HARI INI,
Sasa sudah menginjakan kaki tepat di depan pintu gerbang SMA JAYA yang sekarang bisa dibilang sekolah barunya. Tujuannya saat ini adalah mencari ruang kepala sekolah. Sekolah barunya ini lumayan luas, sehingga sangat membingungkan bagi sasa untuk mencari ruangan kepala sekolah berada.Sasa mulai melewati lorong-lorong sekolah yang terbilang cukup sepi. Tidak ada yang berada di lorong sekolah tersebut. Tapii... tunggu. Ada salah satu siswi yang sasa lihat sama menggunakan seragam seperti dirinya saat ini.
"Hai.." sapa sasa dengan gugup. Siswi tersebut menoleh ke arah sasa berada. Ia kelihatan kebingungan dengan adanya sasa tiba tiba.
"Gue?" Tanya siswi tersebut yang sekarang menjadi lawan bicara sasa.
"Iya. Gue Natasha Nabila. Panggil aja sasa" ujar sasa.
"Oh. Gue Fina Athala. Panggil gue Fina" kata fina memperkenalkan diri balik. "Gue tau. Lo pasti nyari ruang KEPSEK kan? Sini ikut gue" ucap fina kepada sasa.
Sasa tercengang ketika fina mengatakan hal tersebut. Bagaimana bisa tau tujuan sasa? Padahal sasa belum berbicara secara inti. Sasa pu. Mengikuti langkah fina untuk menuju keruangan kepala sekolah.
'Demi cabe dipasar mahaall. Ni anak adik roy kiyoshi yak? Kok bisa tau maksud gue sih?' Batin gila sasa.
•••
Kelas 12 ipa 2. Yang ditunjuk sebagai kelas baru sasa. Banyak pasang mata yang melihat Bu Dina kepala sekolah SMA JAYA yang berjalan dengan sasa. Sasa merasa sangat gugup sekarang karena merasa tidak enak di perhatikan seperti ini.'Gilakk cantik banget..'
'Cuci mata pagi pagi..'
'Biasa aja..'
'Alay..'
Blablablabla
Banyak bisikan yang terdengar ditelinga sasa, tetapi kembali normal setelah bu dina berteriak untuk diam. Bu dina kembali berbicara untuk memperbolehkan sasa memperkenalkan diri.
"Nama gue Natasha Nabila. Kalian bisa panggil gue sasa. Gue pindahan dari sekolah SMA PELITA, Bandung" kata sasa memperkenalkan diri.
Setelah memperkenalkan diri Bu dina memberi tahu sasa untuk duduk di bangku yang kosong. Kelas menjadi riuh kembali ketika mendengar perkataan Bu Dina. Sampai-sampai ada yang mengusir teman sebangku agar sasa bisa duduk di bangku tersebut. Ya, semua riuh. Tetapi ada salah satu laki-laki yang sedari tadi hanya berdiam diri dengan mata masih terfokus dengan handphone di tangannya.
'Apa dia tuli?' Batin dan pikiran sasa yang tidak masuk akal.
Setelah berpikir, sasa memilih untuk duduk tepat di samping laki-laki muka datar itu. Muka datar? Karena sedari tadi sasa lihat dia tidak berekspresi apapun. Sasa memilih duduk disana karena menurutnya tempat itu sangat tepat dan strategis untuknya yaitu tidak terlalu didepan, dan tidak terlalu di belakang juga.
Tanpa meminta izin. Sasa langsung menempatkan bokongnya dikursi. Pikirnya, untuk apa meminta izin terlebih dahulu? Toh tadi Bu dina mengizinkannya untuk memilih bangku yang kosong.
Merasa ada yang datang, laki-laki tersebut langsung menoleh ke arah sasa dengan kaget. Karena tanpa seizinnya, sasa langsung duduk di sampingnya.
"Siapa yang nyuruh lo buat duduk samping gue?" Laki-laki tersebut mulai membuka suara dengan nada yang datar datar saja. Sasa sempat melihat label nama laki-laki tersebut yang bertulis Nico Giandra.
"Terserah gue lah. Kan bangku ini kosong." Jawab sasa tak kalah cueknya dari Nico.
Laki laki itu yang bernama Nico Giandra pun hanya pasrah dengan jawaban sasa tadi. Dia hanya tidak ingin membahas hal yang tidak penting, apalagi dengan orang yang belum dirinya kenal.
'Terakhir kalinya berbicara panjang nico!' Batin nico yang menyadari bahwa pagi ini dia sudah berbicara dengan kalimat yang panjang menurutnya. Nico pun bergeleng-geleng sambil terfokuskan lagi dengan handphone nya.
|\|
Jangan lupa Vote and comment :*
I yellow you💛
KAMU SEDANG MEMBACA
FINE; On Going!
Teen Fiction'Semula duniaku hanya abu, tak ada warna yang melintas, tak ada kehangatan menyapa. Lalu, kamu datang menawarkan jutaan harapan, melahirkan jutaan keyakinan untuk mendapatkan setitik warna dunia kepadaku. Tanpa menghapus abu didalam pencariannya. Ak...