Happy reading 💗''iya!'' jawab Rey
"kalian bicarain apa? Kok malah bahas perusahaan? Bukan nya ini masalah pertunangan yah pi? " tanya momy yang sedari tadi hanya menyimak pembahasan kami.
"jadi gini mi, papi pengen nya perusahaan papi sama si Rendi bekerja sama, ataupun lebih dari kerja sama. " ucap dedy dengan wajah serius.
"maksudnya nya pi? " tanyaku
"kamu sudah dewasa Jansen, ayolah masak pembicaraan seperti ini kurang jelas untuk mu ? " ucap dady.
"jadi—? Maksud papi? Papi mau ambil alih perusahaan om Rendi? Itu ga mungkin pi" ucap momy dengan tegas.
"apa yang ga mungkin mi? Semua itu mungkin! Ga ada yang ga mungkin!" ucap dedy dengan wajah sumringah. " hey camon— kalau mami sama Jansen mau bantu dedy, ini semua pasti berhasil..lagian mereka hanya memiliki penerus Reva. kamu tahu sendiri anak itu juga jarang sekali diperhatikan Rendi dan Rima. anak kita Jansen bisa memiliki kesempatan untuk mendekati Reva" Terang dedy padaku dan momy
"oh jadi dedy pengen perusahaan om Rendi jatuh ke tangan Jansen? Dengan cara pertunangan ini? " tanyaku "anak pintar! , yah itulah maksud dedy. Jadi, kamu harus mau bantuin dedy.. jangan membantah dan selalu berada di posisi mu! " ucap dedy dengan dingin dan menyudahi makan malam ini.
"ya sudah ded, Jansen ke kamar dulu. Kalau urusan itu, Jansen jamin bakal lancar dan beres. " ucap Jansen dan pergi menuju anak tangga tempat kamarnya berada.
Jansen membaringkan tubuh nya di atas ranjang berukuran king size itu, ia melihat langit-langit kamarnya sambil berpikir ulang mengenai bahasan nya dengan dedy barusan. Ia rasa dirinya berada di posisi yang sama-sama menguntungkan, bagaimana tidak? Di sini dedy akan merauk keuntungan dan dirinya sendiri juga. Ia akan bangga bila bisa mendapatkan hati Reva.
********
"tok tok tok"
sedari tadi pintu kamar Reva di ketuk. Tapi sang pemilik kamar tak juga bangkit dari tempat ia duduk sekarang. Yah Reva duduk tepat di jendela kamar nya. Sambil melihat bintang bintang yang bermekaran di angkasa, pikiran nya melayang tinggi.
anginmalam yang menerpa wajah dan rambutnya sangat lembut. ia menutup matanya dan menghirup udara ,alam yang dingin.
"Kenapa pertunganan ini harus ada? gue masih mau bebas. walaupun gue kesepian tapi setidaknya hidup gue tenang.'' ucap nya bermonolog
Ketukan pintu kembali terdengar, Reva juga sudah tak tahan mendengar nya. Ia segera bangkit dan membuka kenop pintu tersebut.
"loh kok bibi? Kirain mama sama papa. " Reva heran, dia mengira yang mengetuk pintu adalah kedua orang tuanya, pasalnya dia yang menyebabkan makan malam itu bubar dan berakhir berantakan.
Tapi ini semua tidak murni kesalahan Reva. karena tidak ada janji untuk pertunangan.
" ia non. tadi sebelum bibi lewat dari depan kamar non, emang tuan dan nyonya yang mengetuk. Tapi sekarang bibi yang di suruh gantiin mereka. Mereka bilang kalau non harus rajin belajar. " ucap bibi dengan lembut.
"hm? Masa sih bi? Perasaan mereka ga pernah ngomong gitu sebelumnya " Reva antara yakin dan tidak yakin, kenapa malah menyuruh belajar. Bukan nya tadi topik masalah adalah pertunangan?.
"ah yasudah lah bi, bibi balik aja. " sambung Reva yang tak ingin menerima jawaban apa-apa lagi dari bibi.
"hm aneh, kok malah nyuruh belajar? Bukan nya selama ini mereka ga perduli dengan nilai gue? bahkan dengan diri gue sekali pun?" batin Reva.
Ponsel Reva berbunyi, dan di layar ponsel nya terdapat nomer tak di kenal. Reva sangat tidak ingin megangkat nya tapi itu cukup membuat telinga reva berisik.
"halo? "
"halo Reva, " ucap seseorang di seberang sana. ucapan nya seperti sudah akrab sekali dengan Reva. Reva tak mengenal suara itu, tapi sangat jelas bahwa yang menelpon nya seorang cowok.
"ini siapa? Dan dapat nomer gue dari mana? " tanya Reva.
" oh..saya ini di tugaskan untuk mengajar les privat, Kamu yang namanya Reva kan? Saya akan datang ke rumah kamu setiap hari sabtu dan minggu" saat ini Reva benar-benar bingung? Buat apa cowok itu datang ke rumah Reva?
"ada perlu apa yah? "
"saya di suruh orang tua kamu buat memberikan pelajaran tambahan dari rumah kamu" ucap pria di seberang telepon
"Oh tuhan, apa lagi ini? Gue pengen pergi aja dari neraka ini secepatnya!! Ga betah banget! " ucap Reva sambil menjauhkan ponsel dari bibirnya.
"halo Reva? Kamu masih di sana kan? "
"ah iya, gu.. Gue masih di sini kok. Yaudah kalau emang gitu. Lo datang aja, gue bakal usaha kosongin waktu gue di hari itu. Btw jam berapa yah mulai nya? " tanya Reva
"oh kalau itu terserah kamu aja Reva. Saya kapan pun bisa." ucap suara di seberang sana.
" yaudah jam dua siang aja yah. "
"oh baik Reva, kalau gitu saya tutup telfon nya. Selamat malam. " ucap cowok di seberang sana. Terdengar dari suara nya itu sangat dingin dan halus. Rasanya Reva ingin selalu mendengar nya. pemikiran gila macam apa ini?
Pertunangan, Rajin belajar, Les privat?!
ada apa dengan hari ini?
******
Pagi menyambut, sinar matahari mengintip sedikit di sela-sela jendela Reva, dan itu membuat nya silau. Ia bangkit dengan malas dan menyibakkan gorden dengan lebar
"hoaaaam—" Reva menguap dengan gaya tangan ke atas dan pinggang agak di samping kan ke kiri. Ia mengucek-ngucek matanya agar melihat dengan jelas.
"masih tengah tujuh" ucap nya dengan jalan gontai menuju kamar mandi. Ia pun memulai rutinitas pagi nya dan bersiap berangkat ke sekolah.
"Orang tua reva kenapa sih?
Dan si jansen itu kok jahat amat sih?
Dan— yang nelfon reva siapa sih?
Hayoooooooo? Ada yang tau? Komen dong! "Tinggalkan jejak berupa vote and komen yah.. Thank you:)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVA ✔✔
Teen Fiction[TEEN_FICTION] Semua berawal saat pertemuan Reva dan Arjuna di sebuah club ternama ibu kota. Rasa kasihan membuat Reva rela menolong sampai menemani Arjuna yang babak belur tidur di sebuah kamar hotel. Tak hanya itu, Reva juga membayarkan hutang-hu...