10. Oxford?

6.8K 1K 36
                                    

10 Oktober 1992

Jiyoon kini telah memasuki kelas 12. Dia makin fokus dengan sekolahnya tapi tetap bekerja seperti dulu.

Ya intinya tidak ada yang berubah dari Park Jiyoon. Tetap seorang gadis pekerja keras, hanya saja kini belajarnya juga ikut lebih keras demi ujian.

Jeno? Jiyoon tidak tahu pasti. Kata Hyera, Jeno kuliah di salah satu kampus ternama di kota mereka.

Jeno dan Jiyoon sudah lost contact semenjak Prom waktu itu. Walaupun di dalam hati terdalam Jiyoon memiliki rasa pada pria itu, rasa bersalahnya jauh lebih besar.

Yang pasti kini Jiyoon senang karena salah satu sahabat sekaligus orang yang pernah mengisi hatinya itu masuk universitas yang baik dan ia baik-baik saja hingga kini.

"Bengong aja terus," seru Hyera pada Jiyoon.

"Bukan bengong. Aku ngantuk," jawab Jiyoon.

"Kamu dipanggil kepsek tuh!" seru Hyera.

Lah ngapain? Perasaan SPP dan segala jenisnya udah lunas walaupun sempat telat kemarin, pikir Jiyoon.

"Lah malah bengong lagi. Ayo sana ke ruang kepala sekolah Jiyoon sayang," ucap Hyera lagi.

"Iya, iya sabar," gumam Jiyoon kemudian berlari kecil menuju ruangan yang dimaksud.

"Permisi Pak," sapa Jiyoon.

"Park Jiyoon? Silakan duduk," ucap Kepala Sekolah mereka, Pak Taemin.

"Begini Jiyoon. Kami sudah mempertimbangkan banyak hal sebelum membuat keputusan ini," ucap Pak Taemin.

Jiyoon menyergit bingung.

"Kamu bisa mendapatkan beasiswa penuh di Oxford University, nak," ucap Pak Taemin.

"Mustahil Pak. Bagaimana bisa?" tanya Jiyoon tak percaya.

Lucu saja, masa tiba-tiba dia bisa mendapat beasiswa ke Oxford?

"Nilaimu merupakan nilai terbaik di angkatan ini. Ini merupakan program pertukaran pelajar Nak, hasil kerjasama sekolah ini dengan pihak disana," jelas Pak Taemin.

"Tapi Pak... Saya tidak yakin," ucap Jiyoon.

"Ini kesempatan yang sangat berharga Jiyoon. Ini berkasnya, silahkan kamu pikirkan baik-baik," ucap Pak Taemin final.

Jiyoon akhirnya mengangguk sembari menerima berkas itu.

"Kenapa dipanggil kepsek?" tanya Hyera yang tiba-tiba sudah ada di sebelah ruang kepala sekolah.

"Aku dapat beasiswa penuh ke Oxford," ucap Jiyoon.

"SERIUS?! WOY BAGUS DONG!" seru Hyera.

"Tapi Jisung nanti gimana...," ucap Jiyoon.

Hyera berdecak kesal, "anak itu bukan anak kecil yang harus selalu dijaga."

"Dia masih labil banget Ra. Lagian dia nggak bisa ngapa-ngapain. Cuci baju, cuci piring, nyapu, dia nggak bisa," jelas Jiyoon.

"Dengar Yoon. Hidupmu nggak selalu tentang Park Jisung, dia harus bisa mandiri!" kesal Hyera.

"Tapi aku yang bertanggung jawab atas dia Ra. Mau jadi apa dia kalau nggak ada yang ngurusin? Anak itu terlalu polos."

"Terserahmu lah Yoon, aku capek kasih nasihat," ucap Hyera.

Jiyoon sangat bingung.

Haruskah dia menerima beasiswa itu atau menolaknya saja?

Jisung sangat ingin masuk ke kampus tempat beasiswa Jiyoon. Oleh sebab itu dia belajar mati-matian dari dulu.

Jika Jiyoon meninggalkannya, Jisung pasti sangat sakit hati.

Tapi di sisi lain, ucapan Hyera ada benarnya. Jisung harus belajar mandiri.

"Noona," panggil Jisung.

"Iya?" sahut Jiyoon.

"Seragam Jisung kena noda pas main bola tadi," ucap Jisung.

"Cuci gih, udah besar 'kan?" ucap Jiyoon.

"Noona...," ucap Jisung.

Jiyoon tersenyum, "kamu harus belajar buat mandiri Jisung, karena nggak selalu ada aku di sisi kamu."

"Sini aku ajarin!" seru Jiyoon sembari menarik adiknya ke tempat cuci-cuci.

Mengajari dengan lembut cara mencuci pakaian. Untung Jisung tidak bandel-bandel amat jadi dia menurut saja.

"Noona," panggil Jisung lagi.

"Hm— Eh!" pekik Jiyoon lantaran Jisung memeluknya dengan sangat erat.

Tubuh mungil Jiyoon bahkan nyaris terangkat karena Jisung yang ketinggian.

"Kenapa Sung?" tanya Jiyoon kaget.

"Noona jangan tinggalin Jisung ya?" ucap Jisung.

"Kenapa ngomong gitu?"

"Jisung belum bisa hidup tanpa Noona. Jisung bisa gila kalau hidup sendiri tanpa Noona," ucap Jisung.

Pertahanan Jiyoon runtuh. Iya, sangatlah mudah mengubah pemikiran Park Jiyoon jika itu sudah seorang Park Jisung.

Apapun hal baik menyangkut Jisung, pasti ia lakukan.

Selalu ia tegaskan sejak awal. Ia rela memberikan apapun unduk adik semata-wayangnya itu.

"Iya Jisung. Aku nggak akan ninggalin kamu."

Tbc

27 Maret 2019

All the love,
Feli

Noona (Park Jisung) [Tamat;✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang