Bukit Pemakan Jiwa

6.4K 435 14
                                    

Baru berjalan enam bulan, usaha foto prewedding yang dijalankan Agung dan kedua rekannya sukses besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Baru berjalan enam bulan, usaha foto prewedding yang dijalankan Agung dan kedua rekannya sukses besar. Kendati tinggal di daerah kabupaten kecil di wilayah selatan Jawa Timur, Kirana Photography tak pernah sepi order. Awalnya, usaha ini digagas berdua saja. Agung dan Ikhsan menginjak gas karirnya dari pedal hobi. Berkat bantuan Roni, sepupu jauh Ikhsan, hobi itu disulap jadi materi bisnis.

Yang membuat produk jasa mereka laris di daerah situ bukan semata karena tingginya kualitas hasil akhir foto, tapi karena ide-ide besutan Agung dan kawan-kawannya dalam mencari set lokasi pemotretan. Ketiga anak muda ini sering berkelana, menjelajah alam sembari mencari lokasi pemotretan ke tempat-tempat asing. Banyak tempat-tempat tersembunyi yang mereka temukan dan disulapnya jadi lokasi pemotretan untuk calon-calon pasangan suami istri.

Namun, hari itu ada yang sedikit berbeda. Kantor mereka kedatangan seorang lelaki muda.

"Bukit Sukmo Ilang?" tanya Ikhsan pada tamunya.

Nama lelaki itu Adam. Usianya mungkin 35an.

Ia mengangguk mantap. "Adik perempuan saya yang mau nikah, pengen banget nyari lokasi foto prewed yang beda. Nah, ini salah satu foto lokasi yang tadi saya sebutkan."

Agung menerima gawai milik tamunya itu, lalu menajamkan pandangan pada layar yang berpendar terang. Pada tampilannya, terlihatlah bunga beraneka warna tumbuh liar di atas padang rerumputan yang hijau. Ia mengernyit. "Ini diambil di bukit- Apa tadi? Sukmo ilang?- Mas Adam sendiri yang ngambil gambarnya?"

"Oh, itu kiriman teman saya, Mas" sangkalnya. "Saya pribadi belum pernah ke sana. Nanti saya ikut juga rencananya."

"Kalau dari sini, agak jauh juga, ya. Mungkin nanti akan kita bebankan extra cost, Mas," tandas Roni. Remaja lulusan Pendidikan Akuntansi ini juga merangkap sebagai finance dan admin medsos Kirana Photography. Salah satu tugasnya adalah mengkalkulasi barisan angka agar neraca keuangan stabil.

"Tidak masalah, Mas. Dihitungkan saja. Kami siap bayar, berapapun itu."

Kalimat itu menutup pertemuan mereka. Pada jeda waktu sesaat sebelum tamunya pergi, ketiga pemuda itu saling lirik dan lempar senyum kecil. Untung besar, saudara-saudara.

Kamis siang, Agung dan kawan-kawan sudah rapih berdandan dan siap meluncur. Kendaraan inventaris yang akan mengangkut mereka bertiga dimiliki bersama secara kredit. Di bawah teduhnya pohon Mahoni itu, turut hadir Mas Adam dengan mobil hitamnya. Ia tak sendirian. Adik perempuannya, sang calon pengantin wanita terlihat ceria menggandeng calon mempelai prianya yang senantiasa bermuka sengak. Lagaknya terlihat menyebalkan. Segala yang menempel di badannya adalah barang bermerk. Suatu perkara yang jarang terjadi di kota kecil ini. Melihat dari gelagatnya, dapat dipastikan kucuran dana bocor dari kantong tebalnya.

"Kita konvoi saja, ya. Saya sudah share-location ke HP mas Agung, jaga-jaga kalau rombongan kita kepisah." Mas Adam berujar santun. Sebentar kemudian, mesin dua mobil itu menggerung, meninggalkan lokasi titik temu, menjelang jalanan kota yang panjang menuju bukit misterius yang sudah ditentukan.

Lewat Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang