Sudah 4 jam lamanya perjalanan camping disekolah Sasa akhirnya sampai juga. Nico yang terlelap juga akhirnya bangun berkat Fino yang membangunkannya. Nico menoleh ke arah kanannya dan memunculkan senyuman kecil di wajahnya ketika melihat Sasa masih tertidur di posisi yang sama.
Dengan perlahan, Nico menepuk pipi Sasa. Awalnya Nico ragu melakukan ini-- apalagi dia tidak tega untuk membangunkan Sasa yang terlihat begitu tenang saat tertidur.
"Sa bangun sa, udah sampai." Ucap Nico disela kegiatannya membangunkan Sasa. Dengan menggeliat kecil yang dibuat oleh Sasa, Nico kembali tersenyum lalu membuat muka datar lagi.
"Loh?! Kok gue bisa disini? Lo modus ya?" Tanpa berpikir, Sasa langsung menuduh Nico yang tidak-tidak. Ya. Dia hanya berbicara apa adanya yang sekarang ia tahu. Nico meninggalkan Sasa yang masih mengomel tidak jelas dan tidak penting baginya. Ia sedang tidak ingin berdebat dengan Sasa sekarang.
"Itu cowok manusia bukan sih?" Tanya Sasa pada dirinya sendiri.
•••
Banyak Siswa maupun Siswi yang antusias dengan jalannya Camping sekolah ini. Nico, Fino dan Reza sudah menyiapkan Tenda yang akan di tempati untuk beberapa hari. Selain Nico, bedanya Sasa masih berpikir mengapa Nico bisa bersamanya di dalam bus tadi.
"Kok gue deg-deg'an sih?" Ucapnya dengan diri sendiri sambil menggelengkan kepala masih kebingungan dengan apa yang dipikirkannya sekarang.
"Fin." Teriak Sasa untuk memanggil Fina di jarak yang tidak terlalu jauh.
"Apa sih, Sa? Gue disini." Kata Fina sok dramatis.
"Idiw. Eh iya, Hmmm--- jadi gini. Tadi itu kok si Ni---"
"Oh tadi. Gue ceritain deh. Tadi tuh lo salah kursi. Maka--" Belum sempat bercerita secara detail, ucapan Fina terhenti berkat Sasa berteriak setelah dirinya memotong ucapan Sasa.
"MAKSUD LO? gue salah kursi? What the-- huhh.." Sasa mengelus dadanya. "Kok lo gak mau ngomong ke gue sih? Bangunin kek. Apa gitu. Biar gue nggak dikira sengaja deketin si Nico!" Lanjutnya dengan berbicara tanpa sela nafas sedikit pun, membuat Fina kelabakan untuk mendengarkan ucapan Sasa tadi.
"Mau sengaja deketin juga nggak kenapa kali." Kalimat tersebut berhasil membuat Sasa menjadi panas dingin. Orang yang bersuara menjawab Sasa itu siapa lagi kalau bukan, Nico. Ia malah dengan santainya langsung menarik tangan Sasa untuk mengikutinya.
"L-llo mau bawa gue kemana? Jangan bilang lo mau macem-macem, lagi?" Ujar Sasa sambil berusaha melepaskan genggaman Nico ditangannya. Bukannya merasa sakit, tapi Sasa hanya tidak suka ketika banyak pasang mata yang melihat dirinya dengan Nico.
"Udah, ikut aja." Nico mulai bersuara dan berhenti di dekat parkiran bus berada. Sasa yang merasa kebingungan hanya bisa menautkan kedua alisnya untuk meminta penjelasan kepada Nico. Sasa menghela nafas, ia ternyata terlalu bodoh untuk me-Ngode si cowok tidak peka seperti Nico. Jelas saja Nico hanya membalas muka datar jika Sasa hanya menautkan alisnya.
"Huhh.. kenapa lo ajak gue kesini?" Basa basi Sasa untuk memecahkan keheningan yang mulai hadir di antara Nico dengannya. Nico menggosok kedua tangannya karena hari sudah mulai gelap dan dingin yang terasa tanpa menghiraukan perkataan Sasa. Sasa ingin beranjak pergi, namun tangannya di tarik oleh Nico yang berakibat Sasa sekarang sangat dengat posisinya dengan Nico.
Memandang wajah Nico dari jarak perCenti jauhnya mampu membuat jantungnya akan turun ke bokong. Disatu sisi, Nico terdiam memandang wajah Sasa terasa damai di hati entah ada apa dengan Nico saat ini. Ia merasakan banyak hal yang berbeda ketika bersama dengan gadis di hadapannya sekarang.
"Ekhm."
Sasa terlonjak kaget ketika Nico berhasil membuyarkan lamunan konyolnya. Cepat-cepat Sasa menjauh dan melepas tangan Nico dari tangannya yang tadi di tarik oleh Nico sembari merapikan pakaian yang dikenakannya.
"Gue cuma pengin berdua sama lo" Kata Nico membalas ucapan Sasa yang sedari tadi menanyakan alasan mengapa Nico menggeretnya bersama.
"Dih. Kan lo bisa sama Fino terus si Reza. Kenapa harus gue? Bilang aja lo suka sama gue ya? Ya kan, ya kan?" Kata Sasa mengarahkan pandangan tak tentu arah.
Nico tertawa, lalu mendekat kearah Sasa berada. "Gue nggak yakin, kalau gue suka duluan sama lo." Ucapan tersebut membuat kedua pipi Sasa terlihat merona. Entah kenapa ucapan yang di katakannya ingin sekali Sasa tarik kembali. Sasa menoleh ke arah Nico, berusaha memahami perkataan Nico barusan.
"Lo kenapa sensi amat sih deket gue?" Lanjut Nico ketika melihat Sasa sudah menoleh kearahnya dengan tatapan yang tidak masuk akal baginya.
"Kenapa lo bilang gue sensi? Lo nya aja kali belum kenal gue." Nico berbalik menatap heran Sasa.
"Yaudah, gimana kalau lo sama gue kenalan dulu? Kan pertama kali masuk kelas lo udah kena bacotan judes gue." Kata Nico dengan sedikit tertawa. Untuk kesekian kalinya Nico tertawa hanya dengan gadis di sampingnya, Sasa.
"Oke. Mulai dari lo." Ucapan setuju dari Sasa membuat Nico sangat antusias dengan ucapannta yang asal-asalan diucap. Ia tidak menyangka bahwa Sasa akan setuju, karena menurutnya sendiri, ajakan Nico untuk memperkenalkan diri kembali itu hal yang sangat konyol bagi Nico.
"Kenalin, nama gue Nico Giandra. Salam kenal" Ujar Nico sambil mengukurkan tangannya.
"Kenalin juga, nama gue Tasha Nabila. Salam kenal juga." Sasa tersenyum dan dibalas senyum juga oleh Nico.
•••
Sasa dan Nico kembali di tempat berkumpul Siswa siswi berada. Dengan posisi Sasa di depan dan Nico berjalan di belakangnya. Beberapa murid menatap keduanya dengan tatapan yang beraneka ragam. Tidak terkecuali dengan Fina, Fino dan Reza. Mereka berdua saling menoleh satu sama lain dengan tatapan bertanya dan terheran heran.
"Pada ngeliatin apa sih?" Kata Sasa ketika sudah berada di dekat Fina.
"Ngapain lo nanya gue? Seharusnya gue dong yang nanya banyak hal ke lo." Ucap Fina menjawab pertanyaan Sasa dan kembali sibuk dengan barang-barang di hadapannya.
"Banyak hal?" Ucap Sasa kebingungan dengan jawaban yang di lontarkan oleh Fina.
"Udah lupain aja. Gue mau ke babang zeyeng dulu. Hihi." Ujar Fina dan langsung meninggalkan Sasa yang masih kebingungan.
"Wait-- wait. Jangan bilang kalau lo--"
"Iya, gue udah punya pasangan. Gak kayak lo. Jomblo sejak embrio. Hahaha" Potong Fina dan kembali melanjutkan Ucapannya dengan tertawa. Antara tertawa mengejek dan tertawa bahagia.
"Untung gue sabar."
|\|
Iyellowyou💛

KAMU SEDANG MEMBACA
FINE; On Going!
Novela Juvenil'Semula duniaku hanya abu, tak ada warna yang melintas, tak ada kehangatan menyapa. Lalu, kamu datang menawarkan jutaan harapan, melahirkan jutaan keyakinan untuk mendapatkan setitik warna dunia kepadaku. Tanpa menghapus abu didalam pencariannya. Ak...