Besoknya ketika Chen berniat datang lebih dulu ke kelas memasak. Hari Sabtu dimulai pada sore hari dengan waktu yang sebentar, itulah kenapa dia ingin datang lebih awal. Sekalian mengasah kemampuannya kemarin untuk membuat cupcake.
“Kalau kemarin gagal, harusnya sekarang ada peningkatan,” gumamnya berjalan santai dengan perlengkapan penyamaran yang lengkap. Biar bagaimanapun juga dia tetap seorang public figure yang punya banyak penggemar.
Chen memilih berjalan santai bahkan menggunakan kendaraan umum hari ini, malas juga sore-sore mengedarai mobil. Pasti akan macet parah.
Ketika ia melewati salah satu sekolah dasar, dapat dilihatnya Seola sedang melambaikan tangan kepada anak-anak yang menaiki bus sekolah. Senyumnya mengembang indah, cantik wajahnya juga membuat siapapun pasti terpana melihatnya.
Tak lama dari acara pamitan, Seola kebetulan menatap Chen yang sekarang melambai padanya. Sambil lari-lari kecil ia menghampirinya dan ikut menuju kelas memasak. Sesekali mereka mengobrol, ternyata Seola ini sedikit pemalu jika di depannya.
Padahal Chen tahu pasti kalau di kelas Seola biasa saja pada murid lainnya.
“Besok kita bisa mempelajari lagi menu cupcake. Kau mau mencobanya juga?” tanya Chen yang diangguki semangat oleh Seola. “Ohoo, nantinya untuk siapa?”
“Kau tak perlu tahu,” jawab Seola terkekeh. Chen mengangguk mengerti ketika mereka sampai di kelas masak. Mata lelaki ini langsung otomatis mencari presensi Wendy yang sepertinya belum datang. Lantas sambil menuju pantry, tangannya bergerak untuk menelpon sang empu.
“Halo?”
“Oh, kau masih di mana?” tanya Chen meletakkan tasnya dan bersandar di pantry. “Tak bisa hadir? Baiklah.”
Seteleh telpon ditutup, Chen menghela napas berat. Sepertinya rencana pengungkapan perasaan di malam Minggu takkan berjalan mulus kalau Wendy sendiri sedang sibuk hari ini. Jadi dengan semangat yang tak seperti biasanya, Chen mulai belajar memasak dengan menu baru.
Seola meminta izin untuk memasak di samping Chen karena selama ini dia hanya sendiri. Sepertinya temannya itu tidak datang lagi sampai hari ini. Chen mengizinkan karena Seola juga bisa menjadi pengganti Wendy untuk membantunya memasak.
“Ah, Seola!” panggil Chen sebelum kelas dimulai. Irene sebenarnya sedang memberikan interuksi, tapi Chen tiba-tiba saja ingat dan ingin bertanya pada perempuan di sampingnya. “Menurutmu … kalau ada seorang lelaki yang ingin mengungkapkan perasaannya pada perempuan, apa perlu membawakan sesuatu?”
“Mungkin beberapa perempuan mengharapkan hal seperti itu,” jawabnya mengangguk-angguk. “tapi bukankah yang penting niat si lelaki tersebut untuk mengungkapkan perasaannya?”
Chen mengangguk setuju, tapi kalau besok dia berniat memberikan cupcake rasanya malu sekali tidak ditambah yang lain. Dia melirik ke Seola sebagai permintaan tolong, untungnya perempuan ini langsung peka.
“Bisa memberinya bunga atau mungkin makan malam romantis di salah satu restoran. Biasanya yang paling dasar sih seperti itu,” ucap Seola dengan cepat menatap Irene lagi.
“Terima kasih!” bisik Chen tersenyum.
“Perempuan itu pasti bahagia,” celetuk Seola tersenyum miris. Chen sebenarnya sedikit bingung tapi dia mengangguk saja sebagai sahutan.
Dengan segera tangannya merongoh saku dan menyuruh seenak jidat pada Chanyeol untuk mencarikannya restoran romantis. Tak lupa menyewa satu meja untuknya dan Wendy besok, berharap semoga perempuan itu tak sibuk mengingat besok hari libur.
“Semoga saja lancar,” gumamnya tersenyum simpul. Seola yang memperhatikannya dari samping hanya menghela napas diam-diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arc En Ciel
Fanfiction[FICLET] [SONGFIC] [EXO 04] Umpamamu adalah pelangi. Hanya itu yang aku pikirkan saat kita menghabiskan waktu selama seminggu ini. - Kim Jongdae.