JAMES menelan salivanya dengan susah payah. Sudah lima belas menit lamanya ia hanya berdiri mematung di samping ranjang sambil memperhatikan Clara yang sudah tertidur nyenyak.
Kedua tangan lelaki ini menyilang di depan dada. Ia menarik nafas, lalu membuangnya perlahan. Lalu mengulangnya kembali.
James benar-benar dibuat gila dengan pernyataan yang diucapkan oleh Clara tadi. Gadis itu ternyata ... juga menyukainya?
Pipi James memanas ketika mengingatnya. Ia mengusap wajahnya dengan kasar lalu mendengkus. "Bisa-bisanya kamu membuatku jadi seperti ini, Clara," desisnya kemudian.
Tangan James kini bergerak untuk menutupi tubuh Clara dengan selimut. Setelah itu, ia mengecup kening Clara sekilas dan melangkah pergi untuk keluar ruangan.
Tepat saat James membuka pintu, ia melihat Eyden yang nampaknya baru ingin masuk. James langsung mengubah raut wajahnya menjadi datar dan berkata, "Apa yang kamu lakukan disini?"
"Aku dengar Clara tadi mabuk. Aku ingin memastikan keadaannya." Saat Eyden hendak melangkah untuk masuk, tangan James menghalanginya.
"Dia sudah tidur. Jangan mengganggunya," jelas James.
"Dia baik-baik saja?"
James mengangguk pelan. "Iya. Aku akan memanggil tabib istana untuk memeriksa kesehatannya setelah ia bangun," lanjutnya.
Eyden menghela nafas pelan. "Baguslah. Tetapi aku ingin memastikan keadaannya dengan mata kepalaku sendiri. Aku ingin melihatnya."
Eyden kembali mengambil langkah untuk masuk ke dalam sebelum James dengan cepat menghentikan pergerakannya.
"Sudah kubilang dia sedang beristirahat. Jangan mengganggunya," ujarnya penuh penekanan.
Eyden menepis tangan James yang menahan lengannya dan menjawab, "Aku tetap ingin melihatnya."
James menatap Eyden dengan tatapan tajam. "Apa kamu lupa aku ini siapa? Aku rajamu, kamu harus menuruti perintahku," tegasnya.
"Kamu boleh memerintahku dalam hal lain, tapi untuk masalah yang berhubungan dengan Clara, maaf saja aku tidak akan menuruti keinginan siapapun." Pernyataan Eyden sukses membuat mata James melebar. Lelaki ini marah.
James lalu menarik kerah baju Eyden dan mendorong lelaki itu untuk menjauh dari ruangan tersebut. "Clara adalah milikku. Kamu tau bahwa tuan Jack meramalkan bahwa dia akan menikahiku," tukas James kepada Eyden.
"Aku tau. Maka dari itu sebelum dia sepenuhnya menjadi milikmu, aku ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengannya sekarang," balas Eyden, tidak kalah tegas.
Mendengarnya, membuat James tertawa renyah. "Apa maksudmu? Kamu ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengannya? Memangnya kamu siapa?"
Eyden mengatur nafasnya yang sempat menggebu. Pertanyaan James tadi sukses membuat hatinya tercubit. "Aku hanya ingin bersama dan melindunginya, sama seperti apa yang kamu lakukan kepadanya sekarang," jelas Eyden pelan.
James merapatkan bibirnya, lalu berkata, "Maaf, Eyden. Aku tidak bermaksud menyudutkanmu. Aku tidak ingin mempunyai musuh di sini. Aku hanya tidak ingin ada orang lain yang dekat dengan Clara selain aku. Aku harap kamu mengerti." Setelah mengucapkan itu, James melangkah pergi dari sana, meninggalkan Eyden yang kini tengah mengacak rambutnya dengan asal.
***
plung
Eyden melempar batu di sekitarnya ke arah sungai. Pandangan mata lelaki ini kosong. Dirinya hanya duduk sambil menatap sungai dengan raut wajah yang tidak bisa di artikan.
Bersamaan dengan itu, Selena tidak sengaja lewat di sekitar sungai dan melihat Eyden yang tengah duduk termenung sambil menghadap ke arah sungai. Tentu saja dengan mata yang berbinar, Selena menghampiri Eyden lalu duduk di sampingnya.
"Eyden, apa yang kamu-"
"Pergi," sela Eyden, tidak membiarkan Selena menyelesaikan kalimatnya.
"Eyden, aku hanya-"
"Pergi, Selena. Aku tidak ingin diganggu," potong Eyden lagi, namun tatapannya sama sekali tidak melirik ke arah Selena.
Selena menghela nafasnya. Kemudian, gadis ini menyungging senyum. "Jika aku tidak mau pergi?"
Pertanyaan tersebut sukses membuat Eyden membalas tatapannya. Walaupun dengan mimik wajah datar, Selena bisa memastikan bahwa Eyden tengah kesal.
"Apa yang kamu inginkan?" tanya Eyden dingin.
Dengan senyuman yang mengembang, Selena menjawab, "Kamu."
Eyden menajamkan tatapannya. "Tetapi aku tidak menginginkanmu, jadi sebaiknya kamu pergi," balasnya seraya kembali memalingkan wajahnya ke arah lain.
Selena yang dibalas seperti itu kini hanya bisa merenggut kesal. Sudah berbagai cara ia lakukan untuk bisa dekat dengan Eyden, tetapi hasilnya selalu nihil. Lelaki ini selalu saja menolaknya, seakan ada benteng tinggi yang menghalanginya.
"Eyden, kamu tau bahwa aku sudah menyukaimu dari dulu," cicit Selena, nyaris tidak terdengar, namun Eyden masih bisa mendengarnya dengan jelas.
Selena memeluk lututnya sambil merenung memandangi sungai. "Kenapa ya takdir jahat banget, Eyden. Dia tidak membuatmu menyukaiku balik," ujar Selena tidak jelas. Sementara Eyden diam-diam mulai meliriknya walaupun hanya dari sudut matanya saja.
"Apalagi sekarang kehadiran Clara membuatku merasa semakin menjauh darimu." Selena tersenyum miris. "Nasib kita sama ya, kita menyukai orang yang tidak menyukai kita balik," sambungnya, namun Eyden masih diam di tempatnya.
"Setidaknya sekali saja ... Sekali saja anggap aku ada, Eyden." Selena menenggelamkam wajahnya di lututnya sendiri. Hal tersebut membuat Eyden memandangnya dengan sendu. Ia tidak tau harus berbuat apa. Karena yang diinginkannya bukanlah Selena, melainkan Clara.
______________________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am a Hero [END]
FantasyFantasy--Romance --------------------------------- Percaya atau tidak percaya ... Dunia memang dipenuhi dengan berbagai misteri. Masih ada banyak sekali rahasia yang belum terungkap. Dan hal itu, sangat dipercayai oleh sesosok gadis lugu bernama Cla...