16. Menyesal? Tiada Akhir.

121 59 14
                                    

~Ku kira aku adalah orang yang kuat
Padahal aku hanya seorang pengecut yang tidak mau merelakan seseorang yang berharga~

-Candra

Candra's PoV

"Candra"

Sambil ia mengetuk pintu, suara rintihan itu terdengar dari luar pintu kamar gue. Gue pun langsung membuka pintunya, yang memperlihatkan nyokap gue dengan wajah yang menangis tanpa suara. Hati gue tergores sakit melihatnya, gue merasa gak guna sebagai seorang anak yang diperjuangkannya saat melahirkan gue. Gue merasa malu banget malah ninggalin nyokap dan kabur dari rumah.

Sejak ketemu Irena di Cafe itu, gue memutuskan langsung balik lagi ke tempat yang 'orang lain' bilang rumah karena gak ada tempat lain untuk gue, dan gue gak mau nyokap gue sendirian lagi.

Gue kenapa? Padahal gue yang menginginkan hal ini. Gue yang pura - pura pacaran sama Tiara, gue yang udah nyakitin Irena. Tapi kenapa gue gak rela Irena sekarang sama Naoza.

Inilah yang gue gak suka. Gue gak bisa terima kenyataan. Sadar Candra!! Lo yang menginginkan hal ini. Menginginkan Irena bahagia. Dan lo jadi gak bisa sakitin Irena!

Gue mendekatkan jari telunjuk gue ke bibir, mengisyaratkan nyokap  agar tidak berisik. gue menarik tangannya dan menutup pintu juga menguncinya. Pasalnya, kalau bokap tau nyokap ke kamar gue dia bisa ngamuk.

Gue melihat keadaan nyokap gue sekarang. Sungguh, liat nyokap dengan lebam biru disekujur tubuhnya itu membuat gue meneteskan air mata. Gue langsung membawa nyokap kedekapan gue.

"Maaf, Ma" rintih gue.

******

Udah lumayan lama dari hari itu, gue denger kabar kalau Irena jadian sama Naoza. Hal yang gue inginkan terwujud, Irena melupakannya. Iren bahkan gak ngehubungin gue sama sekali sampai detik ini.

Gue harusnya seneng, tapi rasa itu malah gak hadir sama sekali. Rasa itu bahkan gak pernah mampir ke gue sejak Irena pergi.

Satu-satu nya hal yang bisa melupakan gue dari segala hal ini hanya menggambar. Tapi itu hanya menghilangkan kepenatan dan rasa rasa negatif gue, bukan menimbulkan kebahagiaan.

"Heii, Can"

Gue menoleh ke sumber suara. Tiara. Gue cuma tersenyum simpul atas jawaban dari sapaannya.

Dia pun langsung duduk disamping gue tanpa disuruh "Kebiasaan yah lo, sapaan gue gak pernah dibales" ujarnya.

Gue mengabaikannya. Dan terus fokus menggambar.

"Lo tau kan, Ca? Irena sama Naoza jadian?" Tanyanya.

"Hm"

Tiara menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar "Pada akhirnya yang kita lakuin ini sia-sia. Kita cuma membuat Irena sakit hati tanpa hasil"

Gue berhenti sejenak karena ucapan Tiara "gak bener-bener gagal kalau buat gue" balas gue.

"Well, rencana lo supaya Irena gak suka lagi sama lo emang berhasil. Tapi gue tau, lo gak bahagia atas hal itu"

Gue mengerutkan kening "sok tau banget lo"

Tiara tersenyum "Gak ada orang yang baik baik aja setelah kehilangan, Candra. Gue gak sebego itu" balasnya.

"Terus sekarang lo ngajak gue kesini buat apa? Cuma mau ngolok-ngolok gue?"  Tanya gue.

"Ck. Kagak lahh. Gue kesini mau minta putus. Setidaknya walau pacaran kita cuma pura-pura, kita harus selesaikan ini dengan bener"

"Yaelah lo. Lewat chat bisa kan? Cuma mau ngomong 'putus' ribet banget sih lo"

"Gue udah bilang kan, setidaknya kita selesaikan hal ini dengan cara yang baik. Walau hasilnya gak membuat gue bahagia, tapi gue sebelumnya sempet bahagia. Gue bisa jalan bareng kak Naoza tanpa takut dicurigai sama keluarga gue. Thanks, Ca"

"Kalau dipikir pikir lucu juga, Ca. Kita jadian di tempat ini, dibangku yang sama. Dan kita akhiri ditempat ini juga" lanjutnya.

Gue langsung melihat tempat ini. Tempat dimana gue liat sesosok orang yang menyukai saudara tirinya. Melihatnya yang sedang memperhatikan pria pujaan hatinya membeli ice cream dengan mata berbinar - binar, dan redup seketika, dan kembali berbinar - binar.

Sesosok itu mengingatkan gue pada diri gue sendiri. Dimana gue yang mencintai seseorang yang gak bisa gue miliki.

"Gue pergi dulu yah. Gue punya janji lain" ungkap Tiara.

Gue mengangguk atas jawabannya.

"Bye, Ca" lanjutnya dan langsung pergi.

******

Sudah beberapa bulan berlalu, dan masih aja gue mengharapkan Iren yang menghubungi gue, atau datang kerumah gue. Apa ini yang sebelumnya dirasakan Iren? Memikirkan hal itu membuat gue marasa bersalah yang amat dalam.

Disisi lain Irena bahagia sekarang. Dan dia gak akan bersedih, kalau dia terus nempel di gue, dia cuma akan mendapatkan kesedihan.

Akhir-akhir ini penyakit nyokap makin parah. Gue juga gak bisa ngapa-ngapain karena memang gak ada harapan lagi, penyakit ini gak ada obatnya, cuma nunggu aja sampai ajalnya datang. Bokap gue gak peduli. Dia malah seneng seneng sama para pelacurnya. Dan nyokap akhirnya meninggal.

Gue bener-bener ngerasa bersalah. Satu-satunya orang yang ingin gue lindungi kini telah tiada. Orang yang selalu ngedoain gue tiap hari, tanpa terlewat, orang yang selalu memikirkan masa depan gue, kini telah berpulang ketempatnya.

Irena datang saat penguburan alm nyokap gue. Dia menangis tersedu-sedu. Nyokap gue juga seperti nyokapnya sendiri.

Kata yang terucap darinya setelah sekian lama..

"Gue turut berduka cita, Can. Semoga nyokap lo bahagia di alam sana" ungkapnya yang langsung memeluk gue dan pergi.

******

Gue yang menggunakan baju yang serba hitam menjatuhkan tubuh ke atas kasur kamar gue dengan air mata yang tiada hentinya mengalir dipipi gue. Gue menangis dalam diam. Gue baru saja selesai melihat nyokap dimakamkan.

Gue melirik kearah kanan dan melihat ke arah nakas. Disana terdapat gambar potrait Irena dan nyokap. Dua wanita yang gue sayangi. Tak sengaja gue melihat selembar kertas diatas nakas tersebut.

Gue mengerutkan kening, sebelumnya gue gak pernah menyimpan barang lain selain kedua potrait itu di nakas. Gue pun mengambil kertas tersebut. Ternyata ada tinta hitam yang menyertai kertas putih tersebut yang menunjukkan sebuah kalimat.

Kamu berhak bahagia, Candra
Mama sayang kamu.

Kalimat yang sangat sedehana itu sukses membuat gue menangis tersedu-sedu. bahkan beberapa waktu sebelum ajalnya tiba, ia menyempatkan waktunya itu menulis ini.

Pikiran gue kacau. Gue pun langsung mengambil tas dan memasukan alat-alat gambar dan juga beberapa baju, untuk apa gue bertahan di tempat ini, gak ada yang perlu gue pertahanin lagi. Gue udah muak tinggal dirumah ini!

Relationships ~| C.I.N.T.A [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang