~Suka kamu. Sayang kamu. Cinta kamu. Udah cuma gitu.~
-Candra
Candra's PoV
"Bisa gak sih kita gak usah bahas itu, papa baru pulang kerja. Capek!"
"Alesan!! Terus aja yahhh kamu gitu, pah! Inget umur pah! Kamu juga udah punya anak!"
"Ya papa capek lah! Mama suka marah-marah terus! Jadi papa butuh hiburan!"
"Yaudah kesana aja pak cari hiburan, gausah balik! Sekalian CERAI aja pah!!"
"Apasih kamu tuh, ma! Kamu sendiri kan yang bilang kita itu udah punya anak! Malah minta cerai! Kalau gaada anak dari dulu kita juga udah cerai kali mah!"
GEBRAK!!
Pintu kamar gue buka dengan paksa, membuat nyokap dan bokap gue diam seketika. Bodoh! Apa mereka gak bosen ribut tiap hari! Bahkan ini udah jam 11 malem! Walau dari tadi gue dikamar, tetep aja suara mereka terdengar sampai sudut rumah. Gue pun berjalan cepat menghampiri pintu keluar, melewati orang tua gue tanpa melirik."Candra! Kamu mau kemana!"
"Candra! Heii!! Papa ajak kamu bicara!"
Gue berhenti. Gue pun mendekati bokap gue "kenapa, pah? Papah mau bilang aku gak sopan?!"
"Lancang sekali bicaramu, Candra!"
"Dari dulu Candra gak pernah diajarin sama siapapun pah, bahwa kita harus menghormati orang yang tidak menghormati kita. Papah gak pernah mengormati Candra, dan ini saatnya Candra juga gak akan mengormati papah"
Gue pun berbalik badan dan meneruskan langkah ke pintu keluar. Pintu itu adalah jalan surga bagi gue. Dimana pintu itu akan membuat gue bebas. Sangat bebas.
2 hal yang bisa membuat gue tenang saat ini. Dan saat apapun 2 hal ini selalu membuat gue bahagia. Yang pertama, menggambar. Gue bisa mengeskpresikan seluruh kemarahan gue lewat gambar. Setelahnya gue pasti merasa lega. Tapi, semua peralatan gambar gue tertinggal di kamar. Gue gak sudi balik ke rumah itu. Dan akhirnya gue putuskan untuk menghubungin 'dia'. Satu hal lagi, yang paling bisa membuat gue bahagia. Daripada menggambar.
"Whoammmm... Napa sih Ca? Hampir jam 12 malem nih, lo malah telepon. Kangen gue yah? Sabar dikit napa, kangennya tahan dulu sampe lo anter gue ke skull"
Dia yang satu-satu nya manggil gue Aca.
"Ca? Woyy?! Kok gaada suaranya sih?! Udah ganggu malem-melem gini, malah nge prank!!"
Dia. Irena Revalina. Temen kecil gue. Sahabat gue.
"Ren, ke basecamp sekarang! Gue udah disini. Gue tunggu. 5 menit harus udah sampe yahh!!" Ucap gue.
"Ehh, apa apaan lo!! kok-"
Tut.
Telepon itu gue mati in, memotong perkataan Irena.Dan satu hal lagi yang belum gue kasih tau tentang Irena. Dia adalah orang yang gue sayang. Orang yang paling gue sayang.
Gue emang bodoh. Karena udah jelas gue suka sama Irena tapi gue gak mengekspresikan perasaan gue ini. Dan bahkan Irena suka sama gue. Tapi, bukan berarti saling suka atau saling sayang ataupun saling mencintai, kami akan bahagia.
Gue memang melakukan hal-hal bodoh. Pura-pura pacaran sama Tiara, selalu ngomong kasar, dan melakukan hal-hal lainnya yang membuat gue makin jauh dengan Irena. Tapi sekali lagi, hal itu karena gue gak mau Irena menderita. Gue gak mau dia tahu tentang keadaan keluarga gue. Gue gak mau kalau dia selalu memikirkan keadaan gue. Dan yang paling gue gak mau, yaitu gue menyakitinya seperti bokap yang selalu nyakitin nyokap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationships ~| C.I.N.T.A [COMPLETED]✔
Teen Fiction#4 fiksiremajastory [17Juni2020] #15 fallinginlove [25Juni2020] Mencintai tapi tak bisa memiliki? BASI!!! Tapi tetep aja gue lakuin, Begeeee!!! . . . . . . . . . . #C.I.N.T.A Candra. Irena. Naoza. Tiara. Aldo "Cinta tidak selamanya tentang kebahagia...