Kamu memiliki potensi besar untuk menyakiti aku karena kamu yang paling kucinta
-Unknown"Apa selama kita memiliki hubungan tidak akan mengalahkan hubungan special kamu dengan dia dimasa SMA kamu? Apa aku sebegitu tidak berarti buat kamu?"
"Stop ken. You need to stop all this bullshit. Bukan kamu yang tidak berarti. Atau bukan tentang kamu menang atau tidak. Ini tentang aku yang selalu kalah oleh diriku sendiri. And you deserve better."
"STOP TALKING ABOUT DESERVE BETTER!!!" Intonasi Ken menaik. Gia tersentak. Baru kali ini Ken marah.
"Yang kamu perdulikan hanya bagaimana perasaan kamu terhadap dia dan bagaimana harusnya realita kalau saja kalian masih bersama. Kamu tidak pernah mengerti perasaan aku. Kamu tidak mengerti bagaimana insecure nya aku saat kamu bilang kamu memutuskan akan berteman dengan dia. Kamu tidak tau bagaimana tidak percaya-diri nya aku saat kamu lebih sering bertemu dengan dia. Kamu tidak pernah mengerti bagaimana kekhawatiran aku saat tau kamu masih menyimpan semua barang kenangan kalian dulu!" kata Ken frustasi.
"I love you. I do love you" sambung Ken melembut.
"I am sorry Ken. Seandainya aku mempersiapkan diriku sendiri dari lama, mungkin aku akan tau bagaimana aku harus bersikap tanpa menyakiti kamu. Seandainya saja aku mampu pulih dari masa lalu aku, aku pasti tidak menyakitimu sejauh itu"
Gia menangis.
"Stop use that word. Don't 'seandainya'. Mulai sekarang, biasakan dengan 'sekalipun'. Sekalipun kamu tidak tau harus bersikap bagaimana terhadap dia, minimal kamu harus menjaga yang ada dalam genggaman kamu. Sekalipun kamu tidak mempersiapkan diri atas kedatangannya, minimal kamu bisa tenang dam memfokuskan diri pada rencana-rencana jangka panjang yang sering kita bicarakan. Times flies so fast Gia, dan semuanya berubah. Masa lalu ada di masa lalu"
Gia semakin menangis. Dan Ken baru saja ingin memeluk Gia lagi.
"Stop disitu Ken. Aku akan selesaikan masalah aku kalau begitu. Aku sudah melangkah sejauh ini, melangkah sedikit lagi tidak masalah buat aku."
"Maksud kamu?"
"Yang aku tau bahwa cinta membawa kebahagiaan. Kalau aku menyakitimu berarti ada yang salah. And I know, the only guilty person is me. And I'll fix it alone. Without you. Aku ingin kamu bahagia. Aku hanya akan membawa sakit lainnya pada kamu. Let me go"
"Omong kosong macam apa yang sekarang sedang kamu bicarakan Gia? Kita masih baik-baik saja tadi malam dan bangun dengan saling memeluk. Let's end this conversation. Aku tidak menemukan alasan untuk merespon lebih dari ini"
"Please..."
"Kamu ingin lepas dari aku karena kamu ingin lebih sering dipanggil Gi? Aku akan ubah panggilan aku kalau begitu."
"I won't hurt you. Aku sedang struggling dengan masa lalu aku dan itu menyakitimu. Lalu saat ada seseorang yang menginginkan kamu dan kamu bahagia disekitarnya, apa itu salah?"
Ken diam. Membiarkan Gia berbicara semaunya.
"Aku tidak bisa menjanjikan apa-apa. The more we get together, the saddest we'll be. Clay mencintai kamu dan ingin kamu bersamanya. Go for it"
"Apa kamu pernah tanya aku ingin dia apa tidak? Dan aku tidak butuh kamu janji apa-apa. Cukup janji kalau kamu akan baik-baik saja"
"Ken, aku akan baik-baik saja dan menyelesaikan semua masalah ini"
"Dengan selesai dengan aku juga maksud kamu?"
"Kamu harus bahagia"
"Satu-satunya yang membuat aku bahagia adalah menemukan kamu disudut café saat itu dan menyatakan perasaan aku di depan orangtua kamu saat magister graduation kamu"
Ken melembut.
"Aku akan berjanji baik-baik saja. Kamu harus bahagia. Kamu dengar aku kan? Is it a good deal?"
Seperti biasa, Gia dengan keinginannya ditambah dengan keras kepalanya.
"Aku akan berkata pada diriku sendiri bahwa kita tidak pernah membicarakan ini. We never talk about this. Dan ayo kita pulang ke Jakarta"
Gia menggeleng. "Pulanglah, kita akan bertemu di Jakarta. Ini sudah final."
Ken menatap Gia dengan tatapan sendu. Dan Gia berjalan kearah pintu.
"Gia... do you love me?" Gia berbalik menatap Ken.
"Setiap orang yang saling mencintai tidak akan saling menyakiti Ken. Aku mencintai kamu namun aku menyakiti kamu. Maka dari itu satu-satunya hal yang bisa aku lakukan adalah lepas dari kamu dan membiarkan orang lain membahagiakan kamu"
Ken meninggalkan Gia begitu saja dan menuju kamar mandi. Namun setelah membuka pintu kamar mandi, Ken berkata pada Gia.
"Satu-satunya kesimpulan dari percakapan kita adalah aku akan menganggap percakapan itu tidak pernah terjadi Gia. Dan kita akan bertemu di Jakarta. Kita akan baik-baik saja selama kita bersama."