"Sebenarnya kak Jieun kenapa? Dari kemarin ia terus menyebutku 'cewek sialan', 'cewek brengsek', 'bangsat', 'gak tau diri', 'bajingan', dsb.
Tuhan, tolong beri aku jawaban. Aku tidak mau seperti ini terus kepada kak Jieun."
Yuna menaruh bolpoint nya di atas meja.
Lalu bersiap-siap pergi ke kedai mie halmeoni itu.
Ini jadwalnya ia bekerja di sana.
Setelah rapi membalut tubuhnya dengan baju hangat ——ini musim dingin—— ia bergegas menuju pagar rumahnya.
Namun gerakkannya terhenti karena jendela kacanya diketuk oleh sesuatu.
Tukk
Ia berjalan menghampiri jendelanya.
Yuna melongok keluar, namun tak menemukan siapa-siapa.
Mungkin cuma firasat gue doang. Ucapnya dalam hati lalu berbalik dan pergi ke kedai mie halmeoni.
•°•°•
Yuna pulang kerja pukul 00.00.
Tepat tengah malam.
Dan sesuai dugaan Yuna, gang menuju rumahnya begitu gelap dan sedikit menyeramkan.
Kali ini ia tak melewati minimarket, ia memilih jalan pintas agar lebih cepat sampai ke rumahnya.
Dan disitu hanya ada satu lampu jalan yang penerangannya sangat minim.
Tepat di depan lampu itu, berdiri seorang pria yang entah sedang apa.
Rasa ketakutan Yuna bertambah.
Semoga dia cuma berdiri disitu doang.
Yuna segera melewatinya.
Namun,
"A– HMMPPH!!"
Orang itu menarik tangan Yuna dan membekap mulutnya.
Membawa Yuna ke sisi gelap dimana tak ada lampu disana.
"jangan bergerak," ucap lelaki itu.
"c-cowok aneh?"
Heran deh, ini orang kenapa muncul dimana-mana sih?.
"diam."
Tak lama, terdengar sebuah suara pisau yang digesekkan ke dinding di seberang mereka.
Sebentar, ini knp jd horor gt sih? Nggak lyk ah –thor
"apa itu?" bisik Yuna.
"tak perlu tahu."
"ap–"
"diam atau dia akan mengetahui keberadaan kita."
Krak
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You? Who Am I?
Teen FictionSaya tau kalo kalian gak bakal tertarik sama ceritanya kalo baca part awalnya doang, dimohon untuk baca sampai akhir, annyeong(๑・ω •)~♥"