13. Work

6.3K 974 80
                                    

Hari-hari Jiyoon berikutnya hanyalah bekerja, bekerja, dan bekerja.

Toh, dia tidak kuliah. Jadi apa lagi yang bisa ia lakukan selain bekerja.

Pagi mengantar koran, siang menjaga toko bangunan, sore pulang sebentar untuk menyiapkan keperluan Jisung, malam jadi pelayan di kafe Taeyong, tengah malam menjaga minimarket.

"Jiyoon, habis ini mau kemana?" tanya Taeyong yang melihat dari tadi gadis itu kelelahan.

"Ke minimarket Sunbae, dapat waktu kerja malam sampai pagi," jelas Jiyoon.

"Terus Jisung?" tanya Taeyong dengan maksud mencegah gadis itu bekerja lagi.

"Aku sudah bilang ke dia kok tadi," jawab Jiyoon sembari bersiap untuk pekerjaan selanjutnya.

Taeyong menghela napasnya, "kamu kecapekan Jiyoon-ah, jangan terlalu memaksakan diri untuk suatu hal yang sebenarnya bukan tanggung jawabmu."

"Itu tanggung jawabku Sunbae. Jisung sekarang tanggung jawabku."

"Tapi kamu nggak harus memaksakan diri gini agar Jisung kuliah di luar negeri Jiyoon. Kamu bisa kuliahkan dia di universitas negeri saja. Biayanya lebih murah bahkan Jisung bisa saja mendapat beasiswa," jelas Taeyong.

"Aku tahu. Tapi itu keinginanku dari awal dia mengucapkannya nyaris 10 tahun yang lalu," ucap Jiyoon.

Taeyong lagi-lagi menghela napas, "ini gajimu buat seminggu kemarin. Aku naikan karena kamu bekerja keras."

"Makasih banyak Sunbae!"

Entah dari kapan, tapi Jiyoon dan Taeyong mengobrol dengan informal.

Jiyoon benar-benar melanjutkan pekerjaannya di minimarket hingga subuh.

"Selamat malam," sapa Juyoon pada pelanggan yang datang.

"Malam juga Nona," sapa pria itu balik.

Pria yang tinggi dengan wajah tertutup masker hitam membeli beberapa mi instan dan minuman bersoda.

"Totalnya 20.500 won," ucap Jiyoon.

"Sungguh tidak baik bagi seorang gadis bekerja subuh begini," ucap pria itu sembaru memberikan beberapa lembar uang.

"Selagi bisa, kenapa tidak?" ucap Jiyoon.

"Dengar Nona Park Jiyoon, malam itu terkadang mengerikan. Tolong jaga dirimu baik-baik," sarannya.

"Iya, terimakasih—"

"Jung Jaehyun," potong pria itu.

"Terinakasih sarannya tuan Jung. Tapi laki-laki pun tidak baik berkeliaran subuh begini," ucap Jiyoon.

"Kalau aku keluar pada saat siang hari, aku bisa mati dicakar," sahut pria bernama Jung Jaehyun itu.

"Ada ada saja," gumam Jiyoon.

Pria itu mengambil satu bungkus roti kemudian menuliskan sesuatu disana dan memberikannya pada Jiyoon, "jangan disebar."

"Selamat malam," ucapnya kemudian melangkah keluar dari minimarket.

Aneh sekali pria itu, batin Jiyoon.

Tapi tunggu— Jung Jaehyun... Sepertinya dia pernah mendengarnya, tapi siapa dan dimana?

Ah bodo amat lah.

Omong-omong, tabungan Jiyoon sebentar lagi cukup untuk biaya kuliah Jisung. Ya hanya biaya kuliahnya saja, belum biaya hidup disana.

"Haahh!" ucapnya begitu semua pekerjaannya selesai.

Ia pulang dengan berjalan kaki kemudian melihat adiknya sudah tertidur bersama buku-buku persiapan ujian yang begitu tebal.

Adiknya itu sama seperti dirinya, sangat ambisius. Jika sudah A, maka ia akan terus A.

Jisung sangat ingin kuliah di Oxford dari kecil. Itulah sebabnya anak itu selalu rajin belajar dari dulu.

Sementara Jiyoon sangat ingin mewujudkan mimpi sang adik. Oleh sebab itu pula ia bekerja dari pagi sampai pagi.

Sungguh kakak-adik yang sangat ambisius dalam mengejar keinginan.

Jiyoon memandangi wajah adiknya. Anak itu terlihat sangat kelelahan hanya dengan belajar.

"Kantung matamu Jisung," gumam Jiyoon.

Padahal, yang jauh lebih lelah itu Jiyoon. Tapi Jisung tidak mengetahuinya, jadi jangan salahkan Jisung juga.

Jisung tahu kakaknya bekerja, tapi dia tidak tahu bahwa pekerjaan yang diambil kakaknya seberat itu. Jika ia tahu, bisa dipastikan Jisung akan melarang keras.

Tbc

31 Maret 2019

All the love,
Feli

Noona (Park Jisung) [Tamat;✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang