Bella Lagi

1.4K 62 16
                                    

Setelah mengobrol dengan Tobi kemarin, Ferro memutuskan untuk mencari tahu motif Rama mendekati Rose. Tak butuh waktu lama untuk ia mendapatkan informasi itu karena ia memiliki relasi. Pagi tadi, saat ia tak sengaja mengobrol dengan teman-temannya di warung sebelum berangkat ke sekolah, ia mendapatkan informasi yang ia butuhkan.

Betapa marahnya ia saat mengetahui bahwa Rama mendekati Rose hanya karena ingin balas dendam dari masalah yang menurutnya sepele. Tentu saja Ferro murka. Karena ia tau betapa kerasnya usaha yang dilakukan Rama untuk membuat Rose percaya. Ia mengetahui itu dari gosip-gosipan teman-temannya, tak jarang Rose bercerita. Makannya ia bisa segalau itu saat kemarin.

Tapi setelah mengetahui itu semua, Ferro merasa bahwa galaunya sia-sia dan ia sudah kecolongan. Ia tidak mau Rose di sakiti. Ia tau betapa sulitnya Rose tetap berdiri diatas kakinya sendiri saat keadaan rumahnya tidak baik-baik saja.

Ia mengingat ucapan Tobi, bahwa ia harus memperjuangkan apa yang ia percaya. Ferro rasa ia harus memberi pelajaran pada Rama. Istirahat pertama, lapangan lumayan penuh karena Rama dan teman-temannya sedang bertanding basket. Ferro memanfaatkan kesempatan itu untuk memberi pelajaran pada Rama.

Ferro menerobos kerumunan dengan brutal. Saat Rama sedang berada di tengah lapang memperhatikan bola yang akan dimasukkan ke dalam ring, ia merasakan ada seseorang yang menarik lengannya. Rama kebingungan. Ia belum melihat jelas siapa yang di hadapannya. Tiba-tiba sebuah pukulan melayang ke wajahnya. Ia terjatuh. Belum selesai sampai disitu, kerahnya sudah di tarik dan dagunya di pukul.

Berkali-kali pukulan itu di layangkan hingga teman-temannya mulai memisahkan mereka. Saat dipisahkan, barulah Rama bisa melihat dengan jelas siapa yang menyerangnya. Rama segera berdiri kemudian mendekat ke arah lawannya.

"Maksud lo apa cari gara-gara?" tanya Rama dengan emosi.

"Dasar brengsek! Jauhin Rose kalau lo cuman main-main!" teriak Ferro yang mengundang perhatian siswa-siswi yang ada di lantai satu hingga lantai tiga.

Rama terkekeh. "Lo bukan siapa-siapanya dia, jadi gak usah ngatur." ucap Rama, sombong.

"Gue bahkan lebih kenal deket sama keluarganya di banding sama lo!"

"Gue udah ketemu ayahnya. Lo udah ketemu belum? Bahkan bokap gue aja udah ketemu kok."

"Sialan, cara lo licik! Gila lo! Jangan pernah mainin perasaan Rose!"

"Bukan urusan lo!" ucap Rama sambil mendorong Ferro. "Urus-urusan lo sendiri. Gak usah ikut campur urusan orang lain. Paham lo?"

"Rose bukan orang lain buat gue! Siapapun yang nyakitin dia, berurusan sama gue! Bakal gue aduin ke Rose! Liat aja!"

"Coba kalau bisa. Liat, siapa yang dia percaya."

Melihat respon Rama yang selalu tenang membuat Ferro muak. Sedari dulu Rama selalu membuatnya kesal. Mulai dari ranking paralel yang direbutnya, perhatian guru-guru karena ia selalu menang lomba-lomba dan Rama dengan teman-temannya sering menjadi langganan BK karena sering membolos.

Ferro mengangkat tangannya. Ia ingin melayangkan sebuah pukulan yang lebih keras. Tapi ia merasakan seseorang menahannya.

"Stop, Fer. Cukup." ucapnya, tegas.

Ferro melirik ke sampingnya. Itu Rose. "Ta," panggilnya lirih.

"Bubar. Pergi, Ro." ucap Rose seolah tak bisa di bantah.

Ferro menatap Rose dengan sayu. Ia pun hanya bisa mengikuti perintah Rose. Rama juga harus ke UKS, ini perintah Rose. Lapangan pun yang semula gaduh kini sudah menjadi tenang. Dalam hati Rose merasa bersalah.

***

Ferro hanya bisa diam, mendengar Rose menasehatinya. Padahal Rose belum mengetahui alasan ia menghajar Rama karena apa. Justru yang di lapangan tadi tidak ada apa-apanya. Ferro masih merasa belum puas.

Rose sudah selesai mengobati luka Ferro. Tapi ia masih belum berhenti mensaheti Ferro. Karena kesal, akhirnya Ferro pun mulai membantah apa yang diucapkan oleh Rose.

"Lo gak paham, Ta." ucap Ferro tiba-tiba.

"Apa yang gue gak paham, Ro?"

"Lo gak paham Rama sebrengsek apa sampai gue hajar dia."

"Sekarang pertanyaannya, memang dia habis ngelakuin kesalahan?"

"Iya. Buat gue salahnya fatal banget."

"Apa?"

"Mainin lo."

"Hah? Maksudnya?"

"Dia deketin lo cuman buat balas dendam doang, Ta. Dia jahat. Ayolah, percaya sama gue, Ta."

"Balas dendam apa, Ro?"

Saat Ferro ingin menjawab, tiba-tiba ia mendengar suara Rama yang membantah. "Orang mah pada dasarnya kalau memang gak suka, pasti bakal nyari-nyari kesalahan." sindir Rama, dari ranjang sebelah yang hanya dibatasi oleh tirai.

Ferro mendesah. Ia melupakan bahwa Rama ada di sebelahnya saat ini. Sedangkan Rose menggelengkan kepalanya. Kemudian Ferro menarik tangan Rose untuk mendekat. "Sejak kapan lo mudah percaya sama orang lain sih, Ta? Apalagi anak berandal kayak dia. Percaya sama gue, Ta. Gue mohon." ucapnya dengan suara pelan.

Rose menjadi kebingungan sendiri. Ia harus apa? Di satu sisi ia percaya pada Ferro karena mereka sudah kenal sejak lama. Tapi disisi lain bukankah ia harus mencoba percaya pada orang baru?

🌹

Rama Prananta (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang