Untuk Pertama Kalinya

2.1K 107 28
                                    

"Lo gak akan bisa bener-bener sayang sama orang lain, sebelum lo sayang sama diri sendiri." -Rama Prananta.

🌹

Rose masih memasang wajah kesalnya karena saat ini ia harus menggunakan infus dan tak bisa banyak bergerak. Dalam hati, ia terus menyalahkan Rama dan selalu berandai-andai bahwa ia tidak mengikuti ucapan Rama untuk datang ke rumah sakit. Sebenarnya, perawat mengatakan bahwa ini tidak perlu dirawat. Tetapi jika ingin pengobatan yang total ya dirawat. Rose lebih memilih di suntik dan di observasi selama beberapa jam kemudian pulang. Tetapi Rama tiba-tiba memutuskan untuk melakukan rawat inap. Tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur.

Suara knop pintu terdengar begitu jelas di telinganya. Rose berdecak. Ia tahu siapa yang datang. Itu pasti lelaki yang membuatnya menjadi dirawat inap seperti saat ini. Karena gadis dengan pakaian rumah sakit itu masih kesal, akhirnya ia menyelimuti dirinya hingga kepalanya tertutup.

"Rose," panggil Rama lembut sambil menggoyangkan lengan gadis itu perlahan.

Rose masih diam. Di dalam selimut, wajahnya ia tekuk habis-habisan. "Tidur?" tanya Rama memastikan.

Tak ada jawaban. Akhirnya Rama mendiamkannya juga. Rose tidak mendengar suara Rama lagi. Ia kira, Rama sudah tidak ada di ruangan serba putih itu atau mungkin sudah menyerah. Saat tubuh Rose mulai rileks, tiba-tiba selimutnya tersingkirkan dari wajahnya.

Ya, Rama menarik paksa selimut itu. Rose terkejut bukan main. Tapi rasa keterkejutannya itu segera terganti dengan rasa kesal yang sudah di tumpuk sedari siang. Rose reflek mendorong Rama lalu kembali menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Rama menghela nafas pelan. Sudah berbagai cara ia lakukan agar Rose mau makan dan tidak marah lagi karena Rama memaksanya ke rumah sakit yang menyebabkan ia harus dirawat. Rama juga sudah membujuk Rose dengan membelikan gadis itu buket bunga, jaket lotso berwarna abu-abu, kotak musik dari lego, novel-novel teenfiction best seller, dan makanan serta minuman yang sekiranya Rose sukai.

Tapi tetap saja, Rose bahkan tidak peduli. Rose tetap membuang muka saat Rama datang. Tidak mungkin juga Rama memaksa Rose. Tapi kali ini Rama sudah sangat kesal. Gadis itu harus makan dan mau mengobrol lagi dengannya. Bagaimana pun caranya.

Rama akhirnya kembali menarik paksa selimut itu. Rose berdecak kesal. Gadis itu segera ingin kembali menarik selimutnya. Tapi pergerakannya kalah cepat. Rama dengan sigap menahan kedua lengan Rose agar tidak bergerak.

Mata mereka bertemu, saling beradu ego dalam diam. Rose sudah berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan tangannya dari genggaman Rama, tapi tenaganya tidak cukup kuat untuk mengalahkan lelaki tersebut.

"Lepas Ram!"
"Lepas!"
"Sakit Rama!" katanya dengan lirih.
"Lo ngapain sih bawa gue ke sini?"
"Gue sakit ya itu urusan gue! Lo gak punya hak buat ngurusin!"
"Lo gak punya kewajiban itu Ram!"
"Jangan sok-sok an masuk ke kehidupan gue dan dengan lancang ngatur segalanya!"
"Gue mau pulang!"
"Pulangin gue sekarang atau gue bakal kabur!"
"Ram! Gue mau pulang!"

Rose terus mengeluarkan unek-uneknya. Rama hanya diam, terus mengunci pergerakan lawan hingga akhirnya gadis itu lelah sendiri lalu memilih untuk diam. Dan benar saja. Rose pun akhirnya menyerah. Ia terdiam dengan wajah pucatnya itu. Tak lupa, wajahnya yang kesal seperti anak kecil sehabis merengek.

Rose akhirnya kembali menatap mata Rama. Sedangkan Rama tak pernah melepaskan tatapannya pada Rose. Rama terlihat lelah, namun ia tak mengatakan apa pun. Rambutnya agak berantakan, sepertinya karena sedari tadi ia mondar-mandir membelikannya banyak hadiah untuk membujuk Rose. Tatapannya masih teduh, tenang. Saat di rasa Rose sudah benar-benar diam, Rama pun membuka suara.

"Udah marahnya?" tanyanya dengan lembut.

Rose masih terdiam.

"Udah keselnya?"

Gadis itu masih membisu.

"Udah sadar sepenuhnya belum lo lagi di rumah sakit dan di infus?"
"Udah sadar belum karena lo ngeberontak infusannya jadi tersumbat sama darah lo? Darahnya naik, cairan infusnya gak masuk ke badan lo."
"Udah paham belum kalau lo itu sakit dan harus istirahat yang cukup?"
"Udah bisa gak kejam sama diri sendiri belum?"

Rose masih terdiam dan menatap Rama. Tatapan mereka tak terputus. Tapi tenaga Rose semakin melunak.

"Rose, lo inget udah berapa hari sakit?"
"Lo inget udah berapa hari mimisan?"
"Lo inget sebanyak apa mimisannya? Gue liat lo mimisan bukan sekali dua kali. Gue diem-diem merhatiin kok, Rosetta. Bukan sok tau. Gue juga dengar jawaban lo pas di tanyain suster."
"Udah sakit berhari-hari tapi masih maksain masuk dan gak pernah minum obat tuh gimana maksudnya?"
"Lo gak akan bisa bener-bener sayang sama orang lain, sebelum lo sayang sama diri sendiri. Dan ini adalah bukti bahwa lo gak sayang sama diri sendiri. Lo boleh sibuk, tapi jangan sampai menelantarkan diri sendiri. Lo boleh mau bahagiain orang lain, tapi jangan lupain orang yang bahagianya ada di elo. Jadi lo gak boleh kenapa-kenapa, Rose. Nanti mereka sedih."

Rose masih tak menjawab. Rama menghela napas tanpa memalingkan wajahnya.

"Rose, lo kenapa?"
"Lo sakit tapi kenapa masih maksain diri buat bertahan?"
"Lo kenapa sih, Rose?"

Rama mengucapkan itu semua dengan lembut. Hal itu berhasil membuat Rose akhirnya luluh.

Rose menangis.

Iya, gadis dingin itu akhirnya menangis.

Tangan Rama yang semula menahan tangan Rose agar tidak memberontak, kini perlahan membawa tubuh Rose pada dekapan Rama. Iya, lelaki berjaket hitam itu yang sudah mengantarkan Rose ke rumah sakit, menunggu hingga gadis itu mendapatkan kamar, membelikannya banyak barang, yang bersabar menghadapi keras kepala gadis tersebut dari siang, kini memeluknya. Iya, Rama memeluknya. Rama menarik gadis itu ke dekapannya. Diusapnya rambut hitam legam Rose dengan perlahan.

Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama, gadis itu meruntuhkan pertahanan dirinya di hadapan orang lain.

Untuk pertama kalinya, ada seseorang yang melihat Rose menangis di hadapannya.

Untuk pertama kalinya, ada seseorang yang bisa menembus dinding pertahanannya.

🌹

Rama Prananta (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang