06 berubah

73 32 19
                                    


Happy reading 💗

Reva saat ini benar benar geli dengan sifat pria di hadapan nya. ia berpura-pura tak melihat wajah pria itu saat menyapa nya tentu dengan tangan yang melambai di depan dada. "eww geli banget sih" batin Reva.

"Whats up para leadis! Ini gue lagi bawa sahabat gue,  namanya Reva . Dia anak nya pak Rendi yang punya perusahaan terbesar  di kota ini. Taulah lu pada siapa pak Rendi. gue minta tolong ke kalian ga usah terlalu banyak ngomong sama dia.  Soalnya dia agak risih dengan tampilan kalian" terang  vani dengan jelas pada semua yang ada di dalam salon itu.

Para banci yang ada di situ langsung mengangguk paham dengan penjelasan Vani. Mereka tak menyangka bahwa Reva adalah anak pak Rendi. Anak semata mayang CEO terkenal itu.  Mereka hanya melihat cover Reva dari luar saja,  yang menampilkan gaya sesuka hati di diri Reva. Rambut warna cokelat terang, Make up yang tidak teratur, tindik palsu di hidung Reva hinga lipstick pucat yang gemar ia pakai. Vani sendiri heran dengan gaya anak itu. bisa saja dia membangun salon di dalam rumahnya. tapi Reva terlalu benci di rumah.

Vani sudah sering berkunjung ke salon itu.  Dia sering pergi dengan mamanya. jika hari libur Vani hanya akan perawatan, perawatan dan perawatan. namun tetap saja, Reva jauh lebih cantik dari dirinya karena memang keturunan dari orang tuanya Reva.

''Gue pengen sahabat gue di make up se natural mungkin. tapi sebelum itu dia kayanya perawatan dulu ya.'' Vani menjelaskan apa yang dia mau untuk Reva pada salah satu pekerja yang ada di situ.

''Gue tinggal bentar ya Va..Mau beli minum gue'' lanjut Vani pada Reva

Reva hanya mengangguk tidak yakin karena akan ditinggalkan di tempat ini.

*****

"hay kenalin nama aku Stela " sapa wanita modis itu pada Reva.  "ow,  kenalin nama gue Reva" kata Reva yang langsung duduk di depan kaca. Vani sengaja menunjuk pekerja wanita agar Reva nyaman selama perwatan.

"Stela,  gue pengen nge rubah warna rambut gue.  " ucap reva tampa basa basi dengan senyum tipis.

"oh itu aja?  Oke kita buat warna hitam aja ya" Stela dengan sigap mengganti warna rambut Reva dengan cekatan.  Sesekali ia bertanya,  seperti apa model selanjutnya yang di ingin kan Reva.

"gue pengen di lurusin aja."

Hampir memakan waktu dua jam untuk menyelesaikan penataan rambut Reva saja.  
Vani sudah dari satu jam yang lalu  kembali. dan duduk menunggu Reva sambil sesekali mengambil foto dan vidio Reva. ia tertawa cekikikan di belakang Reva karena rambut Reva sudah bak singa mengaum.

"hm—ada yang udah ganti gaya rambut nih. Kesambar atta gledek yah? "  kekeh Vani.

"diam lo! " bentak Reva dengan tatapan sinis.

"hahaha—bagus-bagus.  Lo lebih bagus kaya gitu.  Jadi cantik lo itu kelihatan'' Vani tersenyum mengejek pada Reva

"jadi selama ini gue ga cantik? " tanya reva dengan menekan perkataan nya.

"eh bukan gitu.  Lo itu emang cantik dari lahir.  Cuma karna gaya lo yang sedikit mainstream itu jadi buat tampilan lo sedikit unik" tutur Vani dengan sedikit ragu ragu.  Ia takut Reva akan melemparkan barang yang dihadapannya.

''Tokk'' 

"Anj lo..sakitt'' keluh Vani saat di kepalanya mendarat gumpalan plastik cat

"Hahahah! rasain" 

Akhirnya Reva selesai.  Ia sendiri heran dengan wajah dan rambutnya saat ini.  Terlihat manis dan sedikit anggun di area wajah nya.

Sisi manis Reva langsung terlihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sisi manis Reva langsung terlihat.  Ia bagaikan bidadari jatuh dari selokan,  eh salah guys.  Ia bagaikan bidadari jatuh dari syurga.

"astaga Va!  Lo itu!  Lo itu!  Lo itu mirip artis thailand itu loh!  Itu—gue lupa namanya! " teriak Vani dengan heboh.  Dan membuat Stela tertawa. Stela hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya atas sikap kedua remaja sma ini.

*****

Mereka sudah sampai di depan mall.  Vani berniat untuk belanja pakaian dengan Reva.  Walaupun Reva juga  mampu membeli mall ini.  Tapi ia benar benar tak berniat untuk membeli pakaian yang ada di mall ini.

"ayo turun!  " tarik Vani.  Sejak dari tadi di dalam mobil.  Vani memohon-mohon pada Reva untuk mengantarkan nya ke mall dengan alasan ingin jalan-jalan.  Tapi alasan Vani sebenarnya adalah ingin merubah tampilan diri Reva hari ini.

"Lu ya! kalau bukan karna terpaksa, Gue ga bakal mau ke sini!  balik dari salon pengennya tidur malah lu bawa ke sini Gue!" uca Reva tepat di depan wajah Vani.  Tentu itu membuat Vani tertawa melihat ekspresi kesal sahabatnya.

"udah ayok masuk ke dalem.  Gue pastiin lo setelah ini bakal naklukin hati pangeran yang terdapat di kota padat penduduk ini" Ucap vani dengan senyum sumringah.

''awas lu macam-macam ke gue ya!'' Reva menyipitkan matanya ke Vani.

Vani sibuk memilih-milih pakaian, sedangkan Reva hanya duduk santai di bangku yang di sediakan para pemilik toko di mall itu.

"Reva!!!  Sini bentar! " teriak Vani, Reva langsung berlari ke arah Vani.  Ia berpikir sedang terjadi sesuatu pada Vani.  Tapi ternyata...

"Bagusan yang mana di gue? " ucap Vani sambil memegang beberapa pasang pakaian di tangan nya.

"is gue pengen masukin kepala lo ke comberan rasanya!  Kirain lo kenapa-napa anj! ''

"hehe maaf deh Va.  Gue kan seneng banget karna lo udah mau ke sini bareng gue. tempat nongkrong berdua kita club mulu..ga bosen lu?'' tanya Vani

''enggak!'' 

Mereka berdua sibuk memilih baju dan Vani selalu menyuruh Reva memakai baju ini dan itu.

Sudah ke delapan kali nya Reva keluar masuk dari ruangan pakaian ganti. Dan semua pakaian yang di berikan vani telah di borong habis oleh Vani sendiri karena Vani merasa seluruh pakaian pilihan nya terlihat pas di tubuh indah Reva.  Vani pun  menyuruh Reva untuk mengganti pakaian sekolah nya dengan salah satu pakaian yang ia pilih kan.  Gaun dengan motif simple, simple namun sangat cantik.

Dan lihat lah.  Sekarang Reva telah menjadi gadis yang teramat cantik.  Ia sangat manis hingga beberapa pasang mata kerap memandangi nya dan tersenyum.

Vani juga cantik seperti Reva tapi karna ke anggunnan dan kecantikan diri nya yang selalu di perlihat kan, menjadi pemandangan biasa saja bagi orang di sekitar nya.

''Gua yang bayar semua! lo tenang aja sahabat! sebagai ucapan selamat dari gue karena udah mau berubah sejauh ini'' Ucap Vani

''terserah lu dah Van..Lapar gue'' jawab Reva

******

Reva dan vani berjalan ke luar mall. 
Vani merasa puas hari ini,  karena sahabat nya reva telah berubah menjadi lebih baik. Dan ada pepatah yang mengatakan sedikit demi sedikit akan menjadi bukit.  Oh no— apa kah Reva akan menjadi bukit setelah ini? Dan lupakan saja itu.

Greugh.. Greg.  Perut mereka berdua berbunyi bersamaan.  Mungkin karna mereka sudah melewatkan jam makan siang nya. mereka ke cafe dekat mall untuk makan.

"kita makan dulu yuk.  " ajak Vani sambil menunjuk sebuah mini cafe di seberang jalan.  " itu tuh di situ" sambungnya.

"Ga ada yang lebih dekat apa?  Lapar nihh" balas reva memelas.

''ihh lu.. di sana enak tau..lu harus cobain..'' Vani menarik tangan Reva

Sesampainya di cafe.  Manik mata  Reva tertuju pada kumpulan cowok di pojokan cafe ini.  Hingga ia tak sadar Vani telah menarik nya duduk tak jauh dari kumpulan cowok itu.

"loh kok duduk di sini? " tanya Reva dengan nada pelan.  Ia takut jika perkataan nya terdengar oleh orang yang sedari tadi di pandang nya.

''kenapa Va? enak di sini''

''Oke deh'' ucap Reva menyerah dengan keadaan.

Hm siapa yah yang di liat sama si reva di dalem cafe?
Ada yang bisa nebak ga?

Kalau ada—silah kan komen.. 
Dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian berupa vote nya.

Trimakasih

ARVA ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang