Indikasi Permusuhan

7.3K 206 51
                                    

"Segudang prestasi dan ketenaran yang lo punya, bakal jadi nol di mata gue karena attitude yang lo punya juga nol." —Rosetta Avila Adinda.

🌹

Gadis itu tengah membaca buku sambil menggunakan headphone berwarna putih pada kepalanya. Ia mengetuk-ngetuk jemarinya pada meja berbahan dasar kayu itu. Dilihatnya jam tangan berwarna rose gold yang selalu ia kenakan. Rose menghela napas. Ia sudah bosan. Sudah 2 jam lamanya ia duduk di sini. Ia berinisiatif mengambil buku tulis yang bersampul coklat untuk mengipas-ngipas.

Terik matahari pada hari ini sangatlah membuatnya ingin segera mandi dengan es batu. Sialnya lagi, kipas di kelasnya tidak jalan. Ini sudah membuatnya kesal. Tetapi, sepertinya ia akan bertambah kesal. Mengingat di lapangan sedang ada perlombaan basket untuk mewakili tingkat antar sekolah nantinya.

"Rosetta!" teriak Michelle sembari membawa kipas kecil miliknya yang berwarna merah. "Mau nonton pertandingan di bawah gak?" tanyanya sambil mengambil novel yang sedang dibaca Rose.

Ia melepas headphone miliknya. "Apa sih Michelle? Jangan ganggu gue bisa gak?" kesal Rose sembari memutar bola matanya. Gadis introvert ini paling tidak bisa diganggu jika sedang membaca buku. Karena untuknya, buku merupakan pelariannya, kebahagiannya dan dunianya.

"Gak bisa! Hari ini lo harus libur dulu jadi orang introvert!" katanya dengan semangat. "Lo harus ikut gue ke bawah buat nonton basket Rosee!!" rengek Michelle sembari menarik tangan Rose.

Gadis itu menepisnya dengan kasar. "Panas. Males. Gak mau ah." katanya lalu mengambil kembali novelnya.

Jarinya sudah menyentuh sampul novel tersebut tetapi saat ia ingin membuka novelnya, sebuah telapak tangan tiba-tiba menempel pada cover novel tersebut. Rose menghela napas. Ia tahu ini tangan siapa. Tidak lain dan tidak bukan adalah Alena, si gadis tomboy dengan rambut lurus sebahu dengan lengan yang selalu dilipat dan yang selalu mengerti keadaan Rose. Tapi sepertinya kali ini semesta tidak berpihak pada Rose karena Alena datang untuk menarik Rose ke lapangan juga.

Rose berdecak lalu memutar bola matanya. "Alena, jangan ikut-ikutan ganggu gue. Mending lo jadi suporter deh sama Michelle."

Gadis dengan rambut sebahu yang di panggil Alena itu segera duduk di samping Rose. Lalu memasang wajah seriusnya. "Rose, kali ini gue setuju sama kata Michelle. Lo harus libur jadi orang introvert hari ini aja." kata Alena dengan penuh penekanan.

"Memang ada apa sih?"

"Lo tau kan hari ini ada pertandingan basket." jawab Alena.

"I know this. And then?"

"Lo tau gak siapa yang tanding lima menit lagi?" tanya Michelle sembari membenarkan bondu miliknya.

Rose melipat tanganya di dada. "Gue gak tau dan gak mau tau. Gak peduli mau siapa pun yang main. Ini gak ada sangkut pautnya sama nilai."

Michelle menggeleng dengan cepat. "Bukan, ini bukan soal nilai. Bahkan lebih penting dari nilai Rosetta!"

Rose mengerutkan keningnya. "Apa yang lebih penting dari nilai?"

"Ketampanannya itu loh!"

Mendengar jawaban Michelle, sontak membuat Alena menepuk jidatnya. Sedangkan Rose menggelengkan kepalanya. Michelle memang tidak akan pernah jauh pembahasannya dari laki-laki yang menurutnya tampan. Lalu, Alena pun segera mengklarifikasinya. "Bukan, bukan gitu maksudnya. Rose, sesekali lo harus melek sama dunia. Jangan bukuuu terus yang lo urusin." kata Alena sembari menepuk pundak Rose. "Temenin kita dong, sesekali. Masa selalu kita berdua terus sih?" tambahnya.

Rama Prananta (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang