"Pengennya sih Lebih,"

2K 107 26
                                    

"Pelaut yang hebat, medan perangnya bukan laut yang tenang." -Rosetta Avila Adinda

🌹

Gadis itu menatap dirinya sendiri di cermin. Ia kembali mempertimbangkan apakah ia tetap akan pergi atau tidak. Hari ini ia menggunakan celana jeans dengan kemeja berwarna biru. Tak lupa high heels berwarna putih yang baru ia beli minggu kemarin.

Rose terdiam sebentar kemudian kembali memikirkan apakah ia akan keluar rumah atau tidak hari ini. Tiba-tiba, Rose berdiri lalu menatap dirinya sendiri dengan yakin.

"Oke, pergi."

Ia segera mengambil tasnya dan mengunci rumahnya. Langkahnya cepat, seirama dengan tempo hatinya. Rose menunggu di halte. Sembari menunggu bus datang, ia mendengarkan lagu kesukaannya.

Di amatinya jalan raya itu. Motor dan mobil tak pernah berhenti lewat di hadapannya. Sesekali ia melihat beberapa orang saling membantu untuk menyebrang. Ia juga melihat anak kecil yang berjualan bunga tangkai.

Karena suasana hatinya sedang bagus, Rose memutuskan untuk membeli tiga tangkai. Pas sekali, setelah Rose menerima kembaliannya, bus pun datang. Ia tersenyum senang dan segera naik.

Sepanjang perjalanan adalah hal yang paling Rose sukai. Ia bisa mendengarkan lagu sambil melihat-lihat dari jendela. Kebiasaan Rose saat seperti ini adalah melamun. Iya, dia akan masuk ke dalam dunianya sendiri. Ia akan memikirkan banyak hal di kepalanya hingga sampai ke tempat tujuan.

Kali ini, Rose memikirkan kira-kira apa saja yang akan ia lakukan saat sampai di tempat tujuan dan apa saja yang akan terjadi hingga ia pulang nanti.

Setelah tiga puluh menit berlalu, akhirnya Rose turun. Ia segera melepaskan earphone miliknya dan berjalan menuju toko bunga.

***
Rama dan teman-temannya kini sedang berada di pesisir pantai. Mereka memang sudah merencanakan akan berlibur bersama. Sebenarnya hari ini seharusnya tidak jadi, karena Rama mendadak tidak bisa katanya. Tapi dengan nekat, Aldo dan Riko menghampiri rumah Rama lebih pagi dan menanyakan jadwal Rama pada orang tuanya. Ternyata, Rama tidak ada jadwal apapun. Ia hanya ingin diam di rumah, malas keluar. Hal itu membuat Aldo dan Riko memaksa Rama habis-habisan. Dan di sinilah Rama sekarang.

"Gue masih pengen tidur. Gue mau balik ah." putus Rama lalu memutar badannya.

Aldo dan Riko segera menahannya. "Gak boleh." ucap Riko penuh penekanan.

Rama berdecak kesal. "Yaudah gue tidur di mobil aja deh."

Aldo menggelengkan kepalanya. "Gak boleh juga."

Riko segera mendorong Rama untuk berjalan di depan. Kini mereka menuju tempat makan terdekat. Riko sedari pagi sudah ngomel karena ia belum makan tetapi harus menyetir.

"Traktir ya, Do!" seru Riko, girang.

"Minta sama pak bos sana!" kata Aldo sembari menunjuk Rama dengan dagunya.

Rama masih kesal, ia tak bergeming. Akhirnya, Aldo dan Riko pun memesan makanan ke meja kasir. Sembari menunggu, Rama melihat-lihat ke luar. Ia tentu saja tidak akan memberitahu Aldo dan Riko. Kalau tidak, ia tidak akan diperbolehkan keluar.

Rama memicingkan matanya saat melihat perempuan dengan kemeja biru berada si toko bunga. Perempuan itu sedang asik mengobrol dengan ibu-ibu di sana. Rama diam-diam mendekat dan menguping percakapan itu di balik tembok.

"Terus waktu kamu masuk rumah sakit, ada yang nemenin enggak?" tanya ibu tersebut sembari menyiram bunga-bunganya.

"Ada bu. Itu cowok yang kemarin malam aku ceritain di telepon."

Rama Prananta (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang