Jimin menyesal membentak Taehyung seperti tadi, ini pertama kalinya ia membuat Taehyung sampai terkejut dan berkaca-kaca hampir menangis. Namun perasaan menyesal itu tertutupi dengan kekesalannya tadi siang saat berada di kampus.Dimana anak klub Mapala mengadakan pertemuan, Jimin datang terlambat karena kelasnya baru bubar setelah rapat Mapala berjalan sepuluh menit.
Jimin melihat ada Yoongi duduk disamping Namjoon, diam mendengarkan Namjoon yang tengah berbicara.
Sifat kalem dan tenangnya benar-benar membuat Jimin tidak bisa berhenti memandanginya hingga rapat pertemuan rutin itu berakhir.
"Makasih ya mas udah ngeluangin waktu buat dateng, dan traktir anak-anak minuman." Ucap Namjoon sembari membuka tutup botol minuman dingin dan meneguknya.
"Aku juga lagi gak sibuk-sibuk amat, Namjoon-ah." Jawab Yoongi tenang. Sedang Jimin masih diam di sana sembari berpura-pura membereskan barang bawaannya kedalam ransel.
"Yang bener? Kan bentar lagi mau jadi pengantin..." goda yang lebih muda sembari terkekeh geli.
"Udah jangan ngeledek kamu."
"Eh, denger dari mas Seokjin dia mahasiswa sini? Emang bener?" Yoongi melirik ke arah Jimin yang masih berkutat dengan laptopnya. Seolah tahu, Namjoon langsung terdiam. Jadi itu masih rahasia, pikir Namjoon sangsi.
"Enggak perlu main rahasia, kebetulan saya kakak Taehyung." Jawab Jimin yang masih menatap layar laptop sebelum berakhir memandangi Namjoon dan terakhir Yoongi.
"Seriusan???"
"Kim... Jimin?" jadi ini pemuda yang menolak dirinya waktu itu saat perjodohan, dan digantikan oleh Taehyung. Yoongi menatap Jimin dengan raut tak terbaca.
"Dunia sempit sekali ya." Seloroh Namjoon sembari terkekeh kecil, "Aku enggak nyangka aja sih, kakak ipar mas Yoongi gak taunya mahasiswa sendiri." Setelahnya Namjoon tertawa, mengisi keheningan ruangan Mapala.
Saat Jimin hendak pergi, "Jimin, bisa kita bicara sebentar?" tanya Yoongi yang langsung di angguki Jimin. Setelah pamit pada Namjoon, Yoongi membawa Jimin berjalan beriringan di taman belakang kampus.
"Maaf saya baru tahu kamu kakak Taehyung."
"Oh enggak masalah kok, aku memang yang salah. Tidak bisa ikut karena acara waktu itu." Yoongi mengangguk, mengerti maksud acara yang Jimin bicarakan.
"Boleh saya tahu, alasan kamu menolak saya waktu itu?" Yoongi hanya penasaran, jadi tanpa basa basi ia langsung menanyakan hal itu pada Jimin.
"Karena aku pikir itu cara kuno. Tapi, setelahnya aku menyesal..." Jimin terhenti, begitu juga Yoongi yang kini balik menatapnya dengan raut bingung.
"Menyesal karena udah nolak kamu, mas." Lirih Jimin sebelum tertunduk malu sedangkan Yoongi terdiam mengamati.
"Kamu menyukaiku?" tuduh Yoongi terang-terangan, membuat Jimin tersentak sebelum mengangguk pelan. "Bahkan setelah kamu menolakku?"
"Itu karena aku gak tahu—,"
"Tapi saya benci ditolak, jadi itu udah gak ada artinya buatku." Tegas Yoongi. Ia hanya tidak ingin memberi Jimin harapan, terlebih sebentar lagi mereka akan menjadi saudara ipar. Kalau dikira Yoongi itu lelaki tidak peka, kalian salah besar. Ia bahkan sudah tahu kalau Jimin menyimpan rasa padanya sejak pertama kali bertemu. Tepatnya saat masa ospek mahasiswa baru. Jimin yang terang-terangan terus menatapnya dengan pandangan yang Yoongi sudah bisa tebak ujungnya.
Jimin terdiam, dadanya serasa sesak ditolak secara langsung. Terlebih ia merasa malu saat ini.
"Dan satu lagi..." Jimin mendongak untuk menanti ucapan dari Yoongi, "panggilan 'mas' hanya khusus untuk orang terdekatku. Seperti Namjoon dan... Taehyung." Sebelum akhirnya Yoongi memilih pergi lebih dulu, meninggalkan Jimin dengan sejuta perasaan berkecamuk bersarang dalam dada.
"Sialan..." desis Jimin kala teringat kejadian tadi siang terlintas kembali begitu saja.
--
--
--
"Biarin aja udah biarin. Biarin emang begitu biarin,biarin aja udah biarin. Udah gak apa-apa biarin aja udah biarin."
Pletak!!
"Aw, Jungkook sakit."
"Ya kamu apa-apaan, nenanging anak orang kok begitu amat kelakuan."
"Dua tiga batu ginjal, bacot kau dajjal."
"Hishhh!!" Jungkook menyentil kening Hoseok gemas. Disaat begini, Hoseok malah sibuk bercanda.
"Udah Tae, mungkin Kak Jimin lagi sensi gara-gara tugas kampus. Positif thinking aja." ucap Baekhyun sembari mengusap punggung Taehyung lembut.
"Aku enggak sengaja Baek, seriusan."
"Iya kita tau kok.., udah ya jangan nangis. Lusa udah mau nikah loh, masa calon pengantin cembetut gini." Goda Baekhyun yang membuat Taehyung terkekeh.
"Gitu kan jadi keliatan cakep, iya gak gaesss?"
Jungkook dan Hoseok pun saling mengacungkan jempol sebelum berakhir saling membuang muka.
"Tapi kenapa ya, Kak Jimin sensi gitu? Kalau cuma pusing karena tugas aja sih, aku juga sama. Tapi liat dong, aku masih bisa having fun together ama kalian semua." Ucap Hoseok yang mendapat dengusan remeh dari Jungkook.
"Itu karena kamu gak suka mikirin hal-hal susah."
"Ya ngapain di pikirin, di asikin aja lagi."
"Bukan, itu karena kamu gak punya otak buat mikir."
"Heh, mulut ya!!" dan berakhir lah malam itu Hoseok yang memukuli Jungkook dengan guling dan seperangkat alat tidur lainnya, dibantu Baekhyun juga Taehyung.
Hingga dering ponsel di atas meja nakas samping tempat tidur membuyarkan acara 'mari memukul Jungkook' berakhir.
Taehyung segera menghampiri nakas, mengambil ponselnya yang berdering nyaring tersebut. Dua bola matanya membulat sempurna, begitu membaca nama penelepon di layar ponselnya.
Mas Yoongi is calling...
"Assalamualaikum, mas..."
"Kyaaaaaaa!!! TAEHYUNGIE-ni ???!!!"
—7–
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Without Dating ✔️
Fanfiction[YoonTae] "Kalo gitu biar adek aja yang nikah." Menikah tanpa berkencan? Tanpa mengenal lelaki yang menjadi suamimu? Bahasa Baku-Nonbaku