19. Love?

6.1K 976 110
                                    

Jisung besok lulus.

Jiyoon bahkan ia paksa ke Oxford demi menyaksikan kelulusannya.

Tidak sendiri, Jiyoon ditemani Jeno karena Jiyoon tidak mengerti cara naik pesawat.

"Jen, naik pesawat itu rasanya gimana?" tanya Jiyoon cemas.

"Seru Yoon," jawab Jeno.

Saat ini mereka sedang berjalan masuk ke dalam pesawat.

Jeno menggandeng Jiyoon. Bukan modus, takutnya dia kesasar.

"Kursi kita disini Yoon," ucap Jeno.

Jiyoon melihat sekelilingnya, "lho, kok beda sama orang-orang itu? Mereka kursinya sempit, ini kok besar Jen?"

"Dibeliin business class sama Jisung. Anak itu benar-benar sayang sama kamu," jelas Jeno.

Mereka duduk, Jiyoon disamping jendela.

"Jeno, aku takut," ucap Jiyoon.

"Sstt, nggak apa-apa," ucap Jeno.

Pesawat mulai berjalan. Makin cepat, makin cepat, hingga sepenuhnya terbang.

"Jeno...," ucap Jiyoon sembari menutup matanya dan meremat tangan sahabatnya itu.

"Nggak apa-apa Jiyoon, jangan nangis heh." Jeno panik.

"Pesawat itu udah di desain sedemikian rupa supaya bisa terbang kayak gini Jiyoon. Jadi nggak apa-apa," ucap Jeno.

Jeno berusaha mengalihkan pandangan Jiyoon mulai dari menutup jendela, menyetel musik, dan lainnya agar gadis itu tidak terlalu takut.

Usahanya berhasil, Jiyoon akhirnya bisa tidur. Penerbangan berjam-jam ini akan terasa sangat menyiksa jika gadis itu tidak tidur.

Mereka sudah sampai di tujuan. Saat ini mereka berada di dalam taksi.

"Keren banget kota ini Jeno," ucap Jiyoon dengan amat excited.

"Kamu dulu 'kan nyaris dapat beasiswa disini Yoon," ucap Jeno.

"Hehe nggak aku ambil tapi...," ucap Jiyoon.

Ketika sampai di hotel dan meletakan barang. Jeno mengajak Jiyoon jalan-jalan mengelilingi kota.

Jiyoon sangat gembira, gummy smile-nya tak pernah luntur.

"Kamu senang banget?" tanya Jeno.

"Banget, nget, nget, nget!" seru Jiyoon.

Jeno terkekeh melihat Jiyoon yang seperti anak kecil.

Jiyoon yang dulu ia lihat adalah Jiyoon yang dewasa, pekerja keras, cantik dengan senyuman khas-nya. Tapi yang ia lihat saat ini adalah sosok Jiyoon yang manja, imut, ceria dengan senyuman dan tawa tanpa beban.

Iya, sosok Jiyoon yang asli. Yang tidak berpura-pura bahagia disaat ia kelelahan.

Jika saja kabur hal yang mudah, Jeno tidak segan-segan membawa lari Jiyoon ke suatu negara dan hidup bahagia bersama gadis ini.

Karena kembali ke Korea mungkin membuat Jiyoon kembali bertemu kawan-kawannya. Ya, kawannya seperti kesedihan, keterpurukan, stres, dan lainnya.

"Jiyoon," panggil Jeno ketika mereka sampai di Bodleian Library, salah satu tempat yang benar-benar Jiyoon ingin kunjungi karena sempat melihat posternya.

Jiyoon sangat gembira sampai dia melompat-lompat di taman perpustakan.

"Iya Jeno?" jawab Jiyoon yang tersadar dari kesenangannya, menjawab panggilan Jeno dengan senyuman manis.

Jeno diam, pria itu mendekati Jiyoon dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Jiyoon membeku ditempat ketika kedua tangan Jeno menangkup kedua pipinya.

"Neomu yeppeo," ucap Jeno sebelum mendaratkan bibirnya pada bibir ranum Jiyoon.

Jiyoon sempat terkejut, namun dia membalas ciuman tulus Jeno.

Tidak ada napsu dan kawan-kawannya, yang ada hanya ketulusan.

Ketika Jiyoon mulai kehabisan napasnya, dia mendorong Jeno perlahan. Melepas tautan mereka.

Pipi Jiyoon memanas kala menatap Jeno. Gadis itu segera menutupi wajahnya dengan tangan.

Jeno tersenyum kemudian memeluk Jiyoon, "terimakasih."

"U...Untuk?" tanya Jiyoon.

"Memberikan first kiss-mu," jawab Jeno.

"Oh, aku nggak tahu harus balas apa. Tapi, aku senang sekali," ucap Jiyoon dengan polosnya.

"Kita jadi?" tanya Jeno.

"Hah? Jadi apa?" tanya Jiyoon balik.

"Anu... Pasangan," ucap Jeno ragu.

Jiyoon tertawa, "kalau boleh aku memberhentikan waktu, akan aku lakukan saat ini juga."

"Kenapa?" tanya Jeno.

"Karna aku sangat-sangat bahagia. Bahkan rasanya seperti tidak nyata," jelas Jiyoon.

"Ini bukan mimpi," ucap Jeno.

"Aku nggak pernah merasa sebahagia ini Jeno," ucap Jiyoon kemudian memeluk sahabat —ralat— kekasihnya tersebut.

"Bukan di Paris yang katanya kota cinta, bukan pula di Roma. Tapi di Oxford, kota kecil yang menghasilkan banyak sarjana terbaik di dunia."

"Jen, bolehkah suatu saat kita kembali lagi kesini? Untuk sekedar bernostalgia dan mengingat kembali kenangan manis yang membuatku merasakan euforia."

Tbc

Hiya hiya hiya 🌚🌚🌚

By the way guys, pingin tahu dong pendapat kalian soal ff ini biar aku makin semangat nulis dan mengerti perasaan kalian 😭😭😭

7 April 2019

All the love,
Feli

Noona (Park Jisung) [Tamat;✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang