Lukisan Nyonya Telasih

11.2K 522 46
                                    

Hantu itu muncul ketika dalam lubuk hati kita yang terdalam hadir rasa takut, meskipun hanya sekecil debu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hantu itu muncul ketika dalam lubuk hati kita yang terdalam hadir rasa takut, meskipun hanya sekecil debu. Dan hantu muncul di tempat dan waktu yang seringkali mengganggu nalar.

---

Pada awal tahun 1991, Om Riyanto diminta keluarganya untuk tinggal di rumah Bude Is di komplek perumahan ABRI Angkatan Darat. Waktu itu, Om Riyanto yang baru saja lulus SMA hendak melakukan tes kesehatan menjelang penerimaan siswa angkatan darat.

Awalnya, Om Riyanto sempat menolak ketika ditawari tempat tidur gratis di rumah Bude Is itu. Banyak sanak saudaranya yang menceritakan macam-macam perihal riwayat rumah Budenya itu. Konon sih itu rumah berhantu.

Nahasnya, karena keadaan keuangan keluarga sedang kurang sehat, akhirnya Om Riyanto terpaksa singgah di rumah berhantu versi sepupu-sepupunya itu.

Senja hari itu, setelah hampir dua jam berkendara bis, dia sampai juga di tujuan akhirnya.

Secara fisik, bila dilihat dari luar, rumah Bude Is nyaris tak ada bedanya dengan rumah-rumah di kanan kirinya. Satu-satunya keunikan yang Om Riyanto dapati dari rumah-rumah di sana adalah penyebutannya dengan istilah "barak" layaknya tenda perang prajurit. Bangunan bergaya Belanda dengan dinding yang selalu basah menjadi alasan utama mengapa rumah-rumah ini 'nampak' berhantu. Firasat Om Riyanto tak tenang karenanya.

Bude Is tinggal sendirian. Ditemani dua anjing peliharaannya, ia telah hidup menjanda sejak suaminya yang veteran meninggal kurang dari setahun lalu. Sebuah alasan lain bagi Om Riyanto untuk menolak tinggal di sini.

Om Riyanto tiba di rumah itu selasa sore. Tes kesehatan baru akan dijalaninya kamis pagi esok. Masih ada waktu baginya untuk mempersiapkan diri.

Ketika memasuki rumah itu, serangan hawa ganjil menyeragnya. 

Ruangan pertama yang menyambutnya melebar ke dua sisi dari pintu utama hingga membaginya  menjadi dua ruang tamu. Tepat lurus dengan pintu depan, ada sebuah pintu bergaya kedai-kedai di film koboi.

Pintu itu divernis begitu mengkilap dengan warna cokelat tua yang legam. Di atas pintu itu sendiri, digantung lukisan besar yang mengilustrasikan Perang Pangeran Diponegoro melawan kompeni Belanda. Yang nampak keliru dari lukisan itu adalah adanya gambar kuda mati yang ditunggangi salah seorang Panglima Belanda yang terjatuh. Kata Ibu, ini adalah pertanda buruk bagi penghuni rumah. 

Masuk melewati pintu koboi itu, lorong yang lebarnya hanya satu bentangan tangan itu menyambutnya dan berakhir pada ruang keluarga yang luas. Di sana, berdirilah dua guci besar, buffet kayu berukir, televisi tua besar yang tersimpan dalam lemari kayu, dan beberapa barang antik lain koleksi keluarga Bude Is. Pemandangan ini sudah cukup meresahkan Om Riyanto. Seakan, segala entitas itu berada di zaman yang salah.

Lewat Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang