Pagi buta, ada yang mengetuk brutal pintu pagar rumah pemuda yang sering di juluki sunshine. Siapa lagi? Kalian tentu sudah mengenalnya.Uri Sunshine kita, Jung Hoseok. 🌞
Masternya kode-kode, dan penerima harapan kosong dari orang yang tidak peka-peka. Jeon 🐰 Jungkook.
Menuruni tangga terburu, dan membuka pintu rumah brutal meski kedua mata masih separuh terbuka.
Lalu berlari kecil menuju halaman rumah untuk membuka gerbang yang sejak tadi berisik. Hanya untuk mendapati sesosok pemuda yang sebenarnya, hampir seminggu ini ia hindari.
"Ngapain kemari??" semprot Hoseok pada Jungkook yang naasnya, ganteng luar biasa dengan bare face dan juga pakaian olahraga. Mata yang semula ngantuk-ngantuk ayam jadi berbinar-binar. Tapi karena gengsi sebisa mungkin Hoseok tutupi dengan kejudesannya.
"Lari pagi, yuk?" ajak Jungkook. Hoseok melongo di tempat. Tumbenan amat manusia golongan lelaki php ini mau mengajaknya lari pagi.
"Kamu enggak lagi demam?" Hoseok menguap lebar. Tak peduli kalau Jungkook jadi menganggapnya jorok. Biarkan saja. Kalau cinta, seharusnya bisa terima apa adanya.
"Enggak. Cuma kedinginan, dan butuh banget kehangatan. Makanya aku jauh-jauh kesini buat nyamperin kamu," kata Jungkook masih setia mandangin muka bantal Hoseok.
"Apa hubungannya sama aku??"
"Kamu kan mataharinya aku,"
Terooooooooosssssssss, baperin aja terus anak orang Jung.
Gimana kabarnya Hoseok sekarang?"Oh gitu," jawab Hoseok santai. Padahal hatinya sudah musim semi alias berbunga-bunga.
—
—
—"Kamu tumbenan pagi begini udah sampe sini?" Pemuda jangkung yang sejak tadi bermain ponsel itu meletakan ponselnya kedalam saku celana. Tersenyum manis pada sosok laki-laki mungil nan manis yang baru saja meletakan nampan berisi dua cangkir teh hangat.
"Ngapelin kamu," katanya santai sembari menyesap teh yang disajikan. "Enggak usah gombal. Udah gak mempan buat aku," sahut si lelaki manis.
"Hahahaha, iya deh iya. Baekhyun udah move on sekarang," godanya terkekeh riang. "Oh iya Chan, kulihat di postingan WA storymu kemaren pas kamu belanja di Uniklo, aku kayak kenal sama orang yang ada di samping kamu." Walau Baekhyun hanya melihatnya dari posisi orang itu yang hanya menampakan punggung. Tapi rasa-rasanya ia seperti mengenal postur pemuda itu.
"Oh itu, temen Taehyung katanya. Siapa ya namanya kemaren, Ju-jung Ho Sook?"
"Jung Hoseok???" seru Baekhyun membenarkan. "Nah, itu," sahut Chanyeol lalu kembali terkekeh. "Anaknya lucu, kamu kenal Baek?"
Baekhyun mengangguk, "Sahabatku."
Taehyung sibuk menata piring di meja makan, sebelum akhirnya mendengar suara bel pintu.
Ting!Tong!
Taehyung beranjak. Melepas celemek lebih dulu sebelum bergerak menghampiri pintu dan menekan kunci agar pintu bisa di buka.
"Kak Seokjin???" seru Taehyung senang. Seokjin menunjukkan dua kantong plastik belanjaan, "Aku membawa buah tangan," ucapnya sembari melangkah masuk ke dalam.
"Kenapa repot-repot sih, Kak? Ayo sarapan, Kak. Biar aku panggilin mas Yoongi di kamar buat gabung," kata Taehyung. Namun buru-buru tangannya di cekal oleh Seokjin.
"Bentar. Aku boleh nanya sesuatu gak?" bisik Seokjin terlampau pelan. Takut jika seseorang yang tidak dia inginkan—Min Yoongi—mendengar. "Apa Kak?" tanya Taehyung ikutan berbisik.
"Apa... kalian berdua udah ngelakuin itu?" tanya Seokjin penasaran sembari menaik turunkan alisnya menggoda. Seketika wajah Taehyung memerah malu. Ia tahu benar maksud ucapan tersirat dari Seokjin.
"Oh, itu..."
"Kalian berdua ngapain bisik-bisik tetangga di sana?" tiba-tiba saja Yoongi sudah berdiri di ambang pintu kamar dengan alis menukik tajam. Seokjin dan Taehyung serempak menggelengkan kepalanya.
"Mas, s-sarapannya udah siap." Taehyung menggiring Yoongi ke meja makan di ikuti Seokjin di belakang mereka. Suasana makan jadi nampak kikuk, sesekali Taehyung mencuri lihat ke arah Yoongi yang dengan santainya makan sarapan tanpa suara. Berbanding terbalik dengan Seokjin yang nampak antusias sekali makan makanan buatan Taehyung.
"Masakanmu enak juga, Tae. Lain kali aku numpang sarapan lagi, boleh?" Taehyung terkekeh renyah, mengangguk tanda setuju. "Boleh sekali. Dan terimakasih untuk pujiannya," ucap Taehyung lalu lagi-lagi melirik Yoongi. Sedikit berharap kalau Yoongi akan mengatakan hal yang sama, memujinya.
"Aku gak muji kok. Tapi emang serius, masakan kamu tuh ngingetin aku soal masakan Ibuku. Duh jadi kangen," Seokjin terus saja bicara, sementara Taehyung hanya tersenyum menanggapi. Yoongi sendiri masih tetap bergeming pada posisinya.
Seokjin membantu Taehyung mencuci piring kotor bekas makan. Sementara Taehyung sendiri tengah membuatkan kopi untuk Yoongi, karena suaminya itu bicara akan lembur tugas kantor di rumah. Padahal hari libur, tapi tetap saja Yoongi sibuk mengerjakan pekerjaan kantornya. Di tambah lagi ia harus mengecek semua tugas dari mahasiswanya.
"Enggak usah di ambil hati," kata Seokjin setelah selesai mencuci piring. "Yoongi itu memang seperti itu, susah lah kalo harus nunggu dia peka. Mungkin, menurut kamu, dia itu orang yang gak pekaan. Tapi kamu akan tau sendiri nanti, kalo dia itu sebenarnya orang yang begitu peduli."
Taehyung tersenyum sembari mengangguk, "Iya Kak. Aku anter ini dulu buat mas Yoongi." Taehyung segera beranjak dari pantry dengan nampan berisi secangkir kopi juga camilan untuk Yoongi.
"Aku langsung pulang ya, lain kali aku mampir lagi." Pamit Seokjin. Niat awal ingin merecoki pasangan pengantin baru sekalian mengamati. Tapi hasil survei sedikit membuatnya kecewa. "Duh harus cari cara lain ini," gumamnya sembari membuka pintu rumah dan menghilang di balik pintu yang otomatis mengunci.
Taehyung melanjutkan kembali tujuan awalnya. Mengantarkan kopi juga camilan ke ruang kerja Yoongi di samping kamar tidur mereka. Taehyung ketuk pintu lebih dahulu sebelum masuk ke dalam.
"Kopimu mas," kata Taehyung lalu meletakan cangkir kopi dan setoples keripik kentang. Sedikit melirik ke sekeliling ruangan kerja Yoongi, sebelum pamit keluar. Tak ingin berniat mengganggu Yoongi yang nampak serius dengan pekerjaannya.
"Tae," panggil Yoongi yang secara otomatis menghentikan langkah Taehyung keluar ruangan.
"Ya?" Taehyung memutar badan, menatap Yoongi yang kini juga menatapnya. "Mas Yoongi perlu hal lain?" tambah Taehyung.
Yoongi menggeleng, "Bukan." Taehyung mengernyit bingung, untuk apa kalau begitu Yoongi memanggilnya. "Eghm, terimakasih."
"Hah?"
"Terimakasih untuk sarapannya. Dan juga kopinya." Taehyung tersenyum lebar kali ini.
"Untuk apa? Udah tugasku kok layanin mas Yoongi sebaik mungkin," jawab Taehyung dengan senyum mengembang. Yang entah kenapa menerbitkan senyuman tipis di bibir Yoongi.
Detik itu Taehyung terpana. Kali pertama ia melihat senyuman Yoongi yang seperti itu. "Mas," panggil Taehyung.
"Hmm?"
"Kayaknya aku jatuh cinta sama kamu."
—13–
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Without Dating ✔️
Fanfiction[YoonTae] "Kalo gitu biar adek aja yang nikah." Menikah tanpa berkencan? Tanpa mengenal lelaki yang menjadi suamimu? Bahasa Baku-Nonbaku