सत्रह

7K 794 92
                                    




"The end...," Jungkook bersorak heboh, bangun dari duduk hanya untuk meregangkan otot-ototnya yang kaku karena hampir dua setengah jam menonton film bersama Hoseok.

"Kenapa ya pria di film-film bisa sangat manis, perhatian, dan romantis?" seru Hoseok sembari menangkup kedua pipinya dengan tangan. Jungkook memutar kedua bola matanya malas, sebelum memilih duduk kembali menghadap ke Hoseok.

"Karena durasi film hanya sekitar dua jam," kata Jungkook sambil senyum evil. "Pria di kehidupan nyata pun di dua jam pertama sih, masih manis." Hoseok sih mengangguk-anggukan kepala paham.

"Oh, ngerti. Beda nggak kayak kamu, pait mulu yang kurasain."

Jungkook jadi sesak nafas dadakan, "Y-ya... y-ya nggak gitu lah." Sangkal Jungkook tidak terima.

"Terus??"

"Ya pokoknya beda lah. Jangan banding-bandingin orang ya Seokie-ku sayang. Karena tiap orang itu beda, di kira aku lahir di foto kopi apa." Sungut Jungkook pura-pura kesal.

"Oh... gitu," padahal Hoseok sedang menetralkan kondisi jantung dan hati karena di panggil 'sayang' sama Jungkook. Hiyaaaaa....

"Jujur deh sama aku. Sebenernya kamu ini kenapa? Aku merasa kalau beberapa hari ini kamu menghindar, kamu kenapa?" tanya Jungkook penasaran. Hoseok menarik nafas dalam sebelum menghembuskannya secara perlahan.

Hoseok sejenak berpikir, "Kenapa ya, mungkin karena aku sedang memasuki fase dimana mundur enggan, bertahan terlalu menyakitkan. Sendiri kesepian, berdua pun nggak beriringan." Hoseok memandang Jungkook sendu, sebelum mengangkat bahu acuh, "Kan bajingan." tambahnya menutup segala uneg-uneg di hati.

Jungkook pandangi Hoseok dengan sendu, "Nggak gitu..."

"Nggak apa-apa, aku ngerti." Timpal Hoseok menguatkan diri, " Aku kira selama ini kita something, nggak taunya kita nothing."

Jungkook gelengkan kepala, "Sssh, kamu nggak boleh ngomong asal. Dengerin aku ya, Seokie-ku..." Jungkook tangkup wajah Hoseok lalu pasang senyum selembut dan setulus mungkin. "Meski aku sering mengabaikan kamu, faktanya aku nggak bisa hanya untuk sekedar menepis bayang kamu. You'll always be the favorite person in my life."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




...


"Kak Jimin...," Taehyung sungguh tak menyangka, saat bel apartementnya berbunyi yang ia kira Yoongi, ternyata adalah Jimin.

"Kamu abis nangis, dek?" tanya Jimin begitu Taehyung menyilakan dirinya masuk ke dalam. Taehyung tersenyum tipis lalu menggeleng pelan. Jelas, Jimin tahu dengan pasti kalau adiknya tengah berbohong.

"Kakak mau minum apa?" tanya Taehyung hendak menuju ke dapur, tapi Jimin mencekal pergelangan tangannya. "Kenapa, kak?"

Jimin sodorkan bungkusan dari tangannya, "Ibu mertua kamu titip ini, untuk menantu kesayangan katanya." Taehyung pandangi begitu penasaran sampai Jimin gemas sendiri dan langsung segera memindah tangankan bungkusan tersebut ke dekapan Taehyung. Lumayan berat, karena Jimin juga menjijing bungkusan yang sama.

"Kak Jimin habis dari Daegu?" tanya Taehyung, Jimin mengangguk lalu mendudukkan diri. Tapi yang menarik atensinya adalah paket di atas coffee table. Sementara Taehyung tengah sibuk membuat minuman di pantry, Jimin perlahan membukanya dan terkejut saat melihat isinya.

"Foto ini..., kenapa bisa ada di sini?" lirih Jimin bingung. Baru beberapa jam lalu Jimin melihatnya saat di Daegu, lalu kenapa sudah ada bersama Taehyung di Seoul.

"Kak..."

"Jadi ini yang bikin kamu nangis, dek? Karena foto ini?" tanya Jimin tak menyangka, Taehyung menunduk diam. Memainkan jemari karena gugup di tatap Jimin se-intens itu. Lalu anggukan kecil Jimin dapati, Jimin menghela nafas pelan.

"Mas Yoongi nggak pernah cerita sekalipun...," ucap Taehyung yang masih menunduk, ditambah sembari memainkan ujung baju tidurnya.

"Mungkin dia butuh waktu," Jimin mengangkat bahu, "Dia punya alasan, pasti." Imbuhnya.

Taehyung mengangkat kepala begitu merasakan tepukan lembut di kepalanya. Rasanya sudah lama kakaknya tidak memberikan perhatian seperti ini. Taehyung jadi terharu dan langsung memeluk Jimin.

"Kakak...," lalu kembali terisak. Jimin terkekeh sembari mengeratkan pelukan, lalu dengan segera mengusap air matanya dari sudut mata. Jimin juga merasakan hal yang sama, Jimin rindu perasaan seperti ini.

"Maafin kakak ya kalau beberapa waktu ini menyebalkan sekali untukmu," katanya lirih. Taehyung menggeleng masih di pelukan.

"Nggak kak, nggak apa-apa..."

Jimin menghela nafas, "Kakak..., hanya merasa iri denganmu." Tubuh Taehyung menegang, lalu melepas pelukan dan coba pandangi wajah Jimin.

"Iri soal apa?"

Jimin cubit hidung Taehyung, "Bukan apa-apa," katanya sembari terkekeh kecil, Taehyung merengut tak mendapat jawaban.

"Kakak,"

"Serius. Bukan masalah besar," Jimin melirik jam di pergelangan tangan. "Udah jam sembilan malam nih, kakak pulang ya? Soalnya kalo kemaleman, takut di culik om-om berkumis."

"Nggak lucu ih?!!" Taehyung merengut kesal, sedang Jimin terkekeh jenaka. Bangkitkan diri sebelum usak kembali rambut fluffy milik Taehyung.

"Kakak pulang ya," katanya sembari mengangkat bungkusan dari coffee table. "Selesaikan masalah kamu sama kak Yoongi, kakak yakin dia akan menjelaskan kesalahpahaman ini." Nasehat Jimin.

"Iyaa," Taehyung peluk lagi kakak tersayangnya itu. "Salam buat Ayah dan Bunda ya Kak, bilangin Taetae kangen." Jimin mengangguk, menepuk punggung Taehyung sebelum pamit pulang.

...

Yoongi menghela nafas berkali-kali, mencoba sekali lagi untuk meyakinkan diri. Lagipula, dua jam berada di luar dengan kondisi cuaca tak menentu begini membuatnya harus segera buru-buru pulang.

Harusnya ia sudah sampai sejak tadi tapi lebih memilih untuk menenangkan hati lebih dulu. Mengingat kejadian Taehyung yang mengirim pesan secara tiba-tiba, membuat Yoongi urung untuk pulang lebih cepat. Padahal di pesan menjelaskan kalau Taehyung sedang tidak enak badan.

Tapi Yoongi meyakini kalau ada suatu alasan yang membuat Taehyung seperti itu.

Mungkinkah, Taehyung marah padanya?

Tapi soal apa?

Yoongi menggelengkan kepala kecil di sela-sela dirinya memasuki lift apartement, "Ck! Kenapa aku jadi gugup begini ya??" Gumamnya setelah pintu lift tertutup sempurna, bertepatan dengan pintu lift sebelah yang terbuka. Di mana sosok Jimin baru baru saja keluar dari sana.

Yoongi merasakan detak jantungnya menggila. Ia resah juga gelisah, namun lebih penasaran dengan sikap Taehyung yang mood swing sekali.

Yoongi hendak memasukan digit password namun urung, dan lebih melarikan telunjuknya untuk menekan bel. Beberapa menit akhirnya pintu terbuka.

Taehyung terkejut, "Mas—," belum genap bicara, tubuhnya sudah lebih dulu ditarik dan dibenamkan pada pelukan hangat milik Yoongi.

"Mas kangen adek..."












17

Marriage Without Dating ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang