17

4 0 0
                                    

"u-udah jangan diliatin mulu," Yuna memalingkan wajahnya dari Soobin.

"tak perlu ditutupi, kau itu terlihat begitu cantik jika–"

"gue tau, tapi jangan diliatin terus."

Soobin baru saja menarik napasnya untuk kembali berbicara namun Yuna sudah mendahuluinya.

"risih,"

"risih? Ah, kalau begitu maaf."

Soobin dan Yuna sedang duduk-duduk santai di halaman belakang rumah Yuna.

Ayahnya sedang sibuk dengan urusan kantornya. Ibunya pergi ke toko bajunya untuk melihat-lihat perkembangan apa yang baru saja mereka buat. Dan Jieun sedang kerja kelompok di rumah temannya.

Mereka hanya berdua disini.

Hm, itu tak terlalu baik.

"Yuna." panggil Soobin memecah keheningan.

"hm?"

Wajah Yuna beradu pandang dengan Soobin. Soobin dan Yuna tersentak kecil.

Masalahnya jarak wajah mereka terbilang sangat dekat. Hanya radius 5 sentimeter.

Astaga, jaraknya terlalu dekat!!.

Yuna kembali memalingkan wajahnya yang merona.

"Y-Yuna," Soobin memanggil lagi.

Yuna tak menoleh. Takut kejadian yang sama terulang lagi.

"hm?"

"aku ingin bertanya."

"tanya apa?"

"apa lelaki itu menyukaimu?"

Yuna menoleh. Tenang saja, kali ini wajah Soobin sudah agak menjauh.

"yang mana?"

"pria yang berparas dingin itu."

"cuma lo ya."

"bukan bukan, bukan aku. Temanmu yang satu lagi."

"oke, cowok aneh. Temen gue yang laki itu nggak cuma satu,"

"apa? Ada banyak?"

Yuna mengangguk.

"siapa saja? Yang mana?"

"Jaemin yang sekelas, Midam ketua OSIS yang beda kelas dan kakak kelas, Sungwoon sekelas, Xion beda kelas, Jihoon sekelas, Jeongwoo sekelas, Seungmin beda kelas, dan Junkyu sekelas."

"bagaimana dengan teman perempuanmu?"

"Ryujin, Heejin, Mirae. Cuma tiga."

"lelaki yang paling dekat denganmu. Yang matanya lembut, lumayan tinggi, berponi." ucap Soobin.

"semua temen cowok gue berponi loh."

"astaga, kenapa sulit sekali mendeskripsikan anak itu, sih?!"

"setahuku, dia duduk bersebelahan denganmu,"

"oh, Junkyu?"

Soobin mengangkat bahunya, "tidak tahu."

"iya, itu Kim Junkyu." Yuna melipat kedua kakinya keatas dan menaruh dagunya di lutut.

"apa anak itu menyukaimu?"

"apa? Ng-nggak. Gue gak tau."

"kau yakin?"

"iya, aku benar-benar nggak tau."

Aku-kamu lagi??. Soobin membatin lalu mendesah pasrah.

Who Are You? Who Am I? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang