Tidak akan pernah kamu lepas dari bayangan masa lalu kalau kamu tidak berdamai dengan dirimu dan masa lalu itu sendiri.
-berd.pengalaman pribadi-Gia membaca catatan pertama di blue note nya. Gia masih ingat perasaan tidak tenang saat itu.
Hari kedua tanpa kabar kamu.
Van, hari ini ada senior sok jago yang deketin aku. Aku kesal. Aku bilang aku udah punya pacar eh malah dia ketawa. Aku bingung, padahal gak ada yang lucu. Eh ternyata dia deketin aku mau ngajak masuk BEM. Aku malu Van. Hehehe. Sibuk banget disana?
Gia tertawa. Bodoh sekali dia pada saat itu pikirnya. Terlalu Gede Rasa.
Lembar-lembar selanjutnya diisi dengan gambar bunga Lily. Beraneka warna tapi lebih banyak yang berwarna putih.
Hari ke delapan puluh enam tanpa kabar kamu.
Selamat ulang tahun Van, ini ulang tahun pertama kamu disana. Maaf, aku tidak menulis hari ketiga sampai hari kedelapan puluh tujuh. Mulai sekarang aku hanya menghitung hari dengan bunga lily saja ya. Aku takut kalau kamu baca tulisanku setiap hari akan merasa bersalah. Jadi aku menyibukkan diri dengan kuliah dan BEM. Organisasi tidak buruk ya Van? Aduh lupa. Semoga panjang umur Van, dan cepat selesaikan study nya. jemput aku sesuai janji kamu. Aku rindu.
Gia menutup note itu. Tidak sanggup rasanya membaca nya lebih. Gia ambil beberapa note yang berwarna biru gelap itu dan dimasukkan kedalam tas kerjanya. Agar setiap Gia mau baca, bisa dibaca kapan dia mau.
Sore itu Ken dan Gia mendatangi sebuah restaurant untuk makan. Sudah lama mereka tidak makan bersama lagi. Gia yang sejak tadi malam tidak bisa focus membuat kerjaannya semakin berantakan. Dan tanpa Gia duga, Ken sudah satu jam setengah menunggu Gia di lobby kantornya.
"Gak mau ganggu kamu kerja Gia"
"Kamu bisa nelpon aku Ken, kamu nunggu lama gitu"
"Udahlah, kan udah terjadi. Aku gak masalah kok kamu malah marah-marah."
"Kamu selalu begitu, menyepelekan begitu. Akukan merasa gimana gitu"
"Bukan menyepelekan, tapi menyederhanakan."
Gia diam, malas mendebat Ken karena apapun pasti ada saja kata-kata Ken untuk kembali mendebat Gia. Karena memang Ken selalu berhasil membuat Gia secara tidak sadar menjadi sosok yang lebih terbuka.
"Gimana kabar om dan tante? Om sudah pulang dari Singapura?"
"Sudah , kira-kira 12 hari yang lalu. Aku gak ingat tanggal berapa"
"Tante jadi pergi ke Yerusalem sama kaum Ibu gereja?"
"Hah?"
"Terakhir kali aku telepon tante bilang begitu"
"Kamu sering telepon mama Ken?"
"Loh gak ada salahnya kan telepon Calon Ibu mertua?"
Gia terdiam. Bagaimana mungkin Ken tau rencana Mamanya sendiri sedangkan dia malah sibuk dengan urusan lain.
"Sayang, kok diem?" Sambil mengangsurkan udang miliknya untuk Gia, kebiasaan Ken.
"Kamu kalau gak mau udang pesen yang gak ada udangnya dong"
"Ga enak juga kalau gak ada sedikit rasa pencampuran dari udang sayang"
"Kalau gak ada aku, mau sama siapa kamu kasih udang ini Ken?"
"Loh, emangnya kamu mau pergi?"
SKAKMAT. Gia menelan kasar udang pemberian Ken.
"Percaya atau enggak, belakangan ini kamu aneh. Tadi malam kenapa telepon aku gak diangkat?"