11

3 0 0
                                    

"cantik-cantik miring."

Mirae tercekat. Ia berbalik.

"Ju-Junkyu?!!"

"lo nusuk perut bokap gue, terus nyium tangannya?? Dasar sinting." Junkyu tertawa remeh.

"b-bokap??!"

"itu mayat bokap gue. Lo gak nyium bau busuk disini?" tanya Junkyu.

Sayangnya, saraf penciumanku rusak. Batin Mirae.

Gue berhasil ngejebak dia. Junkyu berteriak senang dalam hatinya.

"gue sengaja gak tidur demi nungguin lo yang udah gue tebak, kalo lo ngincer mayat ini yang sengaja gue taruh disini!?"

Mirae membisu.

"yah, ternyata dugaan gue tepat."

"baik, cukup. Giliranku berbicara." Mirae memutar-mutar pisaunya yang sudah ternodai darah di udara.

"sudah kubilang bahwa kau masuk di daftar 'dibunuh' milikku kan? Mumpung kau memunculkan diri, dan sepertinya siap untuk kuperlakukan sebagaimana kuperlakukan ayahmu."

Sial, kali ini dia yang ngejebak. Umpat Junkyu tak tahan-tahan.

Mirae berhenti memutar-mutarkan pisaunya. Ia berjalan mendekat ke arah Junkyu.

Junkyu memundurkan langkahnya.

Mirae yang melihat raut wajah Junkyu yang tak berubah, berhenti mendadak.

Junkyu ikut berhenti.

"kenapa kau tidak ketakutan?"

"jadi, lo cuma nakut-nakutin gue? Haha, gak mempan." ucapnya dengan raut wajah yang masih sama. Dingin dan tajam.

"lalu mengapa langkahmu terus memundur?"

"oh, gak boleh?"

Mirae hanya diam.

Tak lama kemudian, ia membuang pisau itu lalu mengambil silet dari kantung jaketnya.

Ia berjalan ke arah Junkyu.

Junkyu yang melihat itu hanya diam. Tak bereaksi apapun.

Mirae sekarang tepat berada dihadapan Junkyu.

Ia mengelus wajah Junkyu pelan.

"ini hadiah untukmu. Aku baru pertama kali memakai benda ini, dan ini.... Yang pertama dan terakhir kalinya aku memakainya." Mirae tersenyum manis sambil menunjukkan silet itu dihadapan Junkyu.

Lalu ia menggoreskannya pada tangannya sendiri. Setelahnya, Mirae menarik tangan Junkyu paksa.

Junkyu terkesiap.

"lenganmu pucat sekali. Aku tidak suka,"

"bukan urusanmu,"

"baiklah. Karena kau cinta pertamaku, dan merupakan orang yang paling kusayang,...."

Sukk
Srett

Mirae menusukkan silet itu ke tangan Junkyu, lalu menarik tusukkan itu hingga ke seluruh tangan Junkyu.

Junkyu berteriak kesakitan.

Ia terduduk lemah.

Untung bukan tangan kiri,. Junkyu masih bersyukur.

Luka itu tentu dalam, juga panjang. Maka darah Junkyu berdesak-desakkan untuk keluar.

"kubahagiakan kamu lebih dari mereka semua. Kamu sudah bahagia bukan? Aku menyayangimu." Mirae mendekatkan wajahnya ke wajah Junkyu.

Who Are You? Who Am I? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang