Klarifikasi

1.7K 76 5
                                    

Setelah kejadian itu, Bella langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Rama segera menelpon ambulan. Beberapa guru juga ikut ke rumah sakit. Pada awalnya, Rama disalahkan karena kejadian ini. Para guru menganggap bahwa Rama tidak mengatakan kejujuran. Mereka berpikir tidak mungkin jika Bella menabrakkan dirinya ke tengah jalan. Tetapi karena satpam sekolah juga menyaksikan, ia ikut memberikan kesaksian. Akhirnya Rama menjadi tidak begitu disudutkan.

Orang tua Bella segera di telpon oleh Rama saat Bella sudah masuk ruang tindakan. Mereka langsung menyusul ke rumah sakit tersebut. Sesampainya di sana, guru-guru meminta maaf kepada orang tua Bella karena dianggap lalai dalam menjaga anak didiknya selama jam pembelajaran.

Rama yang mendengar itu memutar bola matanya. Dasar penjilat. Lo minta maaf supaya tetap dapat uang aja kan? batinnya.

Di tengah-tengah orang tua Bella berbincang dengan guru-guru, ibunya Bella menatap ke arah Rama yang sedang terduduk sambil menatap ruang tindakan. Ia menghampiri Rama dan mulai mengelus kepalanya pelan.

"Nak, jangan khawatir ya. Maafin anak tante ya. Tante tau kok bukan kamu yang salah. Tante tau selalu salah di Bella, maaf ya Rama. Nanti kalau kamu di marahin karena ada yang mengira ini karena kamu, bilang sama tante. Tante tau emosi Bella belakangan ini lagi gak stabil." kata Yura, lembut.

Rama merespon seadanya. "Gak, tante. Memang harusnya tadi Rama gak kepancing juga. Maaf ya tan."

"Tante yang minta maaf. Tante masih belum bisa ngedidik Bella dengan baik. Maaf ya harus merepotkan kamu terus, Rama. Tante sudah berusaha bawa Bella ke psikolog atau psikiater untuk menyembuhkan traumanya itu. Tapi karena beberapa hari kemarin dia dengar kamu jalan sama perempuan, dia gak mau kontrol."

"Maaf tan, harusnya Rama yang bisa mengendalikan diri. Karena Bella lagi masa pengobatan juga kan, pasti belum stabil."

Seorang laki-laki dengan jas hitam mulai mendekat dan berdiri di samping Rama. "Gak usah menyalahkan diri sendiri, Ram. Kita juga tau kok kamu jadi kesusahan sama Bella. Nanti om memang berencana mau pindahkan Bella ke tempat lain supaya bisa melupakan kenangannya. Maaf ya kalau anak om bikin repot."

"Pindah kemana om? Memangnya gak papa? Bella gak akan tantrum?" tanya Rama, penasaran.

"Mungkin keluar negeri. Kalau masih di Indonesia dia pasti nekat kabur. Om yakin. Bella kan nekat orangnya."

"Kamu tadi katanya lagi ngobrol buat lomba ya sama teman kamu? Tante dengar dari guru kamu," tanya Yura lembut.

Rama mengangguk. "Iya, tan. Guru pembimbing lombanya lagi gak bisa datang ke sekolah, jadi aku yang disuruh bantuin."

Yura terkekeh. "Cewek?"

Rama mengangguk lagi.

"Cantik gak?" tanya Yura, menggoda Rama.

"Aduh, tante. Masih cantikan tante kok." ucap Rama, mengeles.

Yura terkekeh sambil menatap suaminya. "Jangan takut kalau mau ngejar orang lain ya, Ram."

Rama tersenyum kaku. "Perjuangkan apa yang kamu percaya. Ikuti kata hati kamu. Jangan menyerah apapun rintangannya, Ram. Om berterima kasih kamu mau bertahan sama Bella beberapa tahun ini. Jujur, itu gak mudah. Om paham kok."

"Tante juga terimakasih ya. Nanti masalah Bella biar om sama tante yang urus. Kamu pulang saja habis ini. Biar kami yang di sini. Sampaikan permintaan maaf kami ke perempuan tadi ya."

***

Rama memutuskan untuk berjalan ke kantin rumah sakit. Ia akan menenangkan kepalanya yang berisik karena masalah baru datang lagi. Setelah memesan teh manis hangat dan semangkuk bakso, Rama memilih tempat duduknya.

Rama Prananta (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang