1

625 70 17
                                    

Pagi yang cerah bukan untuk ukuran hari Minggu di bulan pertama musim gugur? Ah, itu yang Kim Jongdae rasakan ketika ia membuka jendela kamarnya. Menghirup udara segar dan mengembuskannya disusul senyuman hangat setara dengan sinar matahari yang menyapanya di atas sana.

Bagaimana ini? Seminggu ke depan ia punya jatah libur dari pekerjaanya sebagai seorang penyanyi. Jongdae atau akrab dipanggil Chen, dia lantas menggaruk rambutnya yang tak gatal sambil berpikir; apa yang harus dilakukannya?

Rasanya bosan jika ia harus bertemu atau bermain bersama teman-teman bahkan rekan kerjanya. Kakinya ia arahkan ke kamar mandi sambil masih berpikir, saat itu juga matanya menangkap brosur kelas memasak yang akan dilaksanakan hari ini. Special karena harganya yang murah, sedang ada promo untuk murid baru.

Ia meletakannya kembali di atas meja, Chen punya rencana hari ini.

















× ARC EN CIEL ×

Ketika ia masuk ke dalam kelas yang ada di brosur tadi, ia menatap bingung pada seseorang yang sedang sibuk di salah satu pantry untuk menyiapkan bahan-bahan. Pasalnya dia adalah orang lain, bukan pemilik kelas sekaligus guru yang sebenarnya adalah bibinya sendiri.

“Oh!” serunya ketika sadar Chen berdiri di ambang pintu. “Kau murid baru?! Masuk! Chef sedang ke luar sebentar karena ada urusan.”

Perempuan muda itu berlari kecil menghampirinya dan mengulurkan tangan, tidak mulus sih karena ada beberapa bekas luka yang Chen kira karena usahanya untuk memasak. Tangannya langsung menerima uluran itu dan mengangguk sopan.

“Namaku Wendy, murid paling lama di sini.” Terlihat malu dan sedikit tersipu, hal itu membuat Chen terkekeh geli karena perkenalannya yang unik.

“Halo, panggil saja Chen.” Wendy mengangguk antusias, katanya ia sudah tahu siapa Chen. Malahan dia ikut kelas di bibinya karena tahu bahwa Chen adalah saudara sang guru. Iya, jadi dulu Chen pernah mempromosikan kelas memasak saudaranya ini.

Untuk ukuran orang baru kenal, Wendy ini sangat berisik. Tapi Chen akui dia mulai tertarik dengan karakternya.

Tak lama setelah berbasa-basi, bibinya datang dan mendapati mereka sedang asyik bercengkrama. Irene yang notabene-nya hanya beda satu tahun dengan Chen lantas mengerutkan kening melihat pemandangan seperti ini, tidak biasanya.

Chen memang easy going, ramah dan menyenangkan. Tapi langsung akrab dengan seseorang apalagi perempuan di saat ini baru pertemuan pertamanya adalah sesuatu yang sedikit janggal.

“Chen,” panggil Irene menginterupsi acara mengobrol mereka dengan memberikan gestur untuk mendekat. “ada apa?”

“Apanya?” tanya Chen bingung. Irene sendiri langsung mengerutkan kening karena pertanyaan tersebut. Chen itu tidak menghubungi Irene sebelumnya kalau dia mau bertandang, jadi jelas ‘kan kalau dia bertanya?

“…”

“Ah, aku ingin mendaftar di sini untuk seminggu ke depan. Boleh?” tanyanya sambil tersenyum lebar. Irene menatap horror ke arah keponakannya ini, pasalnya Chen sangat payah dalam hal memasak.

“Kenapa?” tanya Irene.

“Ingin saja.”

Irene mengingat obrolannya semalam ketika ia bertandang ke rumah ibu Chen. Tanpa sadar ia menepuk tangannya sekali dengan keras dan bertanya, “Kau tidak berniat untuk melakukan hal lain? Kencan misalnya?”

Chen menggerakkan tangannya untuk menyanggah, lagipula dia sudah lama tak punya kekasih. Kencan apanya? Dia terlalu sibuk dengan karirnya yang sekarang terus melenjit.

“Pokoknya mulai hari ini aku seorang murid, oke?”











Cast:

Arc En CielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang