3. Curious

3.9K 320 10
                                    

"HEY, lihatlah jari tangannya bergerak!"

"Pelankan suaramu, Reyna! Kau bisa membangunkannya!"

"Tetapi dia memang sudah terbangun, Leo!"

Samar-samar Clara mendengar suara bisik itu. Kepalanya mulai terasa sangat pusing, hingga Clara memutuskan untuk membuka matanya perlahan-lahan.

Sorot cahaya lampu di langit-langit membuat Clara mengerjap-ngerjapkan matanya. Lalu, kepalanya ia gerakkan untuk menoleh ke sekeliling dan mendapatkan beberapa orang tengah menatap ke arahnya.

"Reyna, lihatlah! Clara sudah bangun!" seru sesosok gadis berambut blonde yang wajahnya masih sangat asing di pandangan Bella.

Lalu, gadis lain yang dipanggil Reyna tadi sekarang nampak tersenyum girang sebelum menggerutu, "Pelankan suaramu juga, Lea! Kau bisa mengagetkannya."

"Tapi daritadi kau lah yang paling berisik, bodoh," sahut seorang lelaki berambut ikal yang berdiri di samping Lea.

"Tapi berkat suaraku sekarang Clara terbangun, Leo! Harusnya kau berterimakasih kepadaku!" balas Reyna tak ingin kalah.

"Sudahlah! Keributan kalian akan membuat Clara menjadi tidak nyaman!" seru seorang wanita tua berkacamata dengan sebuah tongkat yang menopang salah satu tangannya. Tetapi walaupun begitu, sepertinya wanita ini tidak memiliki masalah dalam berjalan. Jadi Clara berpikir bahwa fungsi tongkat itu adalah sebagai. aksesoris-nya saja.

Clara merasa kebingungan sekarang. Tubuhnya belum mampu ia angkat untuk berdiri. Lantas, sekarang Clara hanya tiduran saja sambil memperhatikan satu-demi satu orang yang berada di sekelilingnya. Clara benar-benar tidak mengenal mereka. Sejauh ini yang Clara tau, mereka adalah Reyna, Lea, Leo, wanita tua berkacamata tadi, sesosok gadis berambut warna merah tua yang sekarang tengah menatapnya dengan tatapan aneh, lalu terakhir ada sesosok lelaki yang sejak tadi hanya diam saja. Lelaki ini lah yang paling berhasil mendapatkan perhatian Clara. Lelaki--berparas sangat tampan dengan rambut dan manik mata berwarna hitam kelam, yang sejak tadi hanya memperhatikan nya dengan tatapan intens.

"K--kalian ini siapa? Aku ada di mana?" tanya Clara--sambil menarik tubuhnya untuk mengganti posisi menjadi duduk.

"Clara, tenanglah tidak usah terburu-buru! Tubuhmu pasti masih sakit akibat tarikan pintu dimensi itu!" Reyna berlari kecil mendekati Clara lalu membantu gadis ini untuk duduk dengan benar.

"Tarikan pintu dimensi?" tanya Clara, mengulang kalimat yang diucapkan oleh Reyna tadi.

Bukannya menjawab, Reyna malah memalingkan wajahnya ke arah wanita tua tadi dan bertanya, "Apakah aku harus menceritakan semuanya kepada Clara sekarang?"

"Tidak perlu terburu-buru, Reyna. Biarkan Clara beradaptasi terlebih dahulu dengan tempat ini," jawab Wanita tua itu.

Lalu Reyna mengangguk dan kembali menatap ke arah Clara. "Bagaimana jika sekarang kamu istirahat dulu? Badanmu pasti masih terasa sakit, kan?" tanya Clara kemudian.

Clara mengangguk mengiyakan. Entah apa yang terjadi, tetapi ingatan terakhir yang Clara ingat adalah--dirinya tengah duduk di taman belakang sekolah, lalu kemudian ada sebuah hembusan angin besar yang membuatnya masuk ke dalam sebuah pohon di sana. Setelah itu Clara tidak ingat apa-apa lagi. Dan ketika sadar, sekarang Clara terbangun di tempat asing bersama mereka.

Jujur saja ketika memperhatikan ruangan yang tengah ditempatinya sekarang, Clara merasa sangat aneh. Desain dan interior ruangan ini terasa sangat classic dengan warna coklat dan hitam yang mendominasi. Pajangan dan hiasan yang tersedia juga terasa sangat kuno. Clara merasa tengah berada di jaman dahulu atau---jaman sihir? Lol, di saat-saat seperti ini Clara masih saja berpikiran seperti itu.

"Ck. Aku heran kenapa kalian membawanya ke sini dan masih berharap kepada ramalan kuno itu." Suara itu menarik perhatian Clara. Itu adalah suara dari sesosok gadis berambut merah tua yang sejak tadi terlihat memandang Clara dengan tatapan tidak suka.

"Bisakah kau diam?"

"Sejak tadi aku diam, Eyden!" sahut gadis itu kesal ketika lelaki berwajah tampan yang dikagumi Clara tadi membalasnya.

"Maka diam lah lagi," jawab Eyden, membuat gadis berambut merah tua itu mendengkus dan melenggang pergi untuk keluar dari ruangan itu.

Reyne terkekeh, sehingga membuat Clara memalingkan wajah ke arahnya lagi. "Jangan hiraukan Selena, Clara. Dia memang seperti itu," ujar Reyna, membuat Clara tau bahwa nama dari gadis yang baru saja pergi tadi adalah Selena.

Clara bergumam. "Aku ... aku benar-benar tidak mengerti. Sebenarnya siapa kalian? Kenapa aku juga bisa ada di sini?" tanyanya beruntun.

"Tenanglah, Clara. Yang pasti kami bukan orang jahat. Di acara makan malam nanti, aku akan menjelaskan semuanya sekaligus mengumumkan kedatanganmu kepada seluruh penghuni asrama," jawab wanita tua itu, membuat Clara hanya bisa menghela nafas pelan dan mengangguk mengiyakan.

"Baiklah, sekarang biarkan Clara beristirahat terlebih dahulu. Kalian boleh keluar dan pergi ke kamar masing-masing." Setelah mengatakan itu, wanita tua tersebut berjalan pergi keluar dari ruangan diikuti oleh Leo dan Lea sehingga hanya menyisakan Reyna dan Eyden yang kini berdiri di samping ranjang Clara.

"Clara, nanti pas mau makan malam aku ke sini lagi, Sekarang kamu istirahat dulu, ya?" ujar Reyna ramah, membuat Clara tersenyum simpul dan bisa berkesimpulan bahwa di sini Reyna lah yang paling baik dan peduli kepadanya.

"Okey, kalo gitu aku pergi dulu, yaa?" Setelah mendapat anggukan dari Clara, Reyna lalu melangkah pergi dari sana hingga hanya menyisakan Eyden dan Clara saja.

Sekarang Clara merasa sangat canggung. Kenapa Eyden tetap diam di sini dan tidak pergi seperti yang lainnya?

"K--kenapa kau masih diam disini? Kau ... tidak pergi ke kamarmu?" tanya Clara yang seketika gugup.

Lelaki bermata tajam kelam itu sekarang duduk di sudut ranjang, membuat Clara semakin was-was dengan keberadaannya. "K--kau mau apa?" tanya Clara cepat.

Lalu, Eyden mengangkat salah satu sudut bibirnya dan menjawab,

"Menemanimu. Apalagi?"

_______________________________________

omo omo saya kayanya mau bikin Eyden jadi karakter favorit di cerita ini(. ❛ ᴗ ❛.)

I Am a Hero [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang