17. Kenyataan (Pahit)

114 57 17
                                    

~Dibohongi memang sangat dibenci oleh setiap orang, tetapi kadang tidak mengetahui kenyataan itu lebih baik~

-Irena

Irena's PoV

"OYY!!!"

Kak Nao pun langsung terkejut karena ulah gue. Habisnya gue gemes bangettt sama kak Nao kalau dia kaget cubangett gitu, jadi pengen kagetin dia tiap hari hehehe..

"Kebiasaan deh" ujarnya.

Gue pun cuma nyegir tak bersalah "jadi hari ini itu mau kemana sih?"

Well, hari ini kak Nao janji buat ajak gue pergi ke suatu tempat. Gue juga gak tau tempatnya itu dimana, dan dia bahkan gak mau kasih tau.

"Duduk manis aja sini" ucapnya sambil menepuk-nepuk jok belakang motornya.

Yahhh, percuma memang kalau nanya hal yang begian ke dia, gak akan dijawab. Gue pun langsung naik ke motornya.

"Udah?" Tanyanya.

"Udah" jawab gue.

"Okey.. brangkatttt"

Motornya pun melaju dengan kecepatan yang 'damai'. Tak terasa memang, waktu berjalan begitu cepat saat kita sedang bahagia. Gue bahkan masih inget gimana kak Nao nembak gue, masih sangat jelas kayak baru kemarin. Dari awal kak Nao deketin gue, lucu banget nginget-nginget itu. Apalagi pas bagian seblak mang Ucup. Dann.. yang dia bilang gue mirip alm nyokapnya.

Gue salalu ingin tanya soal itu, tapi gue takut menyinggung perasaan kak Nao. Itu topik yang lumayan sensitif, gue gak mau bikin kak Nao jadi gak nyaman. Tapi pada akhirnya, kak Nao sendiri yang cerita ke gue beberapa minggu lalu.

*flashback on

"Bener-bener cocok yaa dipake sama kamu"

Gue yang sedang fokus baca buku pun merasa terusik.

"Apanya yang cocok, ka?" Tanya gue.

"Kalungnya. Jangan dilepas ya"

Gue pun langsung liat kalung itu. Kalung sederhana yang bersinar cantik.

"Iren selalu takut kalau kalung ini hilang, jadi Irena pake setiap hari. Kalung ini juga berharga banget buat kak Nao, kenapa kak Nao malah kasih ke Iren?" tanya gue.

Kak Nao tersenyum mendengar pertanyaan dari gue "mama itu sesosok orang yang paling gue sayang. Dia orang yang selalu denger cerita gue, ngajarin segala hal ke gue dan apapun itu dia gak pernah nolak permintaan gue dari gue kecil. Orang yang selalu tersenyum, dia gak pernah nangis dihadapan gue. Kalung yang lo pakai itu gue yang kasih ke mama. Tepat di hari ulang tahunnya. Dia seneng banget, karena walaupun gue masih kecil, gue udah kasih dia hadiah kalung yang indah. Dan dia pakai setiap hari sangking senengnya" kak Nao pun terkekeh.

Tiba-tiba kak Nao menjadi murung dan terlihat sedih "sampai akhirnya dia tiba-tiba aja meninggal"

Mendengar hal itu gue pun langsung mengusap punggung kak Nao agar dia merasa lebih baik. Kak Nao melihat ke arah gue dan tersenyum.

"Lo adalah orang yang berharga dalam hidup gue, Ren. Lo yang bikin hidup hambar gue jadi berwarna lagi. Lo jangan pergi tiba-tiba yah, lepas aja kalungnya kalau lo emang bener-bener muak sama gue. Setidaknya, lo udah ngasih tanda" ungkap kak Nao.

Kak nao memegang kalung yang ada dileher gue. Gue pun langsung memegang tangannya itu "Irena gak akan lepas kalungnya, karena Iren gak akan pergi" balas gue sambil tersenyum manis.

*flashback off

"Yesss... akhirnya sampe, Ren"

Gue pun melihat sekitar. Ehh... ini bukannya rumah kak Nao?? Apa maksudnya ini?

Relationships ~| C.I.N.T.A [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang