4

4 1 0
                                    

"loh? Kamu?"

Pria itu mendelik.

"ngapain kamu disini?" tanya lelaki itu.

"aku pekerja disini,"

"kamu kan anak sekolahan, kenapa kerja?"

"eumm.. kerja sambilan."

"oh," pria itu beranjak dari tempat duduknya, namun tangannya ditarik oleh Yuna sehingga ia terduduk kembali.

"mau kemana kamu? Ini pesenannya udah dateng malah pergi,"

"mood makan saya turun karena liat kamu,"

"hih. Apa coba yang salah dari gue?"

"kamu gak perlu tau." pria itu berdiri dari tempat duduknya, tapi ditahan kembali oleh Yuna.

"ck, buru-buru amat sih. Seenggaknya, lo bayar dulu baru pergi."

Tanpa berbicara lagi, pria itu menaruh beberapa won di tangan Yuna.

"makasih," Yuna tersenyum lembut kepada pria itu.

Lalu ia beranjak pergi namun ditahan lagi oleh Yuna.

"apa lagi?!!"

"kita kan belum kenalan, jadi ayo kenalan."

"gak."

"ayo dong,"

"gak mau."

"sombong banget sih lo. Ayo kenalan,"

"jangan maksa."

"tapi gue maunya maksa, gimana dong?"

"a-"

"Yuna-ya! Cepetan! Ini masih banyak yang harus di antar!" ucap nenek pemilik kedai mie tersebut.

"ah, iya nek! Aku kesana."

Gagal sudah rencana Yuna untuk berkenalan dengan pria misterius itu.

•°•°•

"nek, ini kenapa udah jam dua pagi tapi masih ada pelanggan aja sih?"

"gak tau, tumben ya."

"iya." tadinya Yuna ingin bilang kalau ia sudah mengantuk, tapi tak jadi karena ia tahu bahwa nenek akan menyuruhnya pulang.

"kamu mau pulang?"

"nggak nek,"

"yang bener? Kamu udah ngantuk banget itu, beneran masih mau ditahan?"

"hm, iya nek. Lagian nanti kalo aku pulang kan nenek jadi ribet ngurusin pelanggan-pelanggan ini sendirian."

"kenapa nenek gak nutup warungnya aja nek?"

"selagi masih ada rezeki yang dateng, nenek gak bakal nutup warung ini."

Yuna hanya mengangguk mendengarnya.

Dan pada jam 3 pagi, kedai mie tersebut baru sepi lalu pada akhirnya nenek menutup warungnya.

Yuna sedang duduk di sebuah bangku yang tersedia di dekat minimarket kemarin.

Ia memijit-mijit pundaknya yang terasa pegal sekali.

"uh..." lirihnya.

Entah kenapa, tiba-tiba ia terpikirkan dengan pria tinggi itu lagi.

"aneh.." gumamnya tanpa sadar.

Yuna menggeleng-gelengkan kepalanya bermaksud mehilangkan pikirannya barusan.

"pintu rumah pasti udah dikunci. Gue mau tidur dimana sekarang?" pikir Yuna.

"ah, masa bodo deh. Gue tidur disini aja," Yuna meringkuk di bangku panjang tersebut.




















Who Are You? Who Am I? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang