21 Kelas baru

27 16 4
                                    


Happy reading 💗

Sesampainya di kantin.  Reva langsung duduk di meja paling pojok.  Sepertinya mood nya hari ini berantakan sekali.

Terlihat Vani menyusul Reva dengan nafas ngos-ngosan "Ih ni anak main tinggal aja! Capek tau ngejarnya! " kesal vani sambil memayunkan bibirnya.

"yang nyuruh ngejar siapa? "ucap Reva cuek

"ih ngeselin banget sih lo Va!  Gue jadi ga mood buat kasih tau info menarik kemarin! " ucap vani.

"info apa? " tanya Reva singkat tapi sedikit kepo karena kepalanya mendekat dengan wajah Vani

"elu..giliran ginian pedulii..ntar aja deh ceritain nya. Gue lapar.  Pesan makanan dulu yah. " ucap Vani sambil bangkit berdiri dari kursi.

Vani memanggil mba kantin..

"gue pesan bakso extra pedas sama double lemon tea.  " ucap Reva 

Vani yang mendengar itu heran.  Tumben Reva makan pedas dan banyak minum.

''samain aja mba..tapi yang punya gue cabe nya dikit aja'' sambung Vani

tak lama pesanan mereka sampai

''sorii Va gue cuek tadi sama lu..gue lagi ga mood banget sloalnya''

"yaelah Va,  santai aja kali.  Gue juga udah biasa lo giniin " jawab Vani cengengesan.

Vani melihat Reva menyantap makanan kuah yang berwarna hijau dan merah itu. di penuhi cabai giling dan saus cabai

"kuat juga lo makan se pedas itu Va. " "ga bergetar tu lidah? " tanya Vani sambil terkekeh pelan.

"gue mah b aja.  info yang lo bilang tadi apaan? gue jadi kepo.  " Reva  melihat Vani dengan kedua tangan yang menopang dagunya.

"oh ia,  hampir aja lupa.  "

"untung gue ingetin"

"iya untung lu ingetin"

Vani tampak memikirkan sesuatu . Seperti hendak mengingat sesuatu di kepala nya.

"jadi info apa? " tanya Reva antusias.

"ini mengenai Jansen yang bakal di jodohin ke elo" kata vani.

"udah gue tebak " ucap Reva.

"kapan lo nebak nya?  Ga ada tuh!? " kata Reva.

"gue nebak nya dalam hati tut.  Ya lo ga dengar lah. " " gimana sih? "

"hahahah dalam hati toh" kekeh Vani.

"udah—lanjut. "

"oke,  jadi tu— gue pas mau masuk gerbang sekolah ga sengaja ke tabrak sesuatu.  Trus buku gue jatuh semua deh di tanah.  Pas gue mau ambil tu buku,  eh ada yang pegang tangan gue—"

Belum sempat Vani melanjutkan ceritanya Reva lebih dulu memotong.

"lo gausah kaya drama-drama korea deh.  Langsung ke intinya aja! " kata Reva kesal.

Sedikit ilfeel menurut reva jika mendengar cerita vani yang begitu norak.

"ih ganggu cerita gue yang lagi bahagia aja sih lo! " ucap vani. 

Reva hanya tersenyum mengejek ke arah vani.

"jadi intinya? " tanya Reva

"jadi,  gue sama kak Jansen tadi ketemu di gerbang sekolah,  eh ternyata dia kenal sama gue.  Dia juga sebutin nama gue loh va!  Vani kan?   Dia bilang kaya gitu.! " ucap Vani dengan nada kegirangan.

Mungkin jika Reva di posisi itu akan muntah sanking muaknya melihat Jansen.

"lo kan punya name di baju!  Jelas lah dia tau.  Lo itu pinternya kelewatan yah? " ucap Reva malas sambil memutar kan bola matanya.

"oh ia yah?  Gue baru sadar!  Berarti dia yang tadi cuma akting dong va!  " ucap vani kesal.  " trus tadi dia juga sempat senyum ke gue! Kyaaaa'' Vani menahan teriaknya

"ih selow aja kali,  baru juga di senyumin sama orang kaya begitu! " ucap Reva dan di balas dengan bibir manyun yang di buat-buat oleh Vani.  

"ya baper lah Va,  visualnya itu kaya oppa-oppa korea—  tapi yang badboy gitu..,achoo ah menurut gue,  dia ga seperti yang lo bilang deh.  " kata Vani.  "dia itu baik tau!" Vani serius dengan perkataan nya barusan.

''trus info yang mau lu sampaiin ke gue mana?'' tagih Reva

''yang tadi..''

''serius aja lo?!''

''iya''

''anj..ga guna banget buat gue''

''hahahah''

******

Jansen berjalan menyusuri koridor kelas.  Setiap langkahnya tak luput dari tatapan mata para siswi SMA Garuda.  Banyak siswi yang terpukau dengan wajah dan badan sempurna yang di miliki Jansen.

Tak lama kemudian jansen sampai di depan pintu kelas nya.  Ia sedikit ragu dengan kelas yang di hadapannya ini.  Apakah benar ini kelas XII ipa 1?  Atau dirinya salah kelas?.

Tampak sepi dan senyap.  Tak ada satupun yang berbicara saat jansen sudah berdiri di ambang pintu.

"tok tok tok"

"iya silahkan masuk" ucap guru yang sedang mengajar di ruangan itu. 

"kamu murid itu yah?" tanya sang guru ketika melihat wajah jansen yang asing di sekolah ini.

"iya bu. " jawab jansen singkat.

"kalau begitu,  kamu perkenalkan diri kamu pada teman-teman dulu.  Agar saling mengenal. "

"baik bu"

"perkenal kan nama saya Jansen Velona.  Saya pindahan dari international high europh school " ujar jansen dengan nada sedikit dingin.

Tampak murid-murid berbisik akan sekolah yang di sebutkan jansen.  Mengapa ada orang yang rela meninggalkan sekolah sebagus itu dan memilih pindah ke sma di Indonesia. ya walaupun sekolah ini termasuk sekolah mahal dan internasioanl tapi belum ada apa-apanya dengan sekolah Jansenyang sebelumnya.

"baiklah Jansen,  di sana ada kursi yang kosong..silahkan "

Terdapat kursi kosong di sebelah wanita cantik di kelas ini.  Sebenarnya bukan kosong. Kursi itu milik sebangku perempuan itu..namun, hari ini sahabatnya itu tak masuk di karenakan sakit.

Jansen berjalan dengan tenang dan duduk dengan elegant di kursi samping perempuan itu.

"hay?  Gue boleh duduk di sini kan? " tanya jansen pada perempuan itu.

"oh,  boleh kok..tapi kayanya besok udah ga bisa.. "

"kenapa? "

"mungkin besok sebangku gue bakal masuk" ucap perempuan itu sambil menunjuk kursi yang di gunakan jansen. 

"owh,  hm— baiklah.  " jansen mengangguk. "Gue Jansen, nama lu siapa? "

"Sakura diandra.  "

''Bunga dong berarti''

''iya aku sama bunga bagi dua namanya'' kekeh Sakura

Keduanya pun lanjut berbincang dengan suara yang pelan agar tak kedengaran oleh guru yang sedang mengajar.

Di deretan kursi paling depan.  Seseorang memperhatikan keasikan mereka berdua berbicara.  Ada rasa cemburu sekaligus sakit setiap kali melihat Sakura akrab dengan laki-laki lain.

Hay jumpa lagi.
Kalo ada typo maaf yah. 
Makasih mau bac sampai pert ini.
Jangan lupa baca lagi supaya ngerti alur ceritanya.

Jangan lupa kasih vote dan komen nya yah.

Bye :*



ARVA ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang