PAGI ini, rasa pusing yang hebat terasa berdengung di dalam kepala Clara. Gadis ini baru saja membuka mata dan terpaksa harus menutupnya kembali karena tidak tahan dengan rasa pening yang ia rasakan sekarang.
Clara perlahan bangun dari tidurnya. Dengan hati-hati, gadis ini bangkit dan beralih untuk duduk. Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah keberadaan sesosok lelaki tampan yang kini telah duduk tepat di sampingnya.
"Pusing?" tanya James, tidak melepaskan pandangannya dari Clara. Sudah dari beberapa jam yang lalu James menemani Clara. Lelaki ini hanya duduk sambil menunggu Clara bangun dari tidurnya.
Clara mengangguk lemas. Ia merasa bingung. "Apa yang terjadi?" tanyanya kemudian.
"Kamu mabuk," jawab James.
Sontak mata Clara melebar. "Mabuk? Bagaimana bisa?" tanyanya dengan mimik wajah kaget.
Sedangkan James hanya menghela nafasnya dengan pelan. Tangannya kini terangkat untuk merapikan rambut Clara yang terlihat berantakan. "Lain kali jika haus, lihat dulu minuman apa yang kamu minum," ujarnya yang malah membuat Clara bersemu karena aksinya yang hangat tersebut.
Dahi Clara mengernyit. Ia mulai mengingat-ingat kejadian apa yang terjadi saat sebelum ia tidak sadarkan diri. Lalu ingatannya tertuju pada pesta malam yang dari sana ia meminum sebuah minuman berperisa anggur.
"Minuman anggur?" tanya Clara bermonolog. Sementara James mengangguk mengiyakan.
"Itu red wine. Lagian siapa yang tahan minum dua gelas seperti itu?" James mengatakannya sambil tersenyum jail, dibalas dengan Clara yang hanya menghela nafas pelan.
"Aku tidak tahu jika minuman itu adalah wine, Yang mulia. Lagian logo botolnya itu gambar anggur, siapa yang sangka bahwa itu sebenarnya botol berisi wine?"
"Botol wine kan memang memiliki logo anggur. Atau, di duniamu berbeda?" balas James balik tanya.
Clara bergumam. "Seingatku, di duniaku bukan seperti itu. Hm ... gambarnya seperti ..." Clara terlihat mulai mengingat-ingat. Padahal sebenarnya ia hanya menerka-nerka saja, karena ia belum pernah melihat botol wine sebelumnya.
James yang melihat ekspresi Clara yang tengah berpikir seperti itu, sekarang menjadi gemas karenanya. James tersenyum kecil dan bertanya, "Seperti apa?"
Clara berdesis. "Ah, entahlah. Kepalaku sedang pusing tetapi sekarang kamu membuatku jadi berpikir," omelnya kemudian.
James tertawa kecil. Lelaki ini sekarang bangkit dari duduknya seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Apa kamu tidak mau meminta maaf kepadaku, Clara?"
Alis Clara bertaut. "Meminta maaf untuk apa?"
Mengingat kejadian tadi malam, sontak pipi James memanas. Insiden di mana Clara menciumnya ... membuat James kini merasakan bahwa detak jantungnya kembali berdetak dua kali lebih cepat, lagi.
"Lupakan," tukas James cepat, tidak ingin memperpanjang hal itu.
Sedangkan Clara hanya menatapnya dengan raut wajah penasaran. Tetapi kali ini Clara tidak ingin ambil pusing, ia harus lebih dulu menetralkan rasa pening di kepalanya. Lantas, gadis ini beralih untuk memijit pelan kedua pelipisnya.
Di sisi lain, James yang melihat gerak-gerik Clara yang seperti itu hanya bisa mendengkus pelan. Dirinya melangkah untuk semakin dekat dengan Clara, dan menahan kedua tangan Clara agar berhenti memijit pelipisnya sendiri.
"Biar aku saja," ujar James yang tanpa persetujuan dari Clara, langsung memijat-mijat kepala gadis itu dengan pelan.
Clara mendongak untuk menatap James, karena posisinya sekarang adalah James berdiri, sementara dirinya duduk di atas ranjang. "Aku bisa sendiri, Yang Mulia. Tidak perlu repot-repot melakukan ini," balas Clara merasa tidak enak.
"Tidak apa, Clara. Aku malah senang melakukannya," jawab James, mengulas senyum untuk membalas tatapan Clara. Sementara Clara sendiri sontak bersemu ketika ditatap seperti itu. Apalagi posisinya yang membuat Clara melihat James dari bawah seperti ini, membuat Clara bisa melihat ketampanan James yang bertambah berkali-kali lipat.
Dengan cepat Clara menundukkan kepalanya, takut tidak bisa menahan gejolak di hatinya jika terus bertatapan dengan James. "Kenapa Yang Mulia melakukan semua ini?" cicit Clara, nyaris berbisik.
"Melakukan apa?" tanya James, tidak mengerti.
Clara sekarang terlihat memainkan jari jemarinya dengan asal. Gadis ini lalu menjawab, "Semua ini. Semua perhatian ini. Seharusnya Yang Mulia tidak berbuat sampai sejauh ini. Karena ini ... ini membuatku merasa menjadi orang yang spesial."
Mendengarnya membuat James tertegun. Perkataan Clara sekarang mengingatkan James dengan ucapan yang diungkapkan Clara semalam, yang mengatakan bahwa gadis ini juga telah menyukainya.
Selanjutnya, James tersenyum kecil. Ia menghentikan aksinya dan lebih memilih untuk duduk tepat berhadapan dengan Clara.
"Kenapa kamu berkata seperti itu? Tentu saja kamu memang orang yang spesial, Clara." Kalimat yang diucapkan oleh James tersebut sukses membuat Clara mengangkat pandangannya. Kemudian, James menangkup salah satu pipi Clara dengan tangannya dan berkata, "Satu hal yang harus kamu tau. Aku akan selalu memperlakukanmu secara spesial, karena keberadaanmu itu sangat penting untukku."
Kening Clara mengernyit. Perkataan James terdengar sedikit ambigu. "Jadi ... itu berarti Yang Mulia tengah memanfaatkan ku sekarang?"
James bergumam seraya menyungging senyum. "Iya, aku sedang memanfaatkanmu."
Mendengar jawaban itu, entah kenapa membuat hati Clara sedikit teriris. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain untuk menyembunyikan raut wajah kecewanya. "Jika begitu, Yang mulia sama saja dengan orang-orang yang telah membully ku dulu. Kalian sama-sama memanfaatkanku," desis Clara.
"Tidak, Clara. Aku berbeda." James menarik dagu Clara agar gadis itu mau melihatnya lagi. "Aku memanfaatkanmu untuk kepentingan hatiku," lanjutnya kemudian, yang di sambut dengan mimik wajah bingung dari Clara.
"Kepentingan hati?"
James mengangguk. Wajahnya ia sedikit majukan untuk lebih dekat dengan Clara. "Tanpamu, hatiku ini akan kosong. Jadi bolehkah aku memanfaatkan keberadaanmu untuk mengisi kekosongan dihatiku?"
damn.
Clara salting brutal sekarang.________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am a Hero [END]
FantasyFantasy--Romance --------------------------------- Percaya atau tidak percaya ... Dunia memang dipenuhi dengan berbagai misteri. Masih ada banyak sekali rahasia yang belum terungkap. Dan hal itu, sangat dipercayai oleh sesosok gadis lugu bernama Cla...