Ini adalah telepon ketiga dari ayah, saat aku sedang menyetir sendiri dari Jakarta menuju Bandung. Selain mengingatkan untuk hati-hati saat nyetir, lalu istirahat di rest area kalo aku ngantuk hingga jangan lupa sholat dan makan.
"Iya ay, ini udah di 97" menjelaskan rest area yang aku datangi saat perutku meminta diisi
"Kalo udah di 125 kabarin ayah"
"Siap bos"
"Pelan-pelan aja, ade nih suka ngebut" suara bubun terdengar
"Tuh denger kan de?" ayah yang berbicara kembali
"Iya ay, tenang aja sih. Lagian ini bukan pertama kalinya Tici pulang nyetir sendiri"
"Bukan gitu, soalnya ade kemaren bilang abis operasi sieun* cape terus ngantuk dijalan" *takut
"Iya ay, tenang aja ya. Tici makan dulu ini"
"Iya, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam ay"
Aku memutuskan untuk makan di rumah makan padang. Rasanya perutku butuh sekali makanan berlemak macam rendang, aku menelan ludah membayangkannya. Memasuki rumah makan ini, aku langsung memilih menu yang sudah aku bayangkan sejak tadi dengan tambahan jeruk hangat untuk menetralkannya.
"Ibu that is Onci"
Anak kecil itu berlari ke arah mejaku "Hai Blue" aku menariknya ke dalam pelukanku dengan tangan yang masih kotor
"Not blue, I'm Biru" protesnya
"It's mean that same, boy" aku mengerutkan keningku
"No the same onci, my name is Biru not Blue"
"Uuuh, but i think it the same"
"No onci, Biru is B I R and U but Blue is B L U and E" dia memanyunkan bibirnya sambil mengeja huruf-huruf itu dengan pelafalan bahasa inggrisnya
Aku tertawa saat melihat Biru seperti orang tua yang lagi nasehatin anaknya "Ok ok Biru, my favorite colour ups my favorite boy"
"Onci i miss you so much" dia mencium pipiku
Aku menciumi pipi gembulnya juga "Ooh i miss you too so much my boy"
"Hai Ci" sapa Gemi yang langsung memelukku erat
"Oh hai Gem" ucapku
"Gue kangen sama lo" ucapnya lagi masih dalam posisi memelukku
Entah perasaan apa ini tapi aku juga merindukan Gemi "Gue juga kangen sama lo. Gem, gue cuci tangan dulu ya"
Gemi melepaskan pelukannya "Iya bau rendang lo hehehe" senyuman yang sangat aku rindukan
"Hahaha lo masih aja sama" sewotku sambil pergi meninggalkan Gemi dan Biru menuju wastafel
Dua tahun ga ketemu Gemi dan bahkan sering kali aku hindari telepon atau video call darinya. Aku hanya akan mengatakan maaf saat telepon atau video call darinya ga aku angkat dengan sebuah pesan 'sorry Gem, gue sibuk operasi'
Terakhir kali ketemu Biru saat berumur 4 tahun dan saat dia ulang tahun ke 5, aku menyempatkan diri untuk melakukan video call. Ga nyangka setahun lebih aku ga menghubunginya, Biru masih sangat mengenaliku.
Dari kaca depan wastafel, aku melihat Fabian dan Tosca udah datang bergabung dengan Gemi dan Biru. Aura ayah yang dimiliki Fabian sangat terlihat jelas, apalagi tangannya menggendong Tosca dan tas punggung yang ada di pundaknya menandakan dia siap untuk keperluan dua buah hatinya. Pemandangan yang sangat indah itu membuatku sedikit merasa minder dan belum siap untuk menghadapinya. Tapi mau gimana pun, situasi ini ga akan bisa aku hindari terus menerus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rekam Jejak Tritici (END)
RomanceTritici Xenon Mulyadi, dokter bedah anak usia 34 tahun itu masih tetap melajang. "Aku belum siap aja" itu yang selalu menjadi jawaban pamungkasnya saat tiap orang bertanya tentang pernikahan. Tici, sapaannya itu memiliki luka di masa lalu yang hingg...