Memulai Rencana?

2.2K 121 19
                                    

"Kalau lo gak bisa nyembuhin luka orang, ya setidaknya jangan bikin mereka terluka."-Aldo Bagaskara.

***

Rama sudah mulai mencari informasi tentang Rose. Hampir semua kalangan ia tanyakan. Mulai dari tukang kebun sekolah, guru-guru, adik kelas hingga teman seangkatan. Tak lupa juga para penjual di kantin dan penjaga perpustakaan. Tapi dari semua itu, ia belum menemukan celah bagaimana bisa membuat Rose tertarik padanya.

Dari tukang kebun sekolah, ia hanya mendapatkan informasi bahwa Rose sering pulang sore. Tetapi tidak terlalu sore juga. Penjaga perpustakaan mengatakan bahwa Rose sering meminjam buku dan membaca buku ke perpustakaan. Sesekali membantu meringankan pekerjaan merekap buku-buku baru dan buku-buku lama para petugas perpustakaan sekolah.

Tadi sore juga ia sudah bertanya pada beberapa penjual yang ada di kantin dan ternyata Rose jarang ke kantin. Ia hanya akan membeli air putih dan makan siang jika tidak membawa bekal makan dari rumah. Ia juga akan membeli teh manis hangat jika merasa tidak enak badan.

Informasi yang diberikan guru-guru sebenarnya sangat subjektif. Jadi Rama harus menyaring kembali apa yang dikatakan oleh guru-guru. Guru matematika mengatakan bahwa Rose adalah gadis yang baik dan penurut. Guru bahasa mengatakan bahwa Rose selalu bisa memaksimalkan tugasnya dengan baik. Beberapa guru mata pelajaran juga mengatakan bahwa jika ada tugas presentasi maka Rose akan mempresentasikan dengan bahasa yang baik dan mudah di pahami.

Di antara banyaknya kelebihan yang orang-orang sebutkan, hanya teman seangkatannya yang mengatakan bahwa Rose tidak baik. Tidak banyak yang mengatakan itu. Sisanya tidak kenal. Hanya sekedar tau nama. Adik kelas yang ditanya oleh Rama pun memberikan jawaban yang sama.

Informasi-informasi itu tidak membantu. Rama butuh jawaban lain. Sebenarnya ia tahu harus bertanya pada siapa tetapi ia ragu. Karena pasti akan menimbulkan gosip yang aneh-aneh. Tapi demi mewujudkan egonya, ia pun nekat mendatangi orang tersebut. Riko dan Aldo, teman satu tongkrongannya.

Rama mulai berjalan ke arah warung yang ada di belakang sekolah. Sudah sepi. Tapi di warung masih ada beberapa orang. Suara tawa masih terdengar saat Rama mulai melihat warung itu. Aldo dan Riko yang masih ada di sana pun melihat Rama yang sedang berjalan mendekat. Riko sudah berdiri, bersiap untuk menyambut kedatangan Rama.

"Halo bro! Tumben banget nongkrong. Udah gak sibuk latihan buat olimpiade?" tanya Riko sambil menepuk pundak Rama.

Rama duduk di sebelah Aldo, berhadapan dengan Riko. Ia mengambil satu batang rokok dari bungkus rokok yang ada di meja. Aldo berinisiatif memberikan sebuah korek api. Rama menerima itu. Ia mulai menyalakan rokok tersebut.

"Libur dulu deh, bosen." jawab Rama, sambil menghembuskan asap rokok.

"Weiss, udah jago mah bebas ya." ucap Aldo.

Rama tak menghiraukan ucapan Aldo. Ia masih menatap asbak diatas meja dengan tatapan kosong. Keheningan pun mulai menyelimuti. Satu persatu orang-orang yang berada di warung tersebut pun mulai pamit pergi. Langit sudah mulai berubah warna menjadi biru gelap. Kini hanya tersisa mereka bertiga. Aldo, Rama dan Riko.

Aldo menyenggol lengan Rama. "Bro, kenapa deh? Dari tadi ngelamun terus," ucapnya.

Rama membuang puntung rokok yang sudah pendek tersebut lalu menginjaknya. "Lo tau Rose kan? Dia udah ada pacar belum?"

Riko langsung heboh. "Buseett, to the point banget. Kenapa? Lo mau ngedeketin?" tanya Riko.

Aldo tertawa kecil. "Ngapain nanyain dia? Lo masih mau balas dendam?"

"Hah? Lo mau balas dendam apa ke dia? Perasaan dia gak pernah bikin masalah, deh. Anak baik-baik kok." ucap Riko.

"Ya yang waktu itu gue bilang. Bikin dia suka sama gue."

Rama Prananta (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang