29. Dinner

5.3K 863 19
                                    

Jiyoon meletakkan buku diary-nya di nakas kemudian berpikir kembali.

Sudah banyak sekali hal dalam kehidupan dia lewati dan itu semua rasanya tidak masuk akal.

Mulai dari di manja kedua orang tua, ditinggalkan oleh mereka, berusaha bertahan hidup berdua dengan Jisung, menyekolahkan Jisung hingga dia menjadi sarjana, melihat Jisung menikah sampai punya anak.

Dia tak habis pikir, bagaimana dia dapat melalui semua itu dulu?

Belakangan ini Jiyoon stres karena memikirkan beberapa surat yang datang terus. Surat itu menyuruhnya menjauhi Jeno.

Jiyoon memang tidak pernah berhenti berpikir bagaimana caranya agar dia tidak merepotkan Jisung maupun Jeno.

Pernikahannya di undur entah kenapa, Jisung sampai marah-marah karena itu sementara Jeno tidak dapat berbuat apa-apa, Jeno juga pusing. Bukankah itu merepotkan Jisung dan Jeno? Karena dia.

Jiyoon memakai dress berwarna merah muda kesayangannya. Dress yang terkesan vintage itu sangat pas dengan dirinya.

Hari ini dia diajak makan malam oleh Jeno dan Jisung, entah apa motif dua makhluk itu mengajaknya.

Jiyoon naik taksi karena memang Jisung memaksanya.

Sekitar lima belas menit ia sampai di restoran prancis. Hm, restoran yang dari luar saja sudah bisa ia tebak mahal.

"Noona," sapa Jisung.

Hanya ada Jisung, Jeno, dan dirinya di meja itu. Restoran juga sepi.

"Tumben ngajak makan?" Jiyoon membuka suara.

"Jeno hyung habis gajian," balas Jisung.

"Oh."

Mereka memesan makanan kemudian hening. Yang mengobrol hanya Jisung dan Jeno, Jiyoon sama sekali tak berniat nimbrung.

"Noona nggak apa-apa?" tanya Jisung.

"Hah? Nggak apa," balas Jiyoon.

"Kamu diam sekali hari ini," ucap Jeno.

"Apa sih? Aku nggak apa-apa, serius."

Jiyoon memikirkan surat itu. Tentang surat yang menerornya terus. Dia bingung, haruskah dia bercerita pada Jeno dan Jisung atau diam saja?

Dia takut malah membuat dua orang ini kepikiran nantinya.

"Um, Jen," panggil Jiyoon.

"Iya?"

"Belakangan ini aku dapat surat mulu," jelasnya.

"Dari siapa? Surat apa?" tanya Jeno, Jisung memerhatikan.

"Aku ngga—"

"Permisi, pesanannya," ucap pelayan memotong ucapan Jiyoon sembari meletakkan pesanan mereka di meja.

Jiyoon menggeleng, "lupakan, nggak penting."

Mereka makan diselimuti keheningan lagi. Entahlah, seperti canggung.

"Minhyung sama Alicia apa kabar?" tanya Jiyoon.

"Baik, Minhyung tambah gembul," jelas Jisung.

"Mama sama Papa kamu?" tanya Jiyoon pada Jeno.

"Baik," jawab Jeno.

"Eh iya Hyung sama Noona!" seru Jisung tiba-tiba.

"Kenapa?"

"Astaga, Jisung lupa mau kasih ini. Ini gelang kembaran bertiga, Jisung desain sendiri jadi cuma ada tiga di dunia," ucap Jisung sembari memberikan dua kotak, masing-masing satu untuk Jiyoon dan Jeno.

"Wah! Keren banget Sung, Triple J nih!" seru Jeno kemudian memakai gelangnya.

Jiyoon juga memakai gelang itu, sangat pas karena Jisung hafal betul ukuran tangan Jeno dan Jiyoon.

"Benar-benar Triple J!" seru Jisung.

Jiyoon, Jisung, dan Jeno memandang air jernih sungai Han pada malam hari.

Ketika mereka sedang diam menatap air itu, tiba-tiba Jiyoon memeluk Jisung dan mencium kedua pipi adiknya itu.

"Noona sayang banget sama kamu Jisung, sampai kapanpun itu," ucap Jiyoon.

Jisung menyernyit bingung.

Kemudian Jiyoon memeluk Jeno.

"Perjalanan cinta kita susah banget ya Jen? Asal kamu tahu, aku sayang banget sama kamu," ucapnya seraya mencium bibir Jeno.

Jisung masih tidak mengerti, begitu pula dengan Jeno yang hanya diam.

"Jisung juga sayang sama Noona."

"Aku juga sayang sama kamu Yoon."

Jiyoon tersenyum, "aku tahu."

Tbc

Benar lagi End, mau sequel ga?

13 Mei 2019

All the love,
Feli

Noona (Park Jisung) [Tamat;✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang