एक

10.2K 1K 103
                                    


"Yo! Ku dengar keluargamu melakukan perjodohan untukmu." Kim Seokjin merusuh di jam sibuk kantor, memasuki ruangan bos tanpa permisi dan melupakan sopan santunnya.

"Hmm."

Seokjin melongo, menatap tak percaya sosok di depannya ini. "Serius bro?"

"Kamu sendiri tadi yang mengatakannya."

Seokjin berdecak sebal, "Tsk!! Tapi bukan itu yang aku maksud Yoon. Serius kamu terima? Pasalnya.., hei! Berapa tahun kamu enggak bisa ngelupain dia?"

Min Yoongi melirik sinis, "Aku juga harus move on. Katamu."

"Oke itu bener. Tapi enggak harus dengan menikah gini juga." Seokjin mengerang frustasi, sepertinya saran dia beberapa hari yang lalu soal mencari pengganti si dia, benar-benar dilakukan oleh Yoongi.

"Mama yang minta. Kata beliau orangnya baik dan manis. Jadi apa salahnya mencoba kan?"

"Salahnya kamu ngelakuin itu hanya karna faktor coba-coba. Gimana setelah kamu nikah sama pilihan Mama kamu, tapi kamu tetap enggak bisa cinta sama dia? Itu sakit bro. Jangan main-main sama perasaan orang." Ucap Seokjin menasehati.

Yoongi menghentikan aktivitasnya dari mengetik sesuatu di laptop miliknya. Menatap penuh pada Seokjin. "Aku juga ingin merasa kan kembali hidup, Seokjin-ah. Aku tidak bisa terus-terusan tenggelam dalam kesedihanku berlarut-larut seperti ini." Ada jeda disana, Yoongi memutar kursinya berbalik arah memunggungi Seokjin. Netranya menerawang jauh keluar jendela besar kantornya.

"Setidaknya, aku ingin menata hatiku dan juga mulai mencintai lagi." Ucapnya lirih.

"Yah, aku berharap kamu berhasil. Oh iya, sudah tahu seperti apa calon kamu?"

Yoongi membalik kembali kursi miliknya, tersenyum tipis ke arah Seokjin yang menatapnya penasaran. "Lucunya, aku sama sekali belum tahu seperti apa dia."

Seokjin menga-nga lebar mendengar jawaban Yoongi. "Demi apa?!?"

"Dek, serius kamu mau nikah?" Tanya bunda pada si bungsu kesayangan. Taehyung yang sejak tadi rebahan di ranjang pun akhirnya memilih menjatuhkan kepalanya di pangkuan sang bunda.

"Iya bunda." Jawab Taehyung singkat, kepalanya di usap-usap penuh sayang oleh sang bunda.

"Kamu yang manja begini, emang udah berani kalo di suruh nikah? Bunda malah jadi enggak tega nikahin kamu." Taehyung mendengus, memberengut lucu dengan kepalan tangan memukul lembut lutut si bunda.

"Bunda ih! Adek serius kok. Kalo emang kak Jimin enggak mau, sementara perjodohan enggak bisa dibatalkan, iya udah adek aja yang gantiinnya." Bunda menghela nafas, mengelus surai madu milik Taehyung.

"Badan kamu masih bau telon bayi gini."

"Bunda iihh~"

"Iya deh iya. Tapi kalo kamu udah nikah, kamu enggak bisa manja-manja sama bunda kayak gini lho, dek." Ucap Bunda menggoda si bungsu.

"Enggak apa-apa, entar manjanya beralih ke mertua." Jawab Taehyung yang langsung dapat cubitan gemas di hidung.

"Tante Yuri baik kok orangnya. Bunda udah sahabatan lama sejak dari jaman SMA. Makanya kenapa kita sepakat jodohin anak."

"Walau pun bunda enggak tahu, di masa depan anak bunda ternyata enggak dapet cewe?"

"Kita berdua dari dulu sih enggak masalah. Soalnya dari semasa sekolah dulu, kita berdua dapet julukkan kembar fujhosi." Jawab bunda sembari tertawa renyah mengingat bagaimana dulu kelakuan keduanya.

"Hah? Jadi, sekarang ini Taehyung sama anaknya tante Yuri jadi bahan halu kalian??"

Bunda kembali menarik hidung bangir Taehyung. "Enak aja. Adek kalo ngomong suka bener." Lalu bunda kembali tertawa mengisi sunyinya kamar siang itu.

Pukul tujuh malam, Yoongi baru pulang dari kantor. Begitu ia sampai rumah, sang Mama yang tengah menonton acara berita itu memanggilnya sebelum Yoongi berjalan ke arah kamar.

"Yoon, sini deh. Mama mau nanya sesuatu sama kamu." Yang di balas anggukan dari sang anak.

Yoongi melonggarkan dasinya sebelum memilih duduk di single sofa samping sang Mama.

"Mama cuma mau mastiin ke kamu. Benerkan kamu serius sama perjodohan ini?" Tanya Mama menatap serius wajah Yoongi.

Yoongi terdiam sebentar sebelum mengangguk. "Bukannya udah aku serahin semuanya ke Mama."

"Iya sih, tapi tetep aja Mama butuh kepastian kamu sekali lagi. Dengar ya Yoon, sejujurnya Mama ini udah capek ngeliat kamu yang gila kerja cuma untuk melarikan pikiran kamu dari Wendy."

"Ma..." Kedua manik itu berubah sendu kala sang Mama menyerukan kembali nama sang tunangan.

"Apa? Mama bener kok. Wendy udah tenang disana, Yoon. Kamu enggak bisa hidup dalam bayang-bayang masalalu kamu sama dia. Kamu disini, masih hidup dan bernafas. Mama emggak ingin kamu hidup tapi seperti mayat hidup yang enggak punya tujuan apa-apa." Ucap Mama panjang lebar.

Yoongi mendengus kasar, hatinya kembali sesak mengingat kejadian tiga tahun silam. Dimana sang tunangan harus meninggal di depan matanya karena di hantam kuda besi jalanan.

"Oh iya, ngomong-ngomong kamu enggak jadi di jodohin sama si sulung dari keluarga Kim. Soalnya dia nolak kamu mentah-mentah. Jadi, yang gantiin kamu adeknya."

Yoongi mengangguk, "Mama yang atur. Aku ikut aja." Lalu beranjak dari tempatnya duduk menuju kamar.

Yoongi menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, tangan kirinya terangkat dengan kelima jari yang melebar. Disana, di jari manis miliknya tersemat sebuah cincin emas putih bermatakan berlian kecil.

"Aku belum siap ngelepas kamu, Wen." Gumamnya lirih, tangannya yang semula terangkat kini jatuh di atas kening. Menutupi sebagian wajah Yoongi dari sinar lampu kamar.

Lalu mata itu perlahan tertutup, dimana dengkuran halus terdengar lirih. Yoongi jatuh tertidur.









-1-

Marriage Without Dating ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang