memelukku

"Abang pinter! Give high fives!" aku mengangkat tanganku dan kami melakukan tos bersamaan dengan Tristan

"Kalian berani ya goda papa? Papa hukum loh" mas Tama sudah bersiap menerkam kami berdua di atas kasur "Rooaar"

Mas Tama meraih tubuhku dan tubuh Tristan, tangannya menggelitiki pinggang Tristan dan rontaan serta ampunan sambil terkikik geli terdengar dari mulut bocah itu.

"Ampun papa, aampuuun hihi geli papa" ucapnya sambil menahan tangan mas Tama

"Sekarang giliran mami, ayo serang mami!" seru mas Tama yang kini beralih padaku, aku bergerak tak tenang

Rekam Jejak Tritici (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang