6

166 42 10
                                    

“Selamat pagi!” sapa Wendy ceria seperti biasa. Dia langsung menyerahkan kunci kelas pada Chen dan melambai. “Sampai jumpa!”

“Ada apa denganmu?” tanya Chen aneh membuat Wendy yang sudah berjalan beberapa langkah langsung berbalik dengan tawanya. Gadis itu menjelaskan kalau pagi ini dia punya pekerjaan dan tidak bisa ikut kelas.

Karena Irene sudah mempercayakan kuncinya pada Wendy, ia biasanya bertugas membuka kelas. Walau tidak untuk hari ini.

Chen bisa dibilang sedikit kecewa dengan berita dadakan Wendy, apalagi hari ini dia tampak cantik. Chen tak bisa berlama-lama melihat senyumnya yang makin manis. Malah sekarang dia iri dengan bos gadis tersebut, jangan-jangan setiap hari selalu melihatnya berpenampilan begini?

“Ya sudah, sana berangkat. Kalau terlambat bahaya juga,” kata Chen sambil tersenyum.

“Tapi aku pasti akan mencoba makananmu hari ini!” Dan kalimat itu menjadi penyejuk perasaan Chen, itu berarti kemungkinan setelah bekerja Wendy akan menemuinya.

















× ARC EN CIEL ×

Kelas berlangsung seperti biasa dengan menyenangkan, walaupun Chen jadi harus bekerja ekstra karena Wendy tak ada untuk membantunya. Irene saja tak cukup karena dia mengajari banyak murid. Hari ini ia memasak beberapa macam gorengan.

Berhubung kurang ahli dalam bidang memasak, Chen meminta bantuan pada Seola yang ada di belakangnya. Dia masih sendiri karena teman di pantry sebelahnya belum masuk juga.

“Seola, apa aku bisa minta bantuanmu?” tanya Chen ragu.

Seola mengangguk sambil berjalan ke pantry Chen dan mengajarinya beberapa hal. Mulai dari membuat adonan, hingga takarannya. Cara menggorengnya pun diajarinya dengan telaten sampai Chen bisa melakukannya dengan baik. Ia bahkan yakin masakannya akan enak walau ada sedikit campur tangan dengan Seola.

Dilihat dari caranya mengajar, sepertinya Seola adalah orang yang mudah belajar. Kemampuannya cukup untuk bisa memasak.

“Wendy-ssi pasti ada pekerjaan, kan?” tebak Seola sambil menggoreng miliknya juga. Chen mengangguk dengan disertai gumaman. “Sepertinya oppa kecewa.”

“Maksudnya?” Chen menoleh dengan raut campuran antara bingung dan terkejut. Seola tersenyum tipis menanggapi reaksi itu. “Mungkin begitu karena dia temanku, yang paling dekat di kelas ini.”

Seola mengangguk mengerti, ia bahkan bercerita kalau dirinya sempat melihat Wendy dan Chen bernyanyi bersama di kelas sebelum pulang.

“Suara kalian bagus sekali,” puji Seola.

“Lainkali kau bisa ikut kalau mau. Kudengar kau seorang guru seni, pasti bisa menyanyi, kan?” tanya Chen masih dengan karakter ramahnya. Seola hanya mengangguk malu-malu dan obrolan mereka terputus di sana.

Tak lama Irene mendekat dengan ponsel di tangannya, menyimpan benda itu di dekat pantry Chen dan bilang, “Yang fokus ya masaknya.”

Ternyata Wendy menelpon Irene berupa video call, wajahnya memenuhi layar dengan senyuman lebar. “Oppa! Kau sudah selesai masak?”

“Oh, Wendy-ya!” sapa Chen kelewat senang. Ia bahkan hampir melupakan gorengannya yang harus segera dibalik di atas wajan. Untung tidak gosong. “Sepertinya akan enak. Kau harus mencobanya!”

Wendy mengangguk semangat, ia juga mengacungkan jempolnya ke Chen sebagai jawaban. “Nanti pulang kerja aku akan ke sana. Eh—oppa punya pekerjaan?

Chen menggeleng, ia menyetujui saran Wendy kalau mereka akan bertemu di kelas. Berharap Wendy tak terlalu lelah karena rencananya setelah memberikan masakannya, ia ingin mengajak gadis ini pergi main sebentar.

Yah, pergi menonton misalnya? Tidak salah juga, bukan?

Arc En CielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang