दो

8.7K 1K 163
                                    


"Kak Jimin beneran enggak bisa ikut?" Taehyung langsung memberengut ketika Jimin menyatakan tidak bisa ikut proses lamaran dan tunangan Taehyung pada seluruh keluarga.

"Maafin kakak ya Taetae. Lagian bunda juga ngedadak banget bikin acara, kakak kan jadi gak bisa batalin acara study perjalanan di Jepang itu." Jelas Jimin sembari mengusap lembut surai sang adik. Sejujurnya, alasan Jimin bukan hanya itu. Dia memilih ikut pergi dengan teman-temannya karena seseorang yang Jimin incar sedari lama, juga ikut serta dalam rombongan tersebut.

"Kok jadi bunda yang disalahin?" Sahut bunda dari seberang meja, ketiganya tengah duduk santai sembari menikmati waktu teh mereka.

"Berarti di acara besok, adek beneran sendiri nih?"

"Siapa bilang? Kan ada bunda sama Ayah,sayang." Kata Bunda lalu mencubit gemas pipi Taehyung. Jimin sebenarnya juga merasa bersalah, tapi apa boleh buat. Ini semua demi perjuangan cintanya.

--

--

"Sebentar. Kamu tadi bilang apa?" Teriak seseorang dari seberang telepon. Pria berkulit pucat itu mengurut pangkal hidungnya. Tiba-tiba saja kepalanya terasa pening.

"Aku minta maaf. Ada urusan mendadak."

"Ngeles aja kamu! Ya sudah, aku akan bilang pada anak-anak kalau mesin uang mereka tidak ikut dalam perjalananan kali ini." serunya sembari terkekeh, Yoongi, dia juga melakukan hal yang sama.

"Aku akan mentransfer sejumlah uang ke rekeningmu. Gunakan itu untuk mentraktir anak-anak. Itu sebagai permintaan maaf dariku." Tutur Yoongi panjang lebar.

"Siap kapten!"

Malam harinya Taehyung melihat sang kakak, Jimin, tengah sibuk membereskan barang bawaannya untuk besok pergi ke Jepang.

"Kak..." Panggil Taehyung sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar sang kakak.

"Kenapa dek? Enggak bisa tidur?" Dan Taehyung mengangguk sebagai jawaban. Jimin tersenyum sembari merapikan kopernya yang sudah selesai ia susun rapi. Lantas bergerak duduk di tepi ranjang.

"Mau tidur bareng kakak? Bentar lagi kan kamu jadi isteri orang. Nanti enggak bisa manja-manjaan kayak gini lagi loh sama kakak." Goda Jimin sembari naik turunin alisnya, lalu tangan kirinya menepuk sebelah ranjang agar Taehyung yang semula duduk di tepian pindah ke tengah.

"Adek cuma takut aja. Takut enggak bisa jadi pasangan yang baik. Apalagi adek sama sekali belum kenal, namanya aja adek enggak tau." Sungut Taehyung sembari memilin pinggiran selimut. Iya, bunda sengaja tidak memberitahi identitas calon pasangan Taehyung, katanya biar Taehyung kenalan sendiri.

Jimin terkekeh, ia bawa tangannya untuk menepuk kepala Taehyung lembut. "Maafin kakak ya, karena egois sama kamu." Ucap Jimin dengan nada sedih, Taehyung lantas menggeleng kecil.

"B-bukan kak. Kakak jangan merasa bersalah begitu, kan adek sendiri yang ngajuin diri." Kata Taehyung yang langsung dibalas pelukan oleh Jimin.

"Makasih ya. Dan maafin kakak." Ucap Jimin didalam pelukan yang makin mengerat, dan Taehyung hanya mengangguk tipis sebagai jawaban.

--

--

--

Seokjin bergerak gelisah menunggu Yoongi didalam kamar, pikirannya sudah melantur kemana-mana.

"Jangan-jangan ini bocah kabur lewat jendela kamar mandi." Gumam Seokjin yang detik itu juga langsung menggeleng. "Tapi enggak mungkin sih, secara kan kamar mandi punya dia lubang jendelanya kecil. Yang jelas enggak akan muat di tubuh Yoongi." Gumamnya sembari mondar mandir. Ia lirik lagi jam dipergelangan tangan, sudah hampir waktunya acara lamaran dan juga pertunangan Yoongi di mulai.

"Haish!!" Seokjin berdecak lalu dengan serampangan menuju pintu kamar mandi,namun sebelum sukses menggedornya Yoongi sudah lebih dulu keluar.

"Astagfirullah! Kirain mah udah rapi,bro." Ternyata penampilan yang Seokjin lihat adalah Yoongi yang hanya mengenakan kaos oblong dengan celana kolor item.

"Perutku tiba-tiba mules, Jin."

"Heh! Enggak usah banyak alesan. Biasanya juga kamu sok cool." Protes Seokjin sembari merapikan kembali jas miliknya.

"Aku kalo gerogi gini bawaannya pengen lari ketoilet mulu. Aku takut." Dan Seokjin sukses menertawakan. Min Yoongi yang sedatar baja bangunan merasa grogi dan takut??

"Serius Yoong?"

Dan Yoongi mengangguk walau mukanya masih berekspresi sama,datar.

"Alesannya?"

"Aku takut aku enggak siap buat buka lembaran baru sama calon pilihan mama. Aku enggak mau hal buruk terjadi lagi, udah cukup aku kehilangan Wendy..." Lantas Seokjin memegang kedua bahu Yoongi untuk menenangkan.

"Jangan mendahului takdir Yoong, kamu enggak tahu masa depan kamu nanti bakalan kayak apa. Yah, walau ini cuma harapan kosong dariku, aku berharap sosok pilihan mama kamu ini adalah orang yang tepat untukmu." Ucap Seokjin sebelum akhirnya menepuk-nepuk bahu Yoongi lembut.

Mendengar kata-kata itu membuat Yoongi sedikit lebih baik, "Makasih,Jin."

"Kita temen bro, dan sesama temen harus saling menguatkan."

--

--

--

Taehyung mondar mandir di kamarnya, entah kenapa perasaannya jadi makin gugup dan tak karuan begini. Ia tidak bisa bercerita dengan Bunda sekarang ini, karena Bunda dan Ayah harus mengantar Jimin ke Kampus untuk study perjalanan ke Jepang. Sementara jam semakin lama semakin bergerak cepat, sebentar lagi jam sembilan pagi dan tamu yang ditunggu-tunggu akan segera datang.

"Taehyung!!!" Taehyung terperanjat, ia sudah mengira hal ini akan terjadi. Teman-teman satu genk-nya dikampus pasti datang untuk merecoki.

"DIKULUM DIKUNYAH, MIKUM SEMUANYAH!!!" Hoseok teriak dari depan pintu kamar Taehyung yang terbuka.

"Wa'alaikumsalam. Apasih kamu, teriak-teriak gitu." Sungut Taehyung.

"Yang lamaran ciyee..."

"Yang tunangan terus nikah."

Jungkook dan Baekhyun yang baru saja masuk ikut memperolok Taehyung dan membuatnya semakin kesal. Tapi langsung kembali sumringah ketika Jungkook dan Baekhyun sama-sama menyodorkan paperbag dengan merk logo kesukaan Taehyung.

Goodchi.

"Seok, kado kamu mana?" Tanya Taehyung yang melihat Hoseok datang dengan tangan kosong.

Hoseok pun hanya membalas dengan senyuman lebar, "Udah jadi satu sama punya Jungkook. Hehehehe." Sementara Jungkook sendiri hanya menghela nafas pasrah melihat kelakuan Hoseok yang sudah-sudah. Sudah biasa.

Jimin berjalan dengan sumringah menuju perkumpulan mahasiswa yang ikut ke Jepang kali ini.

"Oh, Jimin. Baru datang?" Jimin mengangguk, begitu Kim Namjoon sang ketua perjalanan menyapanya.

"Iya, Kak..."

Namjoon mengangguk, lantas menepuk tangan beberapa kali meminta perhatian. "Bus sudah menunggu untuk membawa kita ke Bandara. Ayo masuk." Ujar Namjoon menyuruh semua mahasiswa yang ikut untuk segera masuk kedalam bus. Jimin yang masuk paling belakang celingukkan mencari tempat duduk, dan hanya ada bangku kosong di samping Namjoon.

"K-kak... maaf. Boleh duduk disini?" Tanya Jimin hati-hati, Namjoon tersenyum dan mempersilahkan adik tingkatnya itu untuk duduk bersebelahan dengannya bersamaan dengan bus yang berjalan cepat menuju bandara.

Didalam Jimin masih celingukan mencari seseorang, "K-kak maaf, mmm... kakak Pembina kita..."

"Oh Mas Yoongi?"

Dan Jimin mengangguk sebagai jawaban, ia melihat Namjoon menghela nafas sebelum berujar, "Dia ada urusan. Enggak bisa ikut, katanya sih dia mau lamaran hari ini sekalian tunangan." Kata Namjoon lalu terkekeh kecil.

Jimin yang mendengar itu langsung terkejut bukan main, "L-lamaran??"

Kok bisa barengan gitu ya??








-2-

Marriage Without Dating ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang