ग्यारह

7.4K 888 129
                                    

Taehyung sama sekali tidak berkedip menatapi Yoongi yang duduk di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taehyung sama sekali tidak berkedip menatapi Yoongi yang duduk di hadapannya. Muka bantal dengan rambut acak-acakan, terlihat menggemaskan. Jauh berbeda dengan kesan Yoongi selama ini. Keduanya tengah menghabiskan sarapan pagi di resto Hotel. Di seberang meja mereka, ada Jungkook, Hoseok dan juga Baekhyun yang melakukan hal yang sama.

"Makanannya gak enak, Tae?" tanya Yoongi yang melihat Taehyung seperti tidak berselera. Taehyung menggeleng, tersenyum tipis.

"Bukan, mas. Hanya saja...," masakan ini pedas. Taehyung tidak berani mengatakannya, karena sarapan pagi ini Yoongi yang memesan. Melihat gelagat Taehyung yang seperti itu, bahkan hanya mengambil seujung sendok berisi bubur. Taehyung sudah nampak kepayahan dengan keringat menetes.

"Jangan bilang sama mas, kamu enggak bisa makan makanan pedas," ucap Yoongi yang langsung menarik mangkuk bubur itu dari depan Taehyung.

"M-maaf mas," Taehyung menunduk. Merasa bersalah. Yoongi mengangguk, menyodorkan mangkuk berisi sereal jagung yang sengaja ia pesan, walau hotel tempatnya kini menginap tidak menyediakannya sekalipun.

"Harusnya kamu jujur aja sama mas. Kita kan belom cukup saling mengenal satu sama lain. Apa kesukaanmu, atau apa apa yang kamu tidak suka. Jangan sungkan bilang pada mas, Tae."

Taehyung mengangguk, mengambil sesendok sereal tersebut dan memakannya. "Iya," dan Yoongi pun ikut makan dari mangkok yang sama.

Hoseok mendesah, tangan kanannya menyangga kepala dengan pandangan memperhatikan pasangan pengantin baru. "Enak ya yang makan sepiring berdua. Apa kabar aku yang makan dua piring sendiri,"

Pletak!

"Akh!!"

"Itu kamunya aja yang maruk," sungut Baekhyun setelah berhasil mendaratkan satu pukulan main-main di jidat Hoseok.

"Dasar babi!!" sahut Jungkook yang tetap fokus pada makanannya.

Hoseok mendengus, "iya deh iya. Terusin aja terus. Kemaren kuda sekarang babi, besok apa lagi!!"

"Kok kamu jadi manusia baperan sih, Seok?!" seru Jungkook.

"Ya iyalah. Namanya juga manusia, punya otak punya hati. Beda sama kamu yang suka ceplas ceplos, hati mati otak gak berfungsi," selesai mendumel panjang, Hoseok memilih meninggalkan Baekhyun dan juga Jungkook yang menga-nga tak percaya.

"Itu anak kesambet setan dimana?" tanya Jungkook.

"Kamu sih Jung, ngambek kan si Hoseok." Baekhyun pun pada akhirnya mengejar Hoseok. Sementara Jungkook hanya memandang kepergian keduanya dengan muka bingung.

"Lho? Salah orang ganteng dimana?" gumam Jungkook lalu memilih tidak ambil pusing. Paling-paling Hoseok ngambek betah sehari, setelahnya juga bakalan kembali seperti biasanya. Pikir Jungkook.

Taehyung yang melihat ketiga temannya berargument bingung ingin melakukan apa, sampai Yoongi mengalihkan fokusnya. "Tae, setelah ini kita langsung check out gak apa-apa?"

"H-hah? O-oh iya mas, gak apa-apa."

"Bukannya gak mau lama-lama di sini, tiba-tiba aku dapet panggilan meeting dari kantor." Yoongi menjelaskan maksud dirinya mengajak Taehyung segera check out. Takut membuat Taehyung salah paham dan berujung Taehyung berpikiran Yoongi tidak ingin berlama-lama menghabiskan waktu dengan Taehyung.

"Iya mas. Lagian aku juga kurang nyaman kalo harus lama-lama berada di hotel," jawab Taehyung. Yoongi merasa lega karena Taehyung adalah orang yang pengertian, dan Yoongi merasa bersyukur.

"Terimakasih udah mau mengerti mas."

Bunda pagi ini mengernyit bingung. Sejak pesta pernikahan Taehyung berakhir semalam, Jimin sama sekali belum keluar kamar. Membuatnya khawatir, karena Bunda tahu sekali anaknya yang pertama itu. Jimin tidak bisa terbuka dengan orang lain, bahkan meski itu Ibunya sendiri.

"Ngapain bun?" tanya Ayah heran. Baru keluar kamar ia langsung melihat sang isteri duduk melamun di meja makan.

"Itu Yah, Kakak dari semalem gak keluar kamar. Mana sehabis balik dari acara kakak langsung masuk kamar, sampai sekarang tuh belom keluar juga. Kan bunda jadi khawatir,"

"Lho? Bunda gak nyoba ketuk pintu kamar kakak?" Bunda menggeleng lesu, "percuma Yah, enggak dibukain pintunya sama kakak."

"Biar Ayah coba ya Bun," ucap Ayah yang langsung menuju kamar Jimin di lantai dua.

Tok

Tok

Tok

"Jimin-ah... ini Ayah," seru Ayah dari depan pintu kamar Jimin. Tangannya kembali mengetuk daun pintu sebanyak tiga kali, berharap di ketukan kedua ini sang anak mau membukakan pintu.

"Jimin-ah, biarkan Ayah masuk. Eoh? Anak itik Ayah yang tampan," biasanya saat sang Ayah tengah menggoda seperti ini Jimin akan segera marah dan merasa kesal. Terbukti dari bunyi kunci yang berputar dan derit pintu yang terbuka. Tentu saja Ayah merasa menang karena berhasil membuat anak itiknya keluar sarang.

"Boleh Ayah masuk?" lalu Jimin membuka lebar pintu kamarnya, membiarkan sang Ayah masuk ke dalam ruang privasi. "Kamu kalo ada masalah, cerita sama Ayah atau Bunda kan bisa. Kenapa harus diem di kamar dan bikin khawatir Bunda, hmm?"

Ayah bisa melihat kedua mata cantik anaknya itu bengkak sehabis menangis, jadi yang bisa Ayah lakukan adalah mendekap Jimin dan menciumi pucuk kepalanya bertubi-tubi. Jimin yang diperlakukan sesayang itu kembali menangis kencang.

"Huaaa Ayah... hiks, huhuhu...," Ayah malah terkekeh kecil, meski sering sekali beradu argumen acap kali keduanya beda pendapat, namun bagi Ayah, Jimin tetaplah bayi manja. Sama seperti Taehyung.

"Ada apa, eum?"

"Taehyung...hiks... Taehyung, huaaa....," Jimin semakin menangis kencang. Mengingat Taehyung yang kini resmi menyandang marga Min, membuat Jimin iri dan terluka. Sedangkan bagi Ayah, Jimin seperti ini karena belum terbiasa di tinggal sang Adik. Mengingat keduanya sangat dekat.

"Sssttt.... jadi kamu nangis karena kangen Taehyung. Hahahah, astaga~ anak itik Ayah memang lucu," Ayah mempererat pelukkannya, "kenapa? Kamu juga mau nikah kayak adekmu?"

Dalam dekapan Jimin mengangguk, "hmm, dengan Kak Yoongi,"













11

Marriage Without Dating ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang