चौदह

7.1K 824 113
                                    




Pada suatu malam, Hoseok datang berkunjung ke rumah Baekhyun. Berencana mengajaknya curhat mengenai masalah percintaannya yang rumit. Atau lebih tepatnya, Hoseok sendiri yang membuatnya terlihat rumit.

"Pernah nggak sih Baek, kamu sengaja menghilang tanpa kabar terus doi kamu nyariin, nanya ke temen-temen kamu dimana kamu sekarang?" tanya Hoseok kala itu. Baekhyun berkedip dua kali sebelum gelengan kepala ia lakukan.

Hoseok menghembuskan nafasnya pelan, mengecek ponsel sebentar. "Sama, aku juga nggak pernah."


PLAK!!!


"Sakitttt..." ringis Hoseok yang mendapat geplakan bantal tepat di kepalanya. "Tahu nggak sesuatu yang nggak ada habisnya?" Hoseok menggeleng sembari mengelus kepalanya yang masih terasa pening.

"Air, Api, Udara, Tanah, dan kebodohanmu yang mencintai dia." Sahut Baekhyun sembari menghela nafas frustasi.

"Baekie jahat ih!"

"Makanya belajar dari pengalaman!!" Sentak Baekhyun. Sejujurnya ia sendiri merasa kasihan pada nasib percintaan Jung Hoseok. Tapi mau bagai mana lagi, nasib percintaan dirinya sendiri juga belum tentu ada yang mau membantu.


-

-

-

"SERIUS BRO????" Yoongi menutup kedua telinganya. Teriakan Seokjin dan geplakan di lengannya oleh si manusia penghancur--Namjoon-- benar-benar kombinasi yang pas menghancurkan tubuhnya lambat laun. Ia menyesali keputusannya curhat dengan kedua kakak beradik ini.

"Kamu jawab apa, mas?" tanya Namjoon setelah meneguk cola kalengan di tangan. Di lihatnya Yoongi yang menghela nafas pelan, lalu menggeleng kecil kemudian.

"Bodoh!!" Yoongi mendesis kala geplakan di tengkuk dia dapatkan, pelakunya Kim Seokjin. Yang merasa gemas sekaligus jengkel dengan kebodohan kawannya tersebut.

"Aku bingung mau jawabnya gimana. Aku sendiri belum yakin soal perasaanku sendiri," kata Yoongi menjelaskan. Ia baru mengenal Taehyung, belum lama dan belum merasa dekat. Namun di sisi lain, ia juga merasa nyaman dengan kehadiran Taehyung. Soal perasaan, Yoongi tidak bisa mendefinisikannya bagai mana. Karena sejauh ini, perasaan Yoongi masih lah belum berubah.

Lagi-lagi Seokjin menghela nafas, menggeleng kecil. Merasa tidak mengerti dengan jalan pikiran Yoongi. Kurang baik apa coba Taehyung itu? Sudah manis, imut, menggemaskan, juga pandai memasak. Benar-benar uke idaman. Kalau Seokjin belum punya pacar, ia pasti sudah menikung Yoongi secara terang-terangan.

"Udah kubilang, lepaskan masalalumu itu. Nggak baik terlalu lama kamu memendam segala hal yang memang sudah sepantasnya hanya jadi kenangan, yang gak melulu perlu kamu ingat."

Namjoon mengangguk, merasa bangga atas jawaban bijak dari sang kakak, "Cukup kamu simpan baik-baik, Yoon. Lalu mulai lah membuat kenangan yang lebih baik dan indah bersama Taehyung." Yoongi terdiam sesaat. Mencoba memikirkan segalanya secara terbuka, ia juga sadar diri bahwa secara tidak langsung ia menyakiti perasaan Taehyung.

"Aku mengerti. Makasih kalian bisa jadi tempatku berkeluh kesah," jawab Yoongi dengan senyum tipis. Namjoon terkekeh kecil, ada sebersit ide jahil yang tiba-tiba terlintas di kepalanya.

"Mas, mau kuberi saran?"

Yoongi dan Seokjin saling melempar pandang, "Saran apa, Joon?" Dengan gestur melambai, Namjoon meminta kedua kakaknya itu mendekat, lalu mulai membisikkan ide jahilnya.

Seokjin mengangguk kecil, sementara Yoongi melotot tak terima. "Apa-apaan??"

"Aku rasa itu bukan hal buruk," Seokjin menaik-turunkan alisnya menggoda. "Kamu sudah berpengalaman kan?" Seokjin dan Namjoon terkikik senang melihat ekspresi Yoongi saat ini.

-

-

-

"SELAMAT SORE ORANG LEMAH!!! YANG BUKA BUNGKUS BUMBU INDOMIE GORENG MASIH PAKE GUNTING!!!" Seru Hoseok tepat ketika Taehyung membuka pintu apartement tempat tinggalnya.

"Kalian?" seru Taehyung yang jelas terkejut karena Hoseok dan Baekhyun datang, tapi tidak dengan Jungkook. "Jungkook nggak ikut?"

Hoseok dan Baekhyun sama-sama menggeleng, "Kenapa?" tanya Taehyung penasaran. Biasanya, setiap mereka ingin kumpul bersama di waktu yang tak terduga seperti sekarang ini. Jungkook akan jadi pasukan di garda paling depan, alias jadi manusia yang selalu tidak pernah ketinggalan.

Baekhyun mengangkat bahu acuh, "Sayur pare di kasih tomat. I don't care, bodo amat." Sahut Hoseok sembari melangkah masuk. Meninggalkan Taehyung yang masih mengkerut bingung di depan pintu, sebelum mengikuti kedua temannya.

"Serius kamu nggak tahu kabar Jungkook, Seok?"

"Kok nanya ke aku?"tanya Hoseok bingung. Taehyung mengangkat sebelah alisnya, merasa bingung dengan pertanyaan Hoseok. Tentu saja dia bertanya pada Hoseok, memang mau tanya ke siapa lagi? Sementara segala aktifitas Jungkook, Hoseok pasti tahu jawabannya. "Kamu kan bucin dia," cibir Baekhyun sekembalinya dari dapur sembari menggenggam sebuah mug berisi air dingin.

"Ya mana kutahu, anjir. Emangnya 24/7 aku harus tahu apa aja yang dia lakuin? Emang aku siapanya?" Sejujurnya Hoseok juga bingung sih, hari ini dia memang tidak melihat Jungkook. Terakhir kali ya tadi pagi ketika Jungkook mengajaknya lari pagi. "Apa karena itu ya...?" Monolog Hoseok sambil garuk-garuk kepala bingung.

Taehyung menghela nafas pasrah, "Terus kalian mau apa kesini?" Selidik Taehyung dengan kekehan kecil. "Masa berkunjung ke rumah sang sahabat, perlu pake alesan sih. Ya kita sih mau ngerusuh aja." Sahut Hoseok di barengi kekehan Baekhyun.

"Bentar lagi mas Yoongi pulang, aku nggak bilang kalo kalian bakalan maen kesini." Hoseok mengibas-ibaskan tangan, "Nggak usah. Kita berdua kesini mau nanyain tugas aja."

"Tugas??" Karena seingat Taehyung, mereka berbeda fakultas. Dan tidak mengambil kelas yang sama juga, jadi apa maksud Hoseok itu?

"Eh lupa, kita kan enggak sefakultas ya?" Kekeh Hoseok yang mendapat tatapan heran dari Taehyung sekaligus Baekhyun.

"Soal tugas harusnya kamu nanya Jungkook. Kalian kan satu kelas," sahut Baekhyun yang mendapat gelengan kepala dari Hoseok.

"Jungkook lebih prefer ke Matematika, nggak kayak aku yang suka Sejarah. Remahan gorengan kayak aku ini bakalan kesulitan." Jawab Hoseok lemah. Teringat kembali masa-masa dia dulu berjuang masuk universitas ini, yang penuh keringat, darah, dan dana.

"Sulitnya dimana sih?" tanya Baekhyun heran. Toh dia sendiri juga mengikuti kelas tambahan Pak Jaemin tersebut.

"Kenapa Matematika lebih sulit dari Sejarah?" Tanya Hoseok memastikan. Baekhyun dan Taehyung mengangguk kompak.

Hoseok menghela nafas, menarik kedua kakinya ke atas sofa dan memeluknya dengan kedua tangan. Kepalanya tertoleh ke arah pintu balkon yang terbuka, dimana angin sibuk memainkan tirai. "Karena memperhitungkan masa depan nggak semudah mengenang masalalu." Jawabnya di akhiri senyuman sendu.

"Bangsatt!!!" Lalu gebukan sofa bantal menghantamnya bertubi-tubi.











14

Marriage Without Dating ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang