9

117 39 8
                                    

Chen menoleh ke belakang di mana Park Chanyeol selaku temannya sedang memainkan gitar, tapi bukan karena petikannya yang menarik perhatian.

“Maksudmu?”

“Iya … aku rasa normal saja kok kalau kau ingin menjalin hubungan dengannya. Setelah sekian lama duniamu hanya berputar soal musik, sekali-kali pikirkan juga asmaramu. Toh perempuan itu tak menolak untuk dekat denganmu.” Chanyeol menaik-turunkan alisnya sebagai bentuk godaan.

Chen mendesah dan berkata, “Masalahnya aku tak ingin memberikan kesan jelek. Ayolah, ini baru haru keempat kita berteman. Gila saja kalau aku langsung mengungkapkan perasaanku, kalau dia ilfeel bagaimana?”

Memang benar, pikir Chanyeol. Ia membenarkan posisi duduknya yang nyaris tiduran di kasur sang teman. “Pokoknya aku takkan memberi saran lagi. Mendengarmu bercerita soal perempuan yang kau suka saja sudah menjadi hal yang patut disyukuri. Sudah lama rasanya sejak persoalan IU.”

Chen kembali berbalik ke posisi sebelumnya, dia sedang menonton video cover lagu antara dirinya dengan Wendy sambil tersenyum.


















× ARC EN CIEL ×

Hari kelima membuat cupcake di Jum’at pagi adalah sebuah kebahagiaan. Berbagai bentuk indah contoh kue buatan Irene membuat para murid di kelas memasak tak sabar ingin mencoba membuatnya juga.

Chen dan Wendy masih dengan rasa antusias mereka, bersiap memasak di pantry masing-masing.

“Kalau kuenya enak, silakan kalian bawa pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kalau kuenya enak, silakan kalian bawa pulang. Kalau belum berhasil tapi tetap ingin mencoba, kita bisa mengulangnya hari Minggu nanti. Bagaimana?” tawar Irene yang disetujui semua murid. “Baiklah, ayo kita mulai.”

“Kalau sukses … kau ingin memberikannya pada seseorang?” tanya Chen iseng sambil meliriki Wendy yang serius membuat adonan. Dia mengangguk singkat sebagai jawaban. “Heee, siapa?”

“Kau,” jawabnya membuat Chen berhenti bekerja.

Hng?”

“Tapi bohong. Hehehehe…” Wendy terkekeh melihat raut Chen, sangat konyol. Chen sendiri langsung mendesah pelan dan mengoleskan terigu ke pipi Wendy. “… kalau enak ya harus diberikan ke orang yang paling ingin kau beri. Masalahnya adalah … memangnya kue ini bakal langsung enak?”

Chen mengangguk, kalaupun niatnya ingin diberikan pada Wendy bukan berarti bisa hari ini. Apalagi kemampuan memasaknya tidak jago, sepertinya mustahil kalau langsung enak.

Seperti biasa hari ini mereka memasak diselingi obrolan-obrolan yang membuat keduanya nyaman serta betah berada di kelas. Hasil dari pelajaran hari ini begitu menyedihkan untuk Chen karena kuenya tak enak. Beda dengan Wendy yang sekarang sedang menunjukkan senyuman bangga bercampur sombong ke arahnya.

“Jangan sedih, nih!” Wendy menyerahkan cupcake buatannya sambil tersenyum. “Aku biasanya memberikan masakan enak untuk orang yang aku suka.”

Wendy bergegas mengambil tasnya, dia menatap Chen ragu sambil masih menunjukkan senyuman tengilnya.

“Duluan, ya!”

Adegan yang terasa cepat itu membuat Chen lambat melakukan sahutan (walau untuk bertanya apa maksudnya), ia bahkan tak bisa mencegah Wendy yang sekarang sudah keluar dari kelas dengan sambil berlari-lari kecil. Senyumnya tak kuasa untuk ditahan, Chen memandangi cupcake tersebut dengan bahagia.

“Dasar.”

Chen jadi tak ingin memakannya.

“Aku harus bekerja keras Minggu nanti,” keluhan Seola terdengar di telinganya.

“Semangat! Aku juga akan bekerja keras karena kalau enak, kue itu akan kuberikan pada seseorang.” Seola mendongak dan mengangguk lemas, lagi, ia memperhatikan kuenya yang memprihatinkan. Chen harusnya begitu juga sih reaksinya, tapi karena di tangannya ada cupcake enak.

Ya … dia malah senang sekarang.

Arc En CielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang